Muspika Pasuruan Islahkan Pengelolaan Masjid Hidayatullah

Muspika Pasuruan Islahkan Pengelolaan Masjid Hidayatullah Wakil Wali Kota Pasuruan Raharto Teno Prasetiyo membacakan pernyataan islah.

PASURUAN, BANGSAONLINE.com - Jajaran Muspika Pasuruan Kota berhasil mengislahkan pengelolaan masjid Hidayatullah Pasuruan Kota, Jumat (10/5). Dua kelompok yang diislahkan ialah Abdullah Nazar (72) kelahiran Dompu dan Sholeh Salim Toriq (58) warga kelahiran Bogor. 

“Demi meredam gejolak berkepanjangan, jajaran Muspika mekakukan mediasi dan berhasil. Keduanya yang berselisih menyatakan sepakat islah dan cabut status laporan ke kepolisian,” ujar Wakil Wali Kota Pasuruan Raharto Teno Prasetiyo.

Baca Juga: Harapan Plt Wali Kota Pasuruan saat Buka Kongres Asosiasi PSSI

Pernyatan sepakat islah dibacakan oleh Wakil Wali Kota Pasuruan di hadapan Muspika, jajaran pengurus NU Pasuruan Kota dan warga. Untuk mempererat hubungan ukhuwah islamiah, mediasi dilakukan di gedung unsur Pemkot Pasuruan. 

Seperti diketahui, puncak keributan itu terjadi saat akan dilaksanakan salat tarawih pada hari pertama. Kedua kelompok itu adalah kubu yang merasa sudah 10 tahun mengelola masjid Hidayatullah dengan kelompok Nahdliyin yang merasakan mendirikan masjid tersebut.

Menurut sejarah berdirinya masjid Hidayatullah di Kota Pasuruan didirikan masyarakat nahdliyin setempat bersama Kemenag Kota Pasuruan. Karena melemahnya kegiatan di masjid tersebut, sedikit demi sedikit dikuasai oleh jamaah salafy. Diam-diam mereka membuat nadhir dan takmir bahkan membuat yayasan pendidikan TK Hidayatullah.

Baca Juga: Upacara Hari Ibu ke-96, Ketua GOW Kota Pasuruan Dukung Perempuan Berdaya untuk Indonesia Emas

Di awal tahun 2019, masyarakat NU setempat mulai meminta masjid tersebut agar bisa dikelola kembali. Namun dalam prosesnya, sering terjadi gesekan seperti saling berebut untuk bisa menjadi imam salat, seperti saat akan salat tarawih, maupun dalam kegiatan lain. Puncak keributan di masjid Hidayatullah yang terletak di Jalan Margo Utomo, Purworejo, Kota Pasuruan adalah saat akan salat tarawih hari pertama.

Jamaah salafy didatangkan dari luar hingga menguasai tiga saf terdepan. Rebutan siapa yang akan melaksanakan imam salat Isyak dan tarawih pun terjadi dan saling dorong. Kedua kubu pun saling lapor ke polisi akibat keributan tersebut untuk menjadi siapa yang paling berhak. Upaya islah (damai) menjadi titik awal rukun kedua kubu yang sempat tegang.

Wakil Wali Kota, Teno menyampaikan agar permasalahan yang telah terjadi agar dikubur dalam-dalam untuk tidak diulangi kembali. Apalagi kejadian di saat di bulan Ramadan.

Baca Juga: Plt Wali Kota Pasuruan Hadiri Peresmian Kampung Bahari Nusantara di Kelurahan Tambaan

“Dengan islah ini, mari kita jaga kerukunan diantara ummat dan tidak harus bertikai. Mari kita jaga kondusifitas bersama dan tak ada laporan ke polisi lagi. Apalagi sudah dicabut dan clear semuanya. Kami inginkan tetap jaga persatuan,” ujar Teno. (par/ns)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO