SURABAYA (bangsaonline)
Semangat meningkatkan kualitas
'ke-greenbuilding-an' di Grha Wismilak tetap ‘membara’. Ini tak lepas dari
‘sang panutan’, Willi Walla, Presiden Direktur PT Wismilak Inti Makmur, yang
cinta gedung bersejarah, cinta kebersihan dan lingkungan hijau. Plus salah satu
etos kerja di Grha Wismilak: Efisien!
Kebersihan, lingkungan sehat dan efisiensi, menjadi bagian dari syarat green
building. Secara garis besar, sudah tergambar pada Grha Wismilak yang terletak
di pojokan Perempatan padat kendaraan Jl Raya Darmo dan Jl Polisi Istimewa ini.
“Kami sangat peduli taman asri, lingkungan bersih, dan kami terus berupaya
melakukan efisiensi energi,” kata Antonius Teguh Wijayanto, Manajer Training
and Development Grha Wismilak.
Program berkesinambungan, Ghra Wismilak mengganti lampu-lampu dengan lampu
teknologi led, meski sebagian besar sudah menggunakan lampu hemat energi.
Kalaupun lampu neon, kata Budi Wicaksono, Enginering Building, tak memakai
balast yang banyak menyedot listrik saat start up, namun memakai rangkaian
eletronik, di mana pemakaian listriknya stabil.
Pemakaian lampu dalam ruangan ditekan, dengan memaksimalkan sinar matahari.
“Grha Wismilak aslinya dipenuhi jendela lebar. Perluasan gedung, arsitekturnya
menyesuaikan gedung utama yang merupakan cagar budaya. Jadi, seluruh ruang di
bangunan baru juga berjendela lebar,” tambah Anton, sapaan Antonius Teguh, yang
juga salah satu teman dekat motivator ‘Golden Ways’ Mario Teguh ini.
Tiap jendela, dipasang tabir agar sinar matahari tak langsung menghujam ke
ruangan. Ruang kantor tetap terang benderang meski lampu dimatikan. Dinding
kantor bagian dalam, didesain dua per tiga dari kaca yang dipasang film buram.
Sekitar satu meter di bagian atas, tetap kaca bening. Ini menjadikan selasar
bagian dalam juga benderang.
Jendela bertabir ini, membuat suhu dalam ruangan tak terlalu panas. Pemakaian
AC pun tak harus pada titik suhu terdingin. Artinya, listrik untuk AC juga bisa
ditekan. Untuk ruang makan pun, AC baru dihidupkan menjelang jam istirahat
makan siang. “Kami juga menghemat penghematan listrik lift. Kami gunakan lift
di mana saat tidak digunakan, lampu dan AC dalam lift mati,” kata Wicaksono
berpromosi.
Hanya saja, ketika ditanya tentang pemakaian komputer, sebanyak 105 karyawan,
semuanya diberi fasilitas komputer desktop, dengan monitor LCD. Kecuali 20
manajer yang dituntut mobile, bekerja dengan menggunakan laptop.
Meski menggunakan monitor LCD, tetap boros listrik. Pemakaian listrik untuk
desktop menyedot 80-300 watt, sementara untuk laptop pada kisaran 20-40 watt.
Jadi, kalaupun menggunakan desktop paling irit (80 watt) dibanding penggunaan
laptop paling boros (40 watt), tetap saja bisa mengirit listrik 50 persen.
Agar laptop terkesan permanen dan aman, toh bisa dipasang gembok layaknya di
stan penjualan laptop. “Hmm, boleh juga. Baiklah, akan saya usulkan dalam
rapat. Apapun yang terkait dengan efisiensi, tentu sangat besar kemungkinan
akan ditindaklanjuti,” sergah Anton. “Saat ini, rata-rata rekening listrik
mencapai Rp 70 juta per bulan,” tambah Wicaksono.
Terkait pengiritan listrik juga, semua instalasi air bersih berhulu kepada
tandon di puncak gedung. Pemakaian pompa air hanyalah untuk ‘menarik’ air dari
tandon penampungan di bawah, menuju ke tandon di puncak gedung.
Air limbah hasil pemakaian di tiap lantai, dialirkan ke instalasi STP (sewage
treatment plan), dan hasil keluarannya, digunakan untuk menyiram taman. “Selama
ini, air limbah kami dintatakan aman bagi lingkungan, dengan dibuktikan hasil
tes laboraturium berkala,” kata Anton.
"Pemakaian air bersih, dalam kisaran 400 m2 per bulan, sejak ada air
mancur di depan lobi. Sebelumnya, cukup di angka 200 m2. Jadi, yang 200 m2
tambahan itu, untuk kebutuhan air mancur," beber Wicaksono. "Keberadaan
air mancur cukup membantu menurunkan suhu di sekitarnya," tambah Anton.
Agaknya, patut bagi Grha Wismilak memasang water mist (air embun) di berbagai
titik. Mengingat lokasi Grha Wismilak tepat di lokasi padat kendaraan. Di mana,
gas emisi kendaraan cukup menambah panasnya suhu. Adanya water mist, dibantu
embusan angin, tentu membuat udara kian sejuk, dan meminimalisir debu. Berat
jenis partikel debu lebih berat karena mengandung air, dan tak mudah
diterbangkan angin.
Cukup gerah ini juga dipasok 'miskinnya' pohon di bagian dalam gedung. Pantauan
BANGSAONLINE, di berbagai selasar atau koridor jarang pohon. Semestinya, lebih
banyak menaruh pot-pot pohon hidup. Adanya pohon ini, selain terlihat kian
asri, juga memasok oksigen yang kian menyejukkan. Bahkan di selasar lantai dua
yang berlantai papan jati, tanpa pohon sama sekali. (bersambung/rosihan choirul anwar)
Baca Juga: Grha Wismilak, Membangun Budaya Saving Energy (2)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News