SURABAYA (BangsaOnline) – Ribuan warga memadati Jalan Pahlawan hingga Jalan Raya Gubernur Suryo untuk menyaksikan Parade Surabaya Juang yang digelar dalam rangka memperingati Hari Pahlawan 10 Nopember, Minggu (9/11).
Warga tampak antusias, utamanya saat menyaksikan puncak acara, yakni teatrikal peristiwa perobekan bendera Belanda (Merah-Putih-Biru), hingga menyisakan warna bendera merah putih berkibar, di Hotel Yamato, yang kini bernama Hotel Majapahit, di Jl Tunjungan Nomor 65 Surabaya. Berdasarkan catatan sejarah, insiden ini berlangsung pada 19 September 1945 silam.
Dalam aksi teatrikal itu digambarkan pasukan sekutu terlibat 'perang' dengan pejuang arek-arek Suroboyo di depan Hotel Yamato yang sekarang menjadi Hotel Majapahit di Jalan Tunjungan, Surabaya. Pasukan sekutu berusaha mencegah pejuang yang hendak merobek bendera Belanda dengan membuang bagian warna birunya di atas hotel. Terjadilah baku tembak seru di kedua belah pihak.
Para peserta berpakaian lengkap ala pasukan sekutu maupun pejuang arek arek Suroboyo. Suasana perang makin terasa karena peserta menggunakan senjata api sungguhan dengan peluru hampa dan diiringi pidato Bung Tomo melalui pengeras suara.
Momen ini dipentaskan di depan para veteran yang berbaris rapi di depan Hotel Majapahit. Sebelum memulai 'perang', para peserta memberikan hormat kepada para veteran yang juga berdandan lengkap sambil membawa senjata laras panjang.
Selain menggunakan senjata sungguhan, aksi 'perang' juga melibatkan sepeda motor maupun mobil jeep dan truk kuno. Drama itu disaksikan Wali Kota Tri Rismaharini. "Harus kita pertahankan kemerdekaan yang telah direbut para pejuang dengan berdarah-darah di masa lalu," kata Risma. Untuk itu, wali kota yang diusung PDIP meminta agar generasi muda terus belajar dan menguasai pengetahuan agar tak kalah dengan bangsa lain.
Agenda yang menjadi puncak peringatan Hari Pahlawan ini disaksikan ribuan warga yang membludak di sepanjang jalan pahlawan. Anak-anak, remaja, hingga ibu-ibu, ikut larut dalam semangat heroik teatrikal tersebut. Mereka tak memedulikan terik matahari yang menyengat kulit.
“Merinding saya. Saya seperti berada di peperangan tahun 45 dan ikut merasakan bagaimana semangat arek-arek Surabaya kala itu,” ujar Ramadan, pelajar asli Surabaya yang menyaksikan langsung Parade Surabaya Juang.
Risma Ikut Panggul Senjata //SUB
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengaku biasa memanggul senjata laras panjang saat masih kuliah dulu. Kini Risma kembali memanggul senjata setelah mendapat pemberian senjata dari para veteran dalam Parade Surabaya Juang.
"Biasa aku ngene iki. Biyen karo mlayu-mlayu karo nggowo senjata ngene aku (Saya biasa seperti ini. Dulu sambil lari lari dengan membawa senjata seperti ini)," ujarnya sambil memanggul senjata milik veteran di depan Hotel Majapahit, Minggu (9/11).
Tak hanya Risma yang mendapat senjata, para Muspida Kota Surabaya mulai Wakil Wali Kota Whisnu Sakti Buana, Kapolrestabes Surabaya Kombes Pol Setija Junianta, dan Ketua DPRD Kota Surabaya Armudji juga mendapat senjata.
Usai menerima senjata, Risma dan para muspida serta 210 veteran menyanyikan lagu Indonesia Raya dan memberikan hormat kepada bendera Merah Putih yang dikibarkan di atas Hotel Majapahit.
Risma juga mengaku sama sekali tidak merasa berat sama sekali selama memberikan penghormatan sambil memanggul senjata. Hal itu diutarakan saat usai menyanyikan lagu Indonesia Raya hendak dibantu ajudan untuk meletakkan senjata."Gak usah, gak usah, aku wes biasa ngene iki. Biyen aku sering ngene iki (Tidak usah, tidak usah, Saya sudah biasa seperti ini. Dulu saya sering seperti ini)," ujarnya sambil tersenyum. (yul/ssnet/dtc/lan/sta)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News