JOMBANG, BANGSAONLINE.com - Tokoh Muslimat NU, Nyai Hj Farida Salahuddin Wahid, punya banyak kenangan saat menjadi aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). Maklum, istri Dr Ir KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah) itu, selain aktif di PMII juga lahir dari lingkungan keluarga tokoh NU yang terlibat langsung dalam pergerakan kemerdekaan Republik Indonesia (RI).
Ayahnya, KH. Saifuddin Zuhri, adalah tokoh NU yang saat itu menjabat Menteri Agama RI. Sedang ibunya, Nyai Solichah adalah ketua Muslimat NU Jawa Tengah yang kemudian jadi pengurus PP Muslimat NU.
BACA JUGA:
- HUT ke-64 PMII, Khofifah Ajak Mahasiswa Bangun Kualitas Pergerakan dengan Amar Ma’ruf Nahi Munkar
- Bersama Baznas, Khofifah santuni 500 Yatim dan Dhuafa di Kota Mojokerto
- Peringati 75 Tahun Diplomasi Australia-Indonesia, Khofifah Apresiasi Kinerja Fionna Hoggart
- Diawali Santunan Anak Yatim, Khofifah Lantik Pengurus PW Muslimat NU Sumbar
Nyai Farida tersenyum saat menyebut nama ibunya. Karena ternyata nama ibunya sama dengan nama ibu mertuanya, ibunda Gus Sholah. Yaitu sama-sama bernama Solichah.
“Gak sengaja, akhirnya sesama Solichah berbesanan. Allah yang ngatur,” kata Nyai Farida kepada BANGSAONLINE.com sembari tertawa, Ahad (25/8/2019).
Nyai Farida lalu bicara saat aktif di PMII. “Saya kalau ada masalah sering komunikasi dengan Kak Mahbub,” kata Nyai Farida kepada BANGSAONLINE.com di sela-sela acara peringatan “120 Tahun Pesantren Tebuireng” yang digelar sejak 23 hingga 25 Agustus 2019 di Pesantren Tebuireng Jombang Jawa Timur.
Yang dimaksud Kak Mahbub adalah Mahbub Djunaidi, pendiri sekaligus ketua umum PMII pertama (1960-1967). PMII berdiri pada 17 April 1960.
(Nyai Farida Salahuddin Wahid membaca HARIAN BANGSA di teras dalam kediamannya di Pesantren Tebuireng Jombang. Tokoh Muslimat NU itu mengaku baca HARIAN BANGSA setiap hari. foto: BANGSAONLINE.com)
Nah, saat Harlah NU ke-40, Nyai Farida mendapat tugas penting. Panitia Harlah NU ke-40 menugaskan Nyai Farida untuk memberikan cinderamata kepada Presiden RI Soekarno di panggung. “Tempat Harlah NU saat itu ya di Gelora Bung Karno sekarang itu,” kata Nyai Farida.
Karena menyangkut orang nomor satu di Republik Indonesia, maka Nyai Farida dikarantina sebelum acara penyerahan itu. “Ya disterilkan di suatu tempat,” ungkapnya. Namun Nyai Farida mengaku lupa isi cinderamata yang diberikan kepada Bung Karno itu. Sebab cinderamata untuk presiden RI pertama itu dibungkus rapi.
Besoknya, Nyai Farida yang masih remaja mengantar ibunya, Nyai Solichah Saifuddin Zuhri, ke rumah Haryati, salah satu istri Bung Karno. Saat itu Nyai Farida yang menyetir mobil. “Setelah ibu masuk ke dalam (rumah Haryati-red), saya nunggu di luar,” kata Nyai Farida. Ia santai nunggu di teras rumah.