PASURUAN, BANGSAONLINE.com - Asyura merupakan bulan pertama menurut kalender Jawa. Di bulan tersebut, umumnya warga di kampung-kampung gelar sesajian "Jenang Suro". Tapi dengan perkembangan zaman saat ini, tradisi tersebut mulai punah.
“Di bulan suro ini, biasanya orang kampung ada semacam selametan jenang suro, tapi kini kegiatan seperti ini hampir punah. Makanya kami berusaha menghidupkan kembali warisan leluhur kita ini," ungkap Ketua Dewan Kesenian dan Kebudayaan Kabupaten Pasuruan (DK3P) Ki Bagong Sabdo Sinukarto di halaman Candra Wilwatikta, Pandaan, Pasuruan, Ahad (15/9).
Baca Juga: Warga Pandaan Jadi Korban KDRT WNA Australia, Penasihat Hukum Keluhkan Kinerja Polres Pasuruan
Tidak hanya tradisi Jenang Suroan, menurut Bagong, juga ada tradisi pemeliharaan pusaka, penampilan seni budaya kuno Mocopat, seni tradisional bulan purnama, dan selamatan pengesahan awal bulan.
Acara ini dihadiri seniman dari berbagai wilayah daerah di Jawa Timur. Selain dari Pasuruan sendiri mereka berasal dari Gresik, Mojokerto, Surabaya, dan wilayah lainnya.
Harapan Bagong dengan digelarnya acara ini, tradisi Asyura bisa dilestarikan kepada generasi selanjutnya. "Bahwa tradisi itu adalah warisan leluhur yang ada di nusantara. Melestarikan tradisi budaya ini merupakan amanat dari Undang-Undang Nomer 5 tahun 2015," tutup Bagong. (afa/ros)
Baca Juga: Persiapan Persekabpas Hadapi Liga Nusantara, Exco PSSI Rapat Bersama Klub Anggota Askab
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News