TUBAN, BANGSAONLINE.com - Langkanya BBM jenis solar membuat sopir bingung. Sebab, mereka harus rela mengantre berlama-lama apabila ingin mesin dieselnya tetap menyala.
Antrean terhadap pengisian BBM jenis solar terjadi di sejumlah SPBU, Seperti di SPBU Podang, Kecamatan Singgahan, Kabupaten Tuban.
Baca Juga: Masyarakat Keluhkan Tingginya Denda Tilang yang Dijatuhkan PN Tuban, Tertinggi Rp750 ribu
"Iya harus antre berjam-jam mas, kalau gak antre gak bisa jalan," ujar Salam warga Parengan yang saat itu tengah mengantre, Jumat (15/11).
Kata dia, sudah dua hari ini solar di SPBU banyak yang kosong. Informasi dari petugas karena adanya pengurangan jatah pengiriman. Sehingga, BBM sering telat dan ketika sudah datang, beberapa jam kemudian langsung habis.
"Kalau gak ngantre sejak pagi gak akan dapat solar mas," ujarnya.
Baca Juga: Penyidik Satreskrim Polres Tuban Mulai Periksa Korban Dugaan Penggelapan Dana BMT AKS Bancar
Selain di Singgahan, puluhan sopir truk juga terlantar di SPBU Desa Compreng, Kecamatan Widang. Puluhan kendaraan besar terlihat berjajar rapi di parkiran SPBU, hingga pinggir jalan Pantura, sejak Rabu (13/11) sore.
Hingga kini, mereka belum bisa mengisi solar karena SPBU tersebut kehabisan stock. Para sopir truk berharap pengiriman solar segera normal kembali agar bisa melanjutkan perjalanan ke tempat tujuan.
"Langkahnya solar dirasakan sejak di perbatasan Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Banyak truk yang memenuhi parkiran pom bensin (SPBU). Saya pun melanjutkan perjalanan. Namun ternyata, sepanjang jalan yang ditempuh, hingga masuk Kabupaten Tuban, solar tetap kosong," ujar Wahyudi, sopir truk asal Pati, Jawa Tengah.
Baca Juga: Warga Resah Kawasan GOR Tuban Marak Aksi Maling Motor dan Helm
Ratno, sopir truk lainnya mengaku telah berusaha mengisi kendaraannya, mulai Jombang, Lamongan hingga Tuban. Namun, hasilnya solar tetap kosong. Ia pun terpaksa menghentikan truknya untuk mengantre di SPBU Tuban.
"Tetapnya di Tuban hasilnya nihil," paparnya.
Dikonfirmasi terpisah, Unit Manager Communication dan CSR Pertamina MOR V, Rustam Aji menerangkan bahwa penyaluran Bahan Bakar Minyak (BBM) khusus untuk Jenis BBM Tertentu (JBT) atau BBM bersubsidi dan Jenis BBM Khusus Penugasan (JBKP), dilakukan berdasarkan kuota atau alokasi di setiap wilayah.
Baca Juga: Lewat Restorative Justice, Kejari Tuban Selesaikan Kasus Penganiayaan
Menurutnya, Pertamina tidak melakukan pengurangan volume BBM. Namun, berdasarkan regulasi saat ini, premium dan solar merupakan produk penugasan. Sehingga, penyalurannya harus sesuai alokasinya yang ditetapkan pemerintah.
"Tingginya konsumsi BBM di Jawa Timur, membuat penyaluran BBM sudah melebihi kuota total tahun 2019. Namun, Pertamina tetap berkomitmen untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, dengan tetap mengacu pada ketentuan pemerintah," bebernya.
Ia menengarai, langkanya solar saat ini sebagai akibat tingginya permintaan. Terutama dari konsumen industri jelang akhir tahun di mana akan ada kegiatan besar seperti Natal dan Tahun Baru.
Baca Juga: Mediasi Gagal, Proses Hukum Kasus Perusakan Pagar Rumah Warga oleh Pemdes Mlangi Berlanjut
Namun demikian, Pertamina berharap penyaluran BBM bersubsidi tepat sasaran. Sebab yang terjadi di lapangan hingga kini BBM bersubsidi masih banyak dikonsumsi oleh masyarakat yang secara ekonomi tergolong mampu.
"Padahal sesuai dengan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 191 Tahun 2014, BBM tertentu termasuk solar bersubsidi hanya diperuntukkan bagi industri rumah tangga, usaha mikro, usaha pertanian, usaha perikanan, transportasi, dan pelayanan umum, termasuk juga kendaraan pribadi dengan kapasitas mesin atau CC yang kecil," tutur Rustam. (wan/ian)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News