GARUT, BANGSAONLINE.com - Petrokimia Gresik, perusahaan solusi agroindustri anggota holding Pupuk Indonesia, menggelar tanam perdana kentang pada lahan demonstration plot (demplot) di Desa Karyamekar, Kecamatan Pasirwangi, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Selasa (11/2).
Direktur Utama Petrokimia Gresik Rahmad Pribadi secara simbolis melakukan penanaman bibit kentang sebagai tanda dimulainya tanam perdana.
Baca Juga: Petrokimia Gresik Raih Penghargaan Tertinggi Platinum di Ajang SNI Award 2024
Pada tahap ini, seluas 1,5 hektare lahan kentang menggunakan pupuk komersil (non-subsidi) unggulan Petrokimia Gresik, yaitu NPK Phonska Plus. "Aplikasi pemupukannya adalah 400 kilogram pupuk NPK Phonska Plus untuk lahan seluas setengah hektare," ujar Rahmad.
Dengan kata lain, lanjut Rahmad, untuk 1 hektare lahan kentang bisa menggunakan 800 kilogram pupuk NPK Phonska Plus. Dengan formula ini, produktivitas kentang mampu mencapai lebih dari 20 ton per hektare.
Sementara itu, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2019, rata-rata produktivitas tanaman kentang nasional adalah 18,71 ton/ha. "Artinya, rekomendasi pemupukan Petrokimia Gresik mampu meningkatkan produktivitas tanaman kentang di atas rata-rata nasional," jelasnya.
Baca Juga: Dirut Petrokimia Gresik Beberkan Program Transisi Energi 2024-2030 di Forum Internasional COP29
Menurut Rahmad, keunggulan NPK Phonska Plus adalah adanya kandungan mineral Zinc, yaitu unsur hara mikro yang sangat dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk ini semakin relevan mengingat kandungan zinc pada lahan pertanian di Indonesia sudah sangat berkurang.
"Kandungan Zinc inilah yang membedakan NPK Phonska Plus dengan NPK Phonska bersubsidi," jelasnya.
Lebih lanjut Rahmad menyebutkan bahwa kentang adalah salah satu tanaman hortikultura strategis nasional, bahkan bisa diekspor.
Baca Juga: Dirut Petrokimia Gresik Dinobatkan sebagai Tokoh Penggerak Generasi Petani
Berdasarkan data BPS, panen kentang nasional pada tahun 2018 mencapai 1,28 juta ton dari luas panen 68.683 ha. Produktivitas kentang berada di urutan keempat nasional untuk komoditas sayuran, setelah bawang merah, kubis, dan cabai rawit.
Rahmad menegaskan bahwa untuk menjaga dan bahkan meningkatkan produktivitas kentang secara nasional, maka diperlukan pasokan pupuk yang sesuai dengan kebutuhan. Karena kentang merupakan bahan baku untuk industri makanan, seperti kentang goreng, keripik, dan berbagai produk olahan kentang lainnya.
"Kami berharap pola pemupukan pada demplot ini dapat ditiru oleh para petani kentang setempat lainnya," paparnya.
Baca Juga: Kucurkan Beasiswa, Cara Petrokimia Gresik Dorong Generasi Muda Tertarik Bertani
Petrokimia Gresik saat ini sedang menjalankan program transformasi bisnis yang salah satu upayanya adalah meningkatkan penjualan pupuk komersial. Karena asa dari Petrokimia Gresik saat ini adalah memberikan solusi bagi agroindustri, yaitu industri yangproduknya menggunakan bahan baku dari hasil pertanian.
"Dengan menggunakan pupuk yang berkualitas, maka sektor agroindustri tersebut bisa mendapat input atau bahan baku berkualitas untuk industrinya," terangnya.
Sebagai perusahaan solusi agroindustri, Petrokimia Gresik tidak sekedar memberikan pengawalan pemupukan saja, namun melalui anak perusahaan (PT Petrokimia Kayaku) juga memberikan pengawalan terhadap potensi atau risiko serangan hama. "Sehingga pengawalan dari Petrokimia Gresik group ini lengkap, mulai dari pemupukan hingga pengendalian hama," katanya.
Baca Juga: Petrokimia Gresik Kirim Bantuan untuk Korban Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki
Untuk tahap awal di tahun 2020 ini Petrokimia Gresik memilih Jawa Barat untuk demplot kentang. Karena Jawa Barat adalah penghasil kentang terbesar ketiga, setelah Jawa Timur dan Jawa Tengah dengan total produksi mencapai 265.537 ton. Selanjutnya, demplot akan dilakukan di beberapa daerah sentra hortikultura lainnya di tanah air.
"Sekali lagi, kami siap memberikan pengawalan pemupukan dan pengendalian hama untuk petani yang menanam kentang. Harapannya, agar sektor agroindustri mendapat input berkualitas dalam proses industrinya," pungkas Rahmad. (hud/ian)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News