Oleh: Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag*
81. Waqul jaa-a alhaqqu wazahaqa albaathilu inna albaathila kaana zahuuqan
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Life Begins at Fourty
Dan katakanlah, “Kebenaran telah datang dan yang batil telah lenyap.” Sungguh, yang batil itu pasti lenyap.
TAFSIR AKTUAL
Ayat kaji 80 dan 81 menasihati kita agar mengawali tugas dengan baik dan mengakhirinya dengan baik. Dituntut yakin dan sungguhan dalam berbuat baik, karena semua yang baik-baik itu akan melahirkan kebaikan, sekaligus menghancurkan keburukan.
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Teori Shalahiyah dan Ashlahiyah pada Putusan MK Terkait Batas Usia
Hari-hari ini sedang masanya PPDB, di mana beberapa wali menangis, emosi, mengumpat, berkata-kata kecewa perkoro sitem zonasi yang diterapkan Kementerian Pendidikan. Zonasi tidaklah buruk mutlak, tapi praktiknya kali ini sangat meresahkan masyarakat.
Di Bali, 500 calon siwa yang sudah mendaftar online harus daftar ulang, karena data hilang. Sementara di Ponorogo, sebuah sekolahan negeri sekarat, hanya ada 5 pendaftar. Anak yang pinter tidak bisa sekolah di sekolahan "pinter" dan sebagainya.
Keresahan membeludak dan merata, hingga presiden bertambah pusing. Belum beres mikir sengketa pilpres, menterinya membuat gara-gara. Demi citranya, pak presiden - lalu - menegur menteri. Biasa, setelah ada keributan, keresahan dan protes baru pemerintah ngelilir menanggapi. Kuota ditambah dan aturan sedikit diperbaiki, tapi tetap tidak menyelesaikan masalah. Pertanyaannya, yang nggak genah mengurus pendidikan ini siapa?
Baca Juga: Profil HARIAN BANGSA, Koran Lokal Jawa Timur, Kiai Jadi Pelanggan Setia Sejak Terbit Perdana
Di negara maju memang ada sistem zonasi, tapi semua sekolahan merata dan berkualitas, baik kurikulum, pengajar, manajemen, sarana dll. Sehingga anak didik melanjutkan ke sekolah negeri terdekat pasti pas dan pasti puas. Sementara sekolah swasta favorit tetap ada.
Zonasi bertujuan menglihangkan sekat prestisius yang dibangun oleh opini publik, seperti sekolah favorit, unggulan, plus, dan lain-lain, tetapi dalam aplikasinya tidak bisa hanya dengan main "meteran" begitu. Infrastruktur wajib dibangun lebih dahulu. Ini menteri tidak mau belajar dari kebijakannya kemarin yang meresahkan banyak kalangan dan ternyata "gagal", yakni ketika menerapkan full days school. Orang beriman itu tidak boleh tersengat serangga dalam lobang yang sama.
Apa tidak bisa, negeri ini punya pakem pendidikan ini didefinif kayak di negara-negara maju. Siapa pun menterinya tidak boleh seenaknya mengubah. Maka, khusus menteri pendidikan, baiknya independen, tidak terpengaruh politik dan pasti bisa diatur.
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Tentukan Hak Asuh, Nabi Sulaiman Hendak Potong Bayi Pakai Golok
Memang memuakkan, ganti menteri, ganti kebijakan, dan semuanya tidak tuntas. Ada kurikulum model ini dan model itu, ber-basic ini dan itu, bahkan sekolah berstandar internasional. Sekarang? Zonasi adalah salah satu ikhtiar memeratakan sekolah berkualitas di negeri ini. Kita sempurnakan. Semoga pak menteri mengakhiri masa jabatannya dengan baik seperti anjuran ayat kaji di atas.
*Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag adalah Mufassir, Pengasuh Rubrik Tafsir Alquran Aktual HARIAN BANGSA, dan Pengasuh Pondok Pesantren Madrasatul Qur’an (MQ), Tebuireng, Jombang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News