SURABAYA (BangsaOnline) - Sebanyak 23 akademisi dari University Tun
Hussein on Malaysia (UTHM) melakukan lawatan ke Jawa Timur. Mereka
berkunjung untuk melihat secara langsung pelaksanaan pendidikan di
pesantren.
Kunjungan tamu dari negeri seberang difasilitasi
Aswaja Centre NU Jatim. Sejak tiba dua hari lalu, mereka sudah
mengunjungi lima pesantren di Jatim. Di antaranya Pesantren Sidogiri,
Pasuruan, dan Pesantren Bumi Shalawat, Tulangan, Sidoarjo.
Lawatan
dipungkasi dengan acara Seminar Internasional 'Ahlussunnah Waljamaah
Identitas Islam Nusantara' di Asrama Haji Surabaya, Selasa (23/12).
Selain dari tokoh NU, empat guru besar dan dua akademisi dari UTHM
diberi panggung sebagai narasumber. Seminar dibuka oleh Ketum PBNU KH
Said Aqil Siroj.
Prof Datok Dr Abdul Razak H Omar (Penolong Naib
Canselor Hubungan Industri dan Masyarakat UTHM) mengatakan, pendidikan
keagamaan di Indonesia sangat bagus. Sistem dan pola pendidikan yang
dibangun di pesantren berjalan utuh dan berkelanjutan. "Di sini
(pesantren, red) pengetahuan keagamaan diberikan dari TK sampai
university," ujarnya.
Itu berbeda dengan di Malaysia. Di
negerinya, kata Razak, pengetahuan keagamaan terputus-putus. Selain itu,
pendidikan hanya berlangsung di sekolah saja. Begitu di rumah, para
orang tua melepaskan perannya sebagai pendidik. "Orang tua mendedahkan
pendidikan anak kepada Cik Gu (guru, red). Begitu sampai di rumah, orang
tua hanya fokus pada mencari material saja," tandasnya.
Razak
menambahkan, pendidikan model pesantren yang berkelanjutan baik untuk
menanamkan paham keagamaan kepada anak. Itu juga cukup manjur untuk
menjaga anak dari serangan paham keagamaan ekstrem seperti ISIS.
"Di
Malaysia semangat keagamaannya tinggi, tapi pengetahuan agamanya sikit.
Banyak yang belajar agama dari sosial media, sehingga bisa menerima
pengetahuan agama salah. Ini akan mudah dimasuki paham keagamaan
ekstrem. Karena itu kami berkunjung ke Indonesia, untuk meniru membuat
pondok di universiti," pungkas Razak.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News