Curhatan Keluarga Almarhum dr. Hilmi Wahyudi yang Meninggal di Tengah Tugas Melawan Pandemi Covid-19

Curhatan Keluarga Almarhum dr. Hilmi Wahyudi yang Meninggal di Tengah Tugas Melawan Pandemi Covid-19 dr. Hilmi Wahyudi (kiri) semasa hidup foto bersama keluarga. foto: ist.

GRESIK, BANGSAONLINE.com - Di tengah wabah yang belum menunjukkan tanda-tanda akan mereda, ada kabar mengharukan dari tenaga medis yang selama ini menjadi garda terdepan dalam menangani pasien terpapar .

Kabar itu datang dari keluarga almarhum dr. Hilmi Wahyudi, yang selama Kabupaten dilanda pandemik virus Corona () berjibaku melawan dan memerangi wabah tersebut.

Baca Juga: Satpol PP Gresik Gagalkan Pengiriman Miras asal Bali ke Pulau Bawean

dr. Hilmi Wahyudi, yang bertugas di Rumah Sakit (RS) Mabarrot MWC NU Bungah dan RS. Fathma Medika, Sembayat Kecamatan Manyar ini, meninggal akibat penyakit diabetes yang dideritanya. Ia meninggal di saat dirinya menjalankan tugas membantu pemerintah dalam memerangi .

Hal ini diungkapkan oleh Richard (16), putra tertua almarhum. "Ayah saya bekerja keras menjalankan tugas membantu pemerintah dalam melawan sebaran virus Corona sebelum meninggal," ujar Richard mendampingi ibunya, Dewi Anggrahani (37), Istri almarhum mengawali ceritanya kepada BANGSAONLINE.com, Kamis (4/6).

Richard mengungkapkan, kalau semasa hidup, ayah dan keluarga tinggal di Jalan Madiun No. 10, Kota Baru (GKB) Desa Yosowilangun Kecamatan Manyar. "Ayah sebagai dokter bertugas di RS Mabarrot MWC NU Bungah dan RS. Fathma Medika Sembayat," ungkapnya.

Baca Juga: Di Pasar Baru Gresik, Khofifah Panen Dukungan dan Gelar Cek Kesehatan Gratis

Ia kemudian menceritakan kesederhanaan hidup ayahnya meski menyandang status dokter. Yakni, setiap hari berangkat kerja dengan naik motor. Padahal, jarak antara rumahnya dengan RS Mabarrot MWC NU Bungah dan RS Fathma Medika Sembayat mencapai puluhan km.

"Jarak tempuh yang cukup jauh dari GKB ke Bungah, membuat ayah harus sering menginap di tempat tugas apabila kondisi hujan," ungkapnya

Dikatakan Richard, kesibukan ayahnya sebagai seorang dokter untuk melayani masyarakat sangat melelahkan. Terlebih, saat pandemi virus melanda di Kabupaten .

Baca Juga: Diduga Korsleting Listrik, Toko Budi Snack di Manyar Gresik Terbakar

"Meski ayah sakit, tapi sangat bertanggungjawab dalam bertugas melayani pasien dan membantu menangani pasien ," terangnya.

Kerja keras inilah yang juga membuat penyakit ayahnya kian parah, sehingga fisiknya juga semakin melemah. Richard mengungkapkan, bahwa 3 bulan terakhir kondisi fisik ayahnya mulai melemah setelah penyakit diabetesnya kambuh dan harus cuci darah seminggu 2 kali (Selasa dan Jum’at). "Dengan memakan waktu 4 jam setiap sekali cuci darah di RS Ibnu Sina ," ungkap Ricahrd.

Ayah Richard akhirnya drop pada hari Rabu, 27 Mei 2020. "Ayahku Jatuh sakit, Mas. Ayahku lemas dan merasakan kesakitan di perutnya," ungkapnya.

Baca Juga: Jalankan Putusan PN, Kejari Gresik Keluarkan Nur Hasim dari Rutan Banjarsari

dr. Hilmi kemudian menjalani rapid test. "Hasilnya, dinyatakan non reaktif atau negatif Covid -19. Tapi kondisi ayah saya kian parah," imbuhnya.

Bahkan, dr. Hilmi sempat dibawa ke ruangan ICU RSUD Ibnu Sina karena tidak sadarkan diri. "Saya, ibu, dan adik-adik saya hanya bisa melihat dari balik kaca sambil terus berdo’a, Yaa Allah... sembuhkan ayahku. Yaa Rabb... Aku masih butuh ayahku untuk membimbingku dan adik-adikku yaa Rabb," kata Richard sambil berlinangan air mata.

Kemudian, pada hari Jum’at, 29 Mei 2020, Richard mulai melihat tanda-tanda yang dikhawatirkan keluarganya mulai terjadi. Hari itu, ia melihat dokter yang merawat ayahnya memasangkan alat bantu pernapasan pada sang ayah yang sudah tak sadarkan diri.

Baca Juga: Terobosan Baru, Kanwil Kemenkumham Jatim Hadirkan Immigration Lounge di Gresik

"Saat itulah saya bisa melihat air dalam gelas yang menempel dalam tabung oksigen yang dipakai alat bantu pernapasan ayahku berhenti bergerak, Mas," katanya.

"Para dokter berusaha melakukan pertolongan untuk menyelamatkan nyawa ayah," sambungnya.

Namun takdir Allah SWT berkata lain. Sekitar pukul 21.15 WIB, ayah Richard tidak bisa tertolong. "Dokter menyatakan ayah saya telah meninggal dunia. Ayah telah kembali kepada Allah SWT dengan meninggalkan saya, ibu, dan 3 adik saya untuk selamanya Mas," ungkapnya sambil menangis terisak mengenang ayahnya.

Baca Juga: PT Sentral Harapan Jaya di Gresik Terbakar, Kerugian Capai Rp20 Miliar

(Anak almarhum dr. Hilmi Wahyudi ketika ziarah di makam ayahnya. foto: ist)

dr. Hilmi Wahyudi, lulusan Universitas Airlangga (Unair) Surabaya ini akhirnya meninggal pada 29 Mei 2020 di RSUD Ibnu Sina dalam usia 40 tahun.

Baca Juga: Kejari Gresik Belum Ungkap Peran 11 Penyedia di Kasus Korupsi Hibah UMKM

Kesedihan Ricahard dan keluarga belum berhenti sampai di sini. Masalah datang ketika ia hendak membawa pulang jenazah almarhum ayahnya. Segala administrasi sejatinya sudah beres.

Namun, untuk membawa pulang jenazah almarhum, terhadang oleh keresahan warga setempat yang dikomandoi oleh putusan kepala desa. Kades setempat tak mengizinkan jenazah dr. Hilmi disalatkan di musala dan dimakamkan secara normal. Alasannya, almarhum dr. Hilmi Wahyudi meninggal dalam status pasien dalam pengawasan (PDP) . Apalagi, saat itu sedang memberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) jilid III.

"Jenazah ayah kami juga tak diizinkan disalatkan di musala. Almarhum ayah saya malam itu juga akhirnya dimakamkan dengan protokol kesehatan . Kami sekeluarga sangat sedih menyaksikannya," pungkasnya. (hud/rev)

Baca Juga: Tuntut Tenaga Kerja, Warga Mengare Komplek Gresik Demo Smelter PT Freeport Indonesia

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Viral! Video Manusia Menikahi Kambing di Gresik, Bupati Mengecam: Jahiliyah!':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO