Menjelang Musim Kemarau Tiba, Petani Garam di Sumenep Cemas

Menjelang Musim Kemarau Tiba, Petani Garam di Sumenep Cemas Ilustrasi.

SUMENEP, BANGSAONLINE.com - Menjelang musim kemarau tahun ini tiba, sejumlah petani garam di Kabupaten Sumenep dirundung rasa waswas dan cemas dalam menggarap lahannya. Pasalnya, masih banyak hasil panen garam tahun 2019 yang belum terserap. Mereka juga khawatir harga garam akan anjlok.

"Garam-garam petani menumpuk di sepanjang jalan di Desa Pinggir Papas, Kecamatan Kalianget," ujar Suharto, salah seorang petani garam di Desa Pinggir Papas, Kecamatan Kalianget, Kabupaten Sumenep, Selasa (9/6/2020).

Baca Juga: Pemkab Sumenep Teken Kerja Sama Proyek APHT dengan PD Sumekar, Siap Operasikan Pabrik Rokok Terpadu

Menurutnya, tambak garam petani belum ada satu pun yang digarap. Padahal di tahun-tahun sebelumnya pada musim seperti sekarang, petani garam biasanya sudah sibuk beraktivitas untuk mempersiapkan ladang-ladang tambaknya.

Suharto menerangkan, tambak garam petani masih penuh dengan air, dan sengaja tidak dikeringkan. Hanya terlihat beberapa petani yang mengecek tambaknya sesekali untuk memperbaiki tanggul yang rusak.

“Terus terang kami butuh kepastian dari pemerintah, apakah garam kami akan dibeli. Jangan-jangan seperti tahun lalu, harganya murah, akibatnya hingga sekarang masih menumpuk,” katanya.

Baca Juga: Bupati Sumenep Terbitkan SE Penggunaan QR Code untuk BBM Subsidi, ini Kendaraan yang Wajib Daftar

Suharto berharap, pemerintah segera menyerap garam dari petani dengan harga yang layak, tidak buru-buru membahas soal impor garam. Apalagi, akibat impitan ekonomi petani garam di saat pandemi Covid-19 saat ini, membuat petani garam semakin sulit.

“Yang kami inginkan garam produksi tahun 2019 lalu dibeli oleh pemerintah, tentunya dengan harga layak. Kalau tidak, maka dipastikan kami tidak akan punya tempat penimbunan hasil panen jika nanti kami menggarap lahan,” ungkapnya.

Ia menjelaskan, sementara saat ini garam petani hanya dihargai Rp 350.000 per ton untuk KW1, sedangkan KW2 hanya Rp 250.000 per ton. Dan harga itu menurut petani masih jauh dari biaya produksi yang dikeluarkan.

Baca Juga: BPRS Bhakti Sumekar Luncurkan Program Teranyar, Pembiayaan Tanpa Jaminan untuk Aparatur Desa

"Oleh karenanya, sebagian besar petani tidak menjual garam hasil panen tahun 2019, sebab harganya minim sekali," keluhnya. (aln/zar)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO