Kisah Perajin Wayang Kertas di Kediri Bertahan di Tengah Pandemi

Kisah Perajin Wayang Kertas di Kediri Bertahan di Tengah Pandemi Karmiadi sedang menunjukan wayang kertas hasil tatahannya. foto: MUJI HARJITA/ BANGSAONLINE

KEDIRI, BANGSAONLINE.com - Karmiadi (65), perajin wayang di Kabupaten ternyata juga merasakan dampak pandemik Corona. Lebih-lebih saat lebaran kemarin, warga Dusun Mulyoasri, Desa Bogo Kidul, Kecamatan Plemahan ini mengaku wayang buatannya tidak laku sama sekali.

Seiring dengan akan diterapkannya new normal, Karmiadi mulai bangkit. Beberapa wayangnya telah terjual lagi. Bahkan mulai banyak pesanan untuk membuat wayang.

Baca Juga: Uniska Jalin Kerja Sama dengan Bank Indonesia Melalui Program Beasiswa

Karmiadi juga bisa menggelar dagangan wayangnya lagi di tempat mangkalnya sekitar Simpang Empat Bogo, Plemahan.

Ia mengaku, sebelum wabah Corona, bisa menjual 40-50 biji wayang berbagai jenis dalam sebulan. Namun sejak marak kasus Corona di Kabupaten , tak ada satu pun yang membeli karya-karyanya.

"Kalau sekarang, ya sudah mulai ada lagi lah. Selama Corona itu saya tidak jualan, ya tidak ada penghasilan. Kurang lebih sudah ada dua bulan tidak berjualan," kata Karmiadi, Minggu (28/6).

Baca Juga: Pjs Bupati Kediri Ikuti Senam Bareng Dinkes di Peringatan Hari Kesehatan Nasional ke-60

Masih menurut Karmiadi, ada tiga jenis wayang yang ia buat sekaligus dijual. Yakni wayang kertas, , dan wayang talang. Ketiga jenis wayang itu berbeda-beda harganya, termahal dan termurah wayang kertas.

"Masalah harga itu paling kecil Rp 40 ribu sampai Rp 400 ribu, itu yang wayang kertas. Kalau harganya Rp 300 ribu sampai Rp 1 juta, yang wayang talang minimal Rp 100 ribu sampai Rp 300 ribu," tambahnya.

Karmiadi mulai memproduksi dan menjual berbagai macam jenis wayang sejak tahun 1980-an. Tidak ada yang mengajarinya dalam menatah wayang. Adapun keahliannya ini diperolehnya secara autodidak.

Baca Juga: OTK Penantang Duel Kabag Ops Polres Kediri Kota Diamankan, Ternyata Menderita Gangguan Jiwa

Pria yang akrab dipanggil Pakde Wayang ini bercerita asal muasal dirinya menatah wayang. Sebelum tahun 1980-an, Karmiadi bermimpi mendengar suara atau bisikan mengenai nasib wayang di masa mendatang.

Sejak itu Karmiadi rajin membeli wayang umbul, yakni kumpulan gambar mini berbagai macam wayang. Dari situ ia mempelajari berbagai macam lakon wayang, lalu ia mulai berlatih menatah secara autodidak.

Ditambahkan oleh Karmiadi, karyanya tidak hanya laku di dalam negeri, melainkan juga pesanan di luar negeri, seperti dari Jepang, Amerika, Belanda, bahkan ke Arab. "Rata-rata yang beli itu cuma buat hiasan saja," pungkasnya. (uji/ian)

Baca Juga: Kejari Kabupaten Kediri, Kenalkan Program Sareng Jaga Desa

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'BI Kediri Gelar Bazar Pangan Murah Ramadhan 2024':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO