SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Para calon bupati dan wali kota beserta para wakil mereka yang mendapat rekom partai politik telah selesai mendaftarkan diri ke KPU. Mereka dipastikan bertarung di pilkada serentak pada 9 Desember 2020. Di Jawa Timur saja terdapat 19 kabupaten dan kota yang menggelar pilkada.
Namun di balik gegap gempita pencalonan ke KPU itu banyak sekali calon bupati dan wali kota jatuh bergelimpangan karena tak mendapat rekom dari partai politik. Kenapa? Jawabannya tentu saja karena harga rekom itu sangat mahal.
Baca Juga: Viral Rencana Saksi Paslon 02 Diberi CTM, dr Jibril Kecam Penyalahgunaan Obat untuk Kecurangan
Lalu berapa harga rekom calon bupati atau calon wali kota? Ternyata bervariasi. Menurut sumber BANGSAONLINE.com, ada parpol yang mematok mahar politik sesuai jumlah kursi DPRD yang dimiliki partai tersebut.
“Per kursi DPRD minta Rp 1 miliar,” tutur sumber BANGSAONLINE.com yang salah satu keluarganya kini melenggang sebagai kandidat.
“Jadi kalau partai X misalnya punya 10 kursi di daerah pemilihan tersebut, ya berarti Rp 10 miliar,” tuturnya. “Itu baru satu partai. Partai lainnya?,” katanya lagi.
Baca Juga: Usai Luluk Hamidah, Lukmanul Hakim dan Wisnu Wardhana Ucapkan Selamat untuk Kemenangan Khofifah-Emil
Karena itu, tutur sumber itu lagi, seorang calon bupati panik luar biasa menghadapi mahar politik itu. Banyak sekali cabup kemudian cari utangan ke mana-mana untuk melunasi mahar politik itu.
“Kalau gak segera dilunasi, pengurus partai itu mengancam, rekomnya mau dikasihkan ke calon lain,” tuturnya lagi. Apa gak pusing? Untung ia punya uang sehingga keluarganya yang kini jadi kandidat mendapat rekom beberapa partai.
Sudarsono Rahman, mantan Ketua Nasdem Kota Surabaya, membenarkan mahar politik untuk cabup dan cawali memang mencapai miliaran. Tapi, kata dia, tak sampai Rp 1 miliar per kursi DPRD. Menurut dia, masih bisa dinego.
Baca Juga: Dapat Ucapan Selamat dari Kompetitor Pilkada 2024, Khofifah Ucapkan Terima Kasih ke Luluk Hamidah
“Kalau toh ada mahar tapi gak sampek segitulah,” kata Cak Dar, panggilan Sudarsono Rahman kepada BANGSAONLINE.com, Senin (7/9/2020) malam.
Lalu berapa mahar politiknya? Cak Dar memberi contoh mahar politik calon bupati di daerah dekat Surabaya. “Contoh 6 kursi Rp 3,5 miliar,” jelasnya.
Namun ia buru-buru menjelaskan bahwa mahar politik Rp 3,5 miliar itu baru untuk DPP. “Ini DPP doang lho,” katanya.
Baca Juga: Ketua PWM Jatim Apresiasi Pelaksanaan Pilkada 2024
Berarti untuk DPW dan DPC juga harus ada dana tersendiri? “Ya pastilah,” katanya.
Belum lagi, jika kursi DPRD-nya lebih dari 6. Berarti tambah mahal. Padahal calon bupati atau wali kota tak hanya butuh rekom satu parpol, tapi banyak parpol.
Karena itu, ia membenarkan apa yang disampaikan Bupati Jember Hj Faida. “Kalau modelnya seperti itu benar Faida, Bupati Jember. Bagaimana bupati dan wali kota terpilih akan tegak lurus membela kepentingan rakyat, kalau ongkos politiknya saja seperti itu,” tegas Cak Dar.
Baca Juga: Pj Gubernur Jatim Tinjau Langsung Rekapitulasi Hasil Hitung Suara Pilkada Tingkat Provinsi
Seperti diberitakan BANGSAONLINE.com, Bupati Jember Faida dalam webinar yang diikuti Bupati Karawang dan Wali Kota Batu mengungkap harga mahar politik untuk calon bupati sangat mahal. “Harga rekom puluhan miliar,” kata Bupati Jember Hj Faida yang videonya kini viral.
Padahal, kata Faida, gaji bupati hanya Rp 6 juta tiap bulan. Karena itu, menurut dia, para bupati yang memakai cara-cara tidak terhomat itu tak mungkin jadi pemimpin yang tegak lurus, apalagi mendapat ridla Allah SWT.
“Saya pastikan sulit jadi pemimpin yang tegak lurus. Itu bukan awalan yang baik,” tegas Bupati Faida dalam webinar pada 25 Agustus 2020 lalu. Kini rekaman video webinar yang juga diikuti Bupati Karawang dan Wali Kota Batu itu viral.
Baca Juga: Terima Kunker Reses Komisi II DPR RI, Pj Adhy Ungkap Capaian Pemprov Jatim di Penghujung Tahun
Karena itu ia lalu memilih maju sebagai calon bupati lewat jalur independen. (mma)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News