GRESIK, BANGSAONLINE.com - Calon Bupati (Cabup) Gresik nomor urut 2, Fandi Akhmad Yani (Gus Yani) menyambangi Samini, nenek yang hidup sebatang kara dan sakit-sakitan di Desa Tenaru, Kecamatan Driyorejo, Rabu (14/10/2020).
Gus Yani mengaku prihatin melihat kondisi perempuan berusia 80 tahun itu. Sebab, nenek yang menderita penyakit diabetes itu jarang tersentuh bantuan dari pemerintah.
Baca Juga: Usung Gus Yani-Bu Min Lagi di Pilkada Gresik 2024, PDIP Jajaki Koalisi dengan PPP dan Demokrat
Menurut Gus Yani, seharusnya pemerintah hadir di tengah kondisi masyarakatnya yang membutuhkan perhatian, dengan memberikan jaminan kesehatan dan seluruh kebutuhan sehari-harinya.
"Tentu kami sangat prihatin masih melihat warga di Gresik terlantar tanpa uluran tangan pemerintah. Mengingat, APBD Kabupaten Gresik sangat besar, namun masih ada warga kurang mampu yang luput dari perhatian," ujar Gus Yani.
"Jaminan kesehatan keluarga miskin dan lansia, kebutuhan hidupnya, merupakan tanggung jawab negara. Tapi faktanya di lapangan tidak seperti itu," cetusnya.
Baca Juga: Bupati Gresik Deklarasi Dukung Prabowo-Gibran, Ketua PDIP Gresik: DPP Perintahkan Tegak Lurus
Gus Yani menganggap pemerintah selama ini tidak serius dalam memberikan perhatian kepada masyarakat. Khususnya, warga miskin dan lansia. "Gresik yang dikenal sebagai Kabupaten Inklusi ternyata tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan. Banyak warga kurang mampu, lansia belum tersentuh bantuan apapun," ungkapnya.
Karena itu, Gus Yani berjanji akan merealisasikan program PKH Inklusif apabila terpilih sebagai bupati pada Pilbup Gresik 2020. Menurutnya, PKH Inklusif adalah program yang berpihak kepada warga kurang mampu, lansia, dan disabilitas. "Baik bantuan langsung tunai, maupun dalam bentuk yang lain," pungkasnya.
Sekadar diketahui, Nenek Samini sehari-hari hanya terbaring di atas tempat tidurnya. Dia tidak bisa berjalan, karena penyakit diabetes yang diderita cukup parah.
Baca Juga: Bupati Gresik Ikut Deklarasi Dukung Prabowo-Gibran, Anha: Dia Bupati Golkar
"Setiap hari saya yang mengirim makan dan membersihkan rumah nenek Samini," kata Suwati, keluarga Nenek Samini.
Suwati menjelaskan, Samini merupakan istri pamannya yang bernama Josari. Namun, pada Juli 2020 lalu pamannya meninggal dunia. Sehingga nenek Samini hidup sebatang kara.
"Kalau bantuan pernah berupa uang Rp 300 ribu dalam tiga bulan sekali. Tapi tidak rutin. Kalau sembako tidak pernah dapat," ungkap perempuan yang tinggal satu desa dengan Nenek Samini ini. (hud/rev)
Baca Juga: Gus Yani Siap Berkolaborasi dengan Surabaya dan Sidoarjo untuk Majukan Gresik
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News