KEDIRI, BANGSAONLINE.com - Bila kebetulan lewat Jalan Raya Jurusan Pare - Plosoklaten - Wates - Blitar atau sebaliknya, pasti akan melewati Dusun Duluran, Desa Gedangsewu, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri.
Di Dusun Duluran ini, tepat di sisi timur jalan raya, ada Warung Nasi Pecel-Tumpang. Namanya Warung Gocel (Sego Pecel). Milik Mbok Boini, 65 tahun. Harganya sangat murah, Rp. 3.000 per porsi, lengkap dengan lauk tahu dan tempe. Bila ingin teh atau kopi, cukup menambah uang Rp. 1.000,- saja.
Baca Juga: Usai Mediasi Antara Warga Satak Kediri dan LMDH Budi Daya, Hak Garap Lahan Perhutani Dibagi Rata
Berada di utara TPK (Tempat Penimbunan Kayu) milik Perhutani Desa Gedangsewu, warung nasi pecel atau juga disebut gocel (sego pecel) itu buka mulai pukul 04.30 WIB. Tapi pukul 09.00 WIB, gocelnya sudah ludes. Banyak calon pembeli yang tak kebagian, bila datangnya lewat jam 09.00 WIB.
Kunyati, menantu Mbok Boini yang meneruskan usaha warung gocel, mengatakan warung ini sudah ada sejak 35 tahun lalu. Dari harga Rp. 150 per porsi sampai sekarang Rp. 3.000 per porsi. Karena Mbok Boini sudah tidak kuat berdiri lama, maka yang harus melayani pembeli adalah Kunyati, dibantu oleh anak dan menantunya.
"Kami banyak melayani teman-teman buruh pabrik yang ada di Gedangsewu ini. Tapi juga tidak sedikit, para pengguna jalan yang mampir. Bahkan ada yang datang dari luar kota, khusus hanya untuk membuktikan saja," kata Kunyati, Senin (9/11).
Baca Juga: Pimpinan Gereja Ortodok Rusia, Apresiasi Pembangunan Pesantren Jatidiri Bangsa di Kediri
Menurut Kunyati, dalam sehari, 70 kg beras harus disiapkan. Bahkan kalau hari minggu harus ditambah lagi, karena banyak pembeli dari luar kota yang mampir ke warungnya.
Ditanya terkait pandemi Covid-19, Kunyati mengakui awalnya pembeli memang agak berkurang, karena warung utama tidak boleh buka. Tapi para pembeli tetap dilayani di belakang, dan setiap pembeli harus pakai masker. "Tapi kalau pas lagi makan, maskernya tentu harus dilepas," ujar Kunyati sambil tertawa.
Ketika Pemerintah memberi kelonggaran bisa membuka warung lagi, meski harus menerapkan protokol kesehatan, menurut Kunyati, warungnya jadi ramai lagi. Meski harus antre, pembeli tetap sabar menanti menunggu giliran dilayani.
Baca Juga: Ini Hasil Pertemuan Warga yang Tuntut Garap Lahan Perhutani dengan LMDH Budi Daya Satak Kediri
"Kami hanya bisa berharap, semoga pandemi ini segera berakhir, agar kami bebas berjualan seperti dulu," ujar istri Suryadi, Ketua Paguyuban Sepeda Tua "Koundang" Gedangsewu itu.
Fitri, salah satu pembeli, mengatakan bahwa awalnya dirinya mengetahui ada warung nasi pecel murah meriah ini dari suaminya. Sedang suaminya tahu dari temannya.
"Karena penasaran, maka saya dan suami datang ke warung Mbok Boini untuk membuktikan. Ternyata memang benar, harganya murah meriah dan rasanya juga enak. Tapi ya harus sabar, karena banyak pembeli yang antre," kata Fitri yang mengaku berasal dari Kota Kediri atau sekitar 25 km jaraknya dari warung Mbok Boini di Kota Pare ini. (uji)
Baca Juga: Yayat Cadarajat Dikukuhkan sebagai Kepala Perwakilan Bank Indonesia Kediri yang Baru
(Fitri dan suaminya, sedang menikmati gocel di warung Mbok Boini. foto: Muji Harjita/ bangsaonline.com)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News