Calon Penumpang Kereta Membludak, GeNose Kesulitan Dana? Dahlan Iskan Terharu Idealisme UGM

Calon Penumpang Kereta Membludak, GeNose Kesulitan Dana? Dahlan Iskan Terharu Idealisme UGM Dahlan Iskan. Foto: ist

SURABAYA, .com – Perkembangan GeNose luar biasa. Kini dipakai secara massif di tempat-tempat umum. Calon penumpang kereta juga lebih suka GeNose. Murah, cepat dan simpel.

Sayang respons pemerintah kurang cepat. Terutama soal dana. Padahal inilah momentum bagi anak bangsa. Bagi ilmuwan Indonesia. “Untuk bisa menjadi tuan di negeri sendiri,” tulis Dahlan Iskan, wartawan kondang yang mantan menteri BUMN itu.

Dahlan Iskan mengaku terharu dengan idealisme . Yang karyanya tak ingin jatuh pada kapitalisme raksasa.

Benarkah produksi GeNose terkendala dana? Nah, tulisan Dahlan Iskan berjudul “GeNose Tak Terkatakan” yang pagi ini, Rabu, 17 Februari 2021, dimuat Disway dan , kami turunkan untuk pembaca .com yang kini meluas di seluruh Indonesia dan luar negeri. Selamat membaca:

AKHIRNYA GeNose dipakai di tempat-tempat umum. Awalnya di tiga stasiun kereta api: Senen, Jakarta; Gambir, Jakarta; dan Tugu, Jogja. Lalu ditambah lagi Bandung, Solo Balapan, Semarang Tawang, Cirebon, dan Surabaya Pasar Turi.

"Tiga rumah sakit di Jogja juga sudah menggunakannya," ujar Dr. dr. Dian K. Nurputra. Dian adalah dokter yang bersama penemu GeNose, Prof. Dr. Kuwat Triyono mengembangkan alat pendeteksi baru Covid-19 itu.

Keduanya sama-sama dari Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Prof. Kuwat dari MIPA, Dian dari kedokteran.

Setelah lebih dua minggu dipakai di tempat umum, Dian berkesimpulan bahwa tingkat ketertularan adalah 3 persen. Artinya, dari semua calon penumpang yang dites, lewat GeNose, tiga persen terdeteksi positif Covid-19. Itu sama dengan standar di mana-mana.

Calon penumpang ternyata lebih suka dites lewat GeNose. "Sampai membeludak," ujar Dr Dian.

Maka, seperti yang di stasiun Senen, Jakarta, GeNose-nya harus ditambah. Semula lima unit menjadi 10 unit.

Tentu, saya pun, seandainya akan naik kereta, akan pilih dites lewat GeNose. Begitu sederhana. Tinggal meniupkan napas dari mulut ke sebuah kantong plastik. Lalu udara yang kantong plastik tersebut dimasukkan alat GeNose. Dalam tiga menit hasilnya sudah bisa keluar.

Tapi di stasiun-stasiun tersebut juga disediakan alat tes antigen. Terserah penumpang, pilih yang mana. Bahkan kalau penumpang mau PCR di klinik atau di RS juga diizinkan. Yang penting ketika datang ke stasiun membawa hasil PCR yang masih valid.

"Sebenarnya bandara-bandara juga sudah minta," ujar Dr. Dian, ahli penyakit anak yang menyukai dunia penelitian. Tapi baru kira-kira lima minggu lagi bisa dilakukan. Sayang sekali masih begitu lamanya.

Tentu pemesanan akan GeNose membanjir. Apalagi harganya begitu murah: Rp 70 juta/unit. Sudah termasuk pelatihan. Bandingkan dengan PCR yang di atas Rp 700 juta. Bahkan sampai Rp 1,2 miliar. Saya pun sudah memesan 10 buah. Sudah sejak tiga minggu lalu. Belum dapat kabar kapan bisa mendapatkannya.

Kalau hasilnya memang sudah begitu meyakinkan, baiknya soal modal harus diatasi bersama. Memang zaman sekarang ini semua pembelian harus kontan. Bahkan harus bayar di depan. Saya menangkap kesan, di soal modal ini GeNose ada masalah. Itu terlihat dari gejala kurang lancarnya produksi.

Memang untuk memesan komponen dari luar negeri, harus bayar di depan. Kalau kita mau cepat. Seperti sensor dan artificial intelligence itu. Yang harus dibeli dari Jepang.

Maka baiknya pemerintah segera menangkap keinginan yang tidak terkatakan oleh ini. Tentu saya setuju agar mereka jangan dibantu modal. Harus tetap lewat mekanisme bisnis.

Tapi ada cara. Toh dana Covid ratusan triliun rupiah. Pasti ada jalan untuk –apalagi presiden kita alumnus . Cara yang paling aman adalah cara bisnis: pemerintah membeli GeNose dalam jumlah yang cukup. Dengan bayar di depan. Dengan demikian transaksinya jelas dan sah. Agar para peneliti di tidak terkena masalah hukum di kemudian hari.

Presiden (waktu itu) Donald Trump pernah melakukannya. Kalau tidak, vaksin tidak bisa segera ditemukan.

Lihat juga video 'Setahun Tak Ada Kabar, Korban Longsor di Desa Ngetos Nganjuk Tagih Janji Relokasi':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO