SIDOARJO, BANGSAONLINE.com - Masih ingat sosok Mbah Bejo yang dperankan oleh Kepala Unit Kecelakaan Lalu Lintas (Kanit Laka) Polresta Sidoarjo, AKP Sugeng Sulistiyono?
Mbah Bejo merupakan ikon yang dipakai Polresta Sidoarjo dalam menyosialisasikan protokol kesehatan Covid-19 di Kabupaten Sidoarjo yang selalu mengundang perhatian masyarakat dalam setiap aksinya itu.
Baca Juga: Kasi Humas Polresta Sidoarjo Beri Kuliah Umum Strategi Kehumasan Masa Pilkada 2024
Dengan berpakaian ala seorang ksatria jawa kuno yang sakti madraguna, ia mempunyai senjata pamungkas 5M. Pakaian yang dikenakannya pun identik dengan yang dipakai oleh seorang seniman Reyog Ponorogo.
Bukan suatu kebetulan AKP Sugeng memilih pakaian khas kesenian Reyog Ponorogo tersebut. Belakangan diketahui, AKP Sugeng sangatlah akrab dengan kesenian asli asal Kabupaten Ponorogo itu. Bagaimana kisahnya?
Kanit Laka Polresta Sidoarjo AKP Sugeng Sulistiyono mengungkapkan sudah sejak lama mencintai kesenian budaya lokal Reyog Ponorogo tersebut, tepatnya sejak duduk di bangku sekolah dasar (SD).
Baca Juga: Satlantas Polresta Sidoarjo Tanamkan Budaya Tertib Lalu Lintas Sejak Dini
Menariknya, seorang perwira polisi angkatan 2010 ini mengaku juga tidak bisa membiarkan tubuhnya diam saat mendengar alunan musik khas pengiring kesenian reyog.
"Rasanya ingin menari, itu murni. Tangan dan kaki menari seperti tanpa sadar. Rasa-rasanya sudah mendarah daging dengan kesenian reyog," cetusnya. Kamis (29/4/2021).
Pria kelahiran Kecamatan Kebonsari, Madiun, 17 Juni 1971, dan yang kini dikarunia tiga anak yaitu, Bripda Esthy Prabawati, anggota di Polres Jombang, Bripda M. Firmansyah Akbar berdinas di Polresta Sidoarjo, dan Zahara Kamila Husnah ini menceritakan awal mula dirinya mencintai budaya reyog.
Baca Juga: Satresnarkoba Polresta Sidoarjo Musnahkan 30 Kg Sabu Senilai Rp30 M dari Pengungkapan Kasus Juli
Saat itu, disadari Sugeng, bakat memainkan kesenian reyog dirasakannya saat masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD), sekitar 1985, yang saat itu dirinya menginjak kelas 6 SD.
Terlebih, Sugeng merupakan keturunan keluarga pecinta kesenian Reyog Ponorogo. Ayahnya Toemiran, bersama kakeknya, Eyang Kertoyadi sudah lama memiliki alat musik pengiring kesenian reyog. Mulai dari alat musiknya, termasuk dadak meraknya, atau topeng yang biasa digunakan untuk tarian reyog.
"Saya bisa karena sering melihat kru paguyuban reyog, ayah dan kakek saya sedang latihan. Karena senang, dan saya cinta seni itu saya belajar. Dan akhirnya bisa menjadi Penari Bujang Ganong," terangnya.
Baca Juga: Polisi Dalami Anak Bunuh Ibu di Sidoarjo
(Kanit Laka Polresta Sidoarjo AKP Sugeng Sulistyo bersama istri dan ketiga anaknya)
Tampil di Depan Presiden Soeharto
Baca Juga: Jenazah Perempuan Gegerkan Warga Waru, Diduga Tewas Dibunuh Anaknya
Seiring berjalannya waktu, suami Ny. Sri Wahyuni ini terus belajar mendalami kesenian reyog, khususnya menjadi Penari Bujang Ganong sampai mahir.
Bahkan, Sugeng mengaku sempat merasa aneh dengan dirinya sendiri. Sebab, terkadang tanpa disadarinya, Sugeng mampu menciptakan model tarian sendiri.
"Banyak sekali model tariannya seperti, tarian model jeblak, colok, dan lainnya. Tapi anehnya, itu saya merasa ingin melakukan model tarian sendiri," jlentrehnya.
Baca Juga: Polresta Sidoarjo Amankan Pria Asal Sedati Bunuh Istrinya yang Selingkuh
"Model tarian bumi dan langit dijadikan satu kekuatan ini modelnya tangan menapak bumi dan kepala menengadah ke langit, muncul saja seperti naluri dalam diri saya. Bahkan, terkadang bukan saya yang mengikuti alunan musik, tapi malah sebaliknya, saya dikejar kendang," urainya.
Namun, untuk bisa terus mencintai kesenian budaya reyog khas daerah Ponorogo, Sugeng juga tidak lepas dari suatu perjuangan.
Ia sempat ditentang oleh orangtuanya sendiri. Sugeng diminta agar fokus mengemban pendidikan di jenjang SMA.
Baca Juga: Dihadiri Paslon Pilbup, Polresta Sidoarjo Gelar Deklarasi Damai Pilkada Serentak 2024
Meskipun, keahliannya dalam memainkan tarian Bujang Ganong hingga sering diundang untuk tampil di sebuah acara hajatan seperti khitanan, pernikahan, dan lainya itu harus sementara waktu ditinggalkannya.
Sugeng menambahkan, selain perjuangan dan kecintaanya terhadap kesenian reyog juga memberinya kenangan yang berkesan.
Saat itu, ia bersama salah satu teman sekolahnya di SMP 1, Dolopo yaitu, Reni terpilih mewakili sekolah menampilkan kesenian reyog di acara kebudayaan tingkat nasional. Dan disaksikan secara langsung oleh Presiden Soeharto sekitar tahun 1986.
Baca Juga: Sie Dokkes Polresta Sidoarjo Lakukan Penyuluhan Gizi bagi Pelajar dan Masyarakat
"Saat itu, tampil di acara Pramuka tingkat nasional, dan dalam kegiatan perkemahan di Cibubur itu, setiap peserta diminta panitia untuk menampilkan seni khas kebudayaannya masing-masing. Di situ saya tampilkan Tarian Bujang Ganong, Kesenian Reyog Ponorogo," kenangnya.
"Alhamdulillah, selama saya bisa memainkan Tarian Bujang Ganong, selain saya bersyukur bisa ikut melestarikan budaya, juga banyak hal yang telah didapatkan dari itu. Oleh itu, jika diberikan kesempatan, ingin sekali mendirikan Paguyuban Kesenian Reyog, bersama teman-teman kepolisian di sini," pungkasnya. (cat/ian)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News