JOMBANG, BANGSAONLINE.com - Belum adanya kejelasan terkait pengajuan pencairan klaim asuransi yang diajukan sejak tahun 2018 silam, Fitria Cahyarani (40), warga Desa Bulurejo, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, kembali mendatangi kantor PT Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera Cabang Jombang.
Berbeda dengan hari sebelumnya, kali ini ibu 4 anak yang gagal sekolah akibat klaim asuransi tak bisa dicairkan perusahaan tersebut nekat mendirikan tenda di depan halaman kantor AJB Bumiputera Cabang Jombang.
Baca Juga: Pria dari Tuban Tewas Tersangkut Kabel Putus di Jombang
Tak hanya dirikan tenda, Fitria juga memampang sejumlah poster yang berisi tuntutan pada pihak asuransi Bumiputra.
"Yang dilakukan hari ini saya pasang tenda mas. Karena saya juga pemiliknya Bumiputera," terang Fitri pada sejumlah wartawan, Selasa (25/05) kemarin.
Dirinya berharap upaya ini membuahkan hasil. Sehingga pihak Bumiputera mencairkan klaim yang ia ajukan sejak 2018 silam. "Saya berharap banget bisa mendapatkan hak saya kembali. Mendapatkan apa yang seharusnya saya terima," tegasnya.
Baca Juga: Ujicoba Pembelian dengan QR Code, Konsumen Pertalite di Jombang Beri Apresiasi
Disebutkan, selain dirinya, sebenarnya banyak korban atau nasabah Bumiputera yang ingin ikut aksi. Namun, karena situasi sedang pandemi, para korban ini memilih untuk unjuk rasa secara bertahap. Hingga klaim tagihan dibayarkan oleh pihak AJB Bumiputera.
"Kami tidak serentak, tapi kami bertahap. Yang jelas ada selalu yang datang menemani saya. Ada yang bergiliran. Mereka para korban kasih support, dan rencananya sampai tanggal 28," terang Fitria.
Baca Juga: Jadi Gunjingan Warga, Oknum Kades di Jombang Gadaikan Mobil Siaga Desa dan Motor Dinas
Jika nantinya belum ada kejelasan pembayaran tagihan dari AJB Bumiputera, lanjut Fitria, pihaknya beserta korban yang lainnya akan mengamankan hak yang seharusnya mereka miliki.
"Entah apapun nanti bentuknya, tapi aset Bumiputera adalah aset kami," ungkapnya.
Disinggung terkait berapa jumlah nasabah di kantor Bumiputera Jombang yang mengalami hal serupa dengan dirinya, Fitria menyebut ribuan. "Perkiraan 1.200-an polis, dengan total outstanding kemungkinan sekitar 18 M. Ini sejak bulan Mei 2018. Belum ada yang terbayar," ucapnya.
Baca Juga: Perangkat Desa di Jombang Ditangkap Usai Terlibat Illegal Logging
Selain dirinya, Deni Kurniawati (41) warga Desa Jabon, Kecamatan Jombang, juga mengaku sempat putus asa lantaran klaim tagihan asuransi miliknya yang mencapai 30 juta lebih itu juga tak kunjung cair.
"Sebenarnya saya sudah mau putus asa, tidak banyak berharap. Kalau mau dapat ya syukur, kalau gak dapat ya sudah. Tapi karena melihat teman saya ini tetap semangat untuk berjuang untuk mencairkan asuransi yang sudah saya bayar sejak tahun 2000 lalu, jadi saya ikut semangat berjuang,” ucapnya.
Baca Juga: Polisi Kantongi Identitas Perampok Minimarket di Jombang
Diungkapkan Deni, ia teringat saat-saat membayar premi asuransi Bumiputera sangatlah berat. Namun saat mengklaim pencairan asuransi, justru malah sulit Dan tak kunjung ada kejelasan.
"Saya berjuang supaya cepat cair, agar uangnya bisa digunakan anak-anak untuk biaya sekolah. Saya ini kan ikut 5 asuransi. Pendidikan ada 2, totalnya yang belum cair tapi habis kontrak itu sekitar 30 juta lebih," terangnya.
"Harapannya agar segera cair untuk saya gunakan membiayai anak saya yang sedang sekolah," pungkas Deni.
Baca Juga: Perampokan Minimarket di Jombang, Rp62 Juta Amblas
Sebelumnya, Fitria, ibu empat anak ini melakukan demo tunggal di depan Kantor PT AJB Bumiputera kantor cabang Jombang, pada Senin (24/05) pagi. Dirinya menuntut haknya berupa klaim asuransi segera dibayar agar anak-anaknya bisa sekolah.
"Tuntutan saya simpel, bayarkan uangku, itu hakku. Ada dua yang tidak cair sampai sekarang, yakni beasiswa berencana untuk anakku yang seharusnya saya terima 1 Juni 2018 senilai 70 juta rupiah dan Dwi Gunaprima atas nama suamiku yang seharusnya cair 1 juni 2020 sebesar 50 juta rupiah," terangnya.
Sejak klaim asuransi tersebut tidak cair, seluruh rencana biaya pendidikan untuk empat anaknya menjadi berantakan. Bahkan salah satu anaknya saat ini harus bekerja menjadi kuli angkut serabutan di kawasan Kecamatan Tembelang akibat tidak bisa melanjutkan kuliah. (aan/rev)
Baca Juga: 3 Remaja di Jombang Diringkus Usai Keroyok Pelajar
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News