BOJONEGORO (BangsaOnline) – Siang tadi (8/3), cuaca di Dusun Korgan, Desa/Kecamatan Purwosari, Kabupaten Bojonegoro, redup dari pagi hingga siang, namun aktifitas para warga tetap berjalan seperti biasanya. Di salah satu rumah di desa setempat tampak dua wanita tua sedang duduk-duduk di depan rumah.
Wanita tua itu ialah Mbah Marem (67) dan tetangganya Siti Aminah. Marem duduk didepan rumah sambil meratapi kondisinya rumahnya, bahkan ia hanya bisa pasrah.
Baca Juga: BPK RI Data Warga Penerima Bantuan Rumah di Desa Selopuro Nganjuk
Sebab, rumahnya yang berdinding kayu jati berukuran 10 meter x 9 meter berlantai tanah yang ditempatinya itu nyaris longsor ke dalam kali Gandong. Ia juga sudah merelakan bila sewaktu-waktu rumahnya ikut terseret longsor bantaran Kali Gandong. Kali itu tepat berada dibelakang rumahnya.
Berbagai upaya telah ia lakukan agar mendapatkan bantuan untuk membongkar dan memindah rumahnya, namun upaya Marem itu seakan sia-sia.
Bagian belakang rumah Marem kini tinggal berjarak 2 meter dari tebing Kali Gandong yang longsor. Kamar mandi berukuran 3 meter 3 meter yang berada di samping rumah sudah lebih dulu terseret longsor tercebur sungai.
Baca Juga: Demi Keselamatan Bersama, Warga di Dusun Kajar Kediri Diimbau Tinggalkan Rumah saat Hujan
Longsor Kali Gandong saat musim hujan tahun kian parah. Bantaran sungai yang longsor bertambah panjang dari semula 100 meter menjadi 400 meter. Begitu pula lebar longsoran yang semula 20 meter menjadi 50 meter. Sedangkan, kedalaman longsoran sekitar 20 meter.
Marem yang seorang janda itu tinggal sendirian di rumah dekat tebing sungai yang terus ambrol dan longsor. Sebelumnya, rumah Mbah Dono, saudara Marem, yang berada di dekat tebing yang longsor itu dibongkar lalu dipindah keluar desa. Namun, tidak ada sepeser pun bantuan dari pemerintah untuk membongkar rumah itu.
Dulu Marem mempunyai tanah seluas 60 meter x 30 meter di tepi Kali Gandong itu. Namun, setelah terkena longsor tanah yang tersisa tinggal separuhnya saja. Ironisnya, Marem masih harus membayar pajak bumi dan bangunan (PBB) atas tanah itu sebesar Rp100.000 pada tahun 2014.
Baca Juga: Dinsos Kabupaten Kediri Gelar Simulasi Penanganan Korban Bencana Tanah Longsor
“Pemerintah itu ada saat giliran menarik pajak, tetapi saat saya membutuhkan pertolongan untuk membongkar rumah dan memindahnya, pemerintah seperti tidak ada,” ucapnya Marem lirih.
Sejak 2014, kata Marem, dirinya sudah melaporkan kondisi tebing Kali Gandong yang longsor itu pada pihak desa dan kecamatan. Beberapa kali petugas dari desa dan kecamatan serta kepolisian mengecek kondisi tebing yang longsor itu. Namun, sejak 2014 hingga kini tidak ada upaya apa pun yang dilakukan pemerintah.
“Saya sudah berkali-kali meminta bantuan pemerintah, tetapi janji kosong saja yang diberikan,” ucapnya.
Baca Juga: Tinjau Lokasi Terdampak Bencana, Kepala BPBD Jember Ingatkan Masyarakat untuk Tetap Waspada
Beberapa pohon jati berumur sepuluh tahun milik Marem yang berada di dekat tebing juga sudah ikut longsor. Sebelumnya, beberapa pohon jati, pohon mangga, dan pohon kedondong milik Marem telah lebih dulu terseret longsor Kali Gandong itu.
Warga lainnya yang tinggal di tepi Kali Gandong, Siti Aminah (35), merasa khawatir longsor itu akan semakin melebar. Rumahnya berjarak sekitar 10 meter dari tebing Kali Gandong yang longsor tersebut.
“Longsor Kali Gandong ini kian parah. Tetapi, berkali-kali warga mengadukan kondisi longsor ini ke pemerintah tidak pernah dihiraukan. Mungkin, pemerintah menunggu sampai semua rumah di dekat Kali Gandong ini tercebur ke sungai baru dibantu,” ujarnya dengan nada kesal.
Baca Juga: Situasi Terkini Jalur Bandung-Sumedang Pascalongsor di Cadas Pangeran
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News