MOJOKERTO, BANGSAONLINE.com - Pendiri ASC Foundation, Kiai Asep Saifuddin Chalim menyiapkan lahan 3 hektare untuk pilot project pertanian, peternakan, dan perikanan di Dusun Paras, Desa Kembang Belor, Kecamatan Pacet.
Kiai Asep Saifuddin Chalim menyampaikan, dalam waktu tiga bulan ke depan di lahan tersebut juga akan dibangun gedung pelatihan dan laboratorium pertanian, peternakan, hingga perikanan.
Baca Juga: Dihadiri Khofifah dan Diimami Syaikh Fadhil, Jenazah Prof Ridlwan Nasir Dishalati Ribuan Jemaah
"Nantinya akan ada pertanian mulai padi, jagung, kangkung, sedangkan peternakannya ada bebek, mentok, sapi, dan kambing. Untuk perikanannya nanti ada lele, nila, dan berbagai jenis ikan lainnya," jelas Kiai Asep yang juga pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah.
Kiai Asep berharap, gedung pelatihan dan laboratorium tersebut bisa dimanfaatkan warga untuk mempelajari bidang pertanian, peternakan dan perikanan. "Sehingga jika ada warga yang mempunyai lahan bisa dimanfaatkan untuk menanam kangkung, sehingga bisa dipanen sendiri, bisa dijual, atau dimanfaatkan menjadi lauk pauk," katanya.
Baca Juga: Penjelasan Kiai Asep soal Protes Kades Terhadap Bantuan Keuangan Desa 2025
"Tak hanya itu, saya menyerahkan pengelolaan lahan ini kepada Ketua Daerah Dewan Masjid Indonesia (DMI) Kabupaten Mojokerto Nur Rokhmad agar ke depannya masjid atau pondok pesantren bisa mandiri melalui pertanian, peternakan, ataupun perikanan," kata Kiai Asep.
"Diharapkan nantinya setiap masjid yang punya celengan bisa dipinjamkan kepada masyarakat sekitar untuk bisa dimanfaatkan untuk pertanian, peternakan atau pertanian seperti yang ada di Lombok Tengah. Lalu tiap dua minggu sekali diadakan pengajian dan pembekalan," pungkasnya.
Sementara itu, Ketua DMI kabupaten Mojokerto Nur Rokhmad menyambut baik program ASC Foundation di tiga bidang tersebut.
Baca Juga: Diikuti para Mahasiswi Asal Filipina, Peserta Pengajian Kitab Kiai Asep di UAC Membeludak
"Semoga dengan memproduksi hasil dari pertanian dan peternakan dapat menyejahterakan masyarakat khususnya petani maupun peternak. Sehingga dapat mengubah stigma dan paradigma bahwa menjadi petani dan peternak itu hidupnya sengsara, kotor, dan miskin," ujar Nur Rokhmad. (ris/rev)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News