JEMBER (BangsaOnline) - Sektor pertanian masih memegang peranan utama dalam ekonomi daerah di Kabupaten Jember, disamping adanya babak baru pengesahan Raperda Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) yang membuat nasib Jember lebih terang. Terlepas dari perdebatan serius yang terjadi antara legislatif dan eksekutif, RTRW memberikan jaminan gerak pembangunan Jember ke depan. Selain itu, sektor pertanian masih menjadi primadona penggerak ekonomi Jember 20 tahun mendatang.
Pada tahun 2013 lalu, kontribusi sektor pertanian mencapai 46,69 persen dan ditahun 2014 berdasarkan angka sementara badan pusat statistik kabupaten Jember sebesar 43,46 persen.
"Sektor pertanian masih menjadi sektor unggulan daerah. Dan mayoritas masyarakat masih menjadikan sektor pertanian sebagai mata pencarian atau pekerjaan," ujar Adhitya Wardono.
Lebih lanjut, menurutsalah satu ekonom Universitas Negeri Jember, Adhitya Wardono, terkait pengesahan Raperda RTRW, dia menjelaskan bahwa kendati kedua kubu masih memperdebatkan pasal mengenai pertambangan, namun sejatinya Jember masih akan sangat bergantung pada pertanian dan perkebunan.
Terbukti, saat ini pertanian di Jember dapat menghasilkan produksi tanaman pangan yang jauh lebih banyak. Bahkan, menjadi salah satu yang terbesar di Indonesia. Selain itu, kabupaten Jember juga menjadi lumbung padi provinsi Jawa Timur dengan tingkat produksi sebesar 971.261 ton. Dan pada tahun 2015 ini ditargetkan menjadi 1.030.000 ton beras per tahun.
Baca Juga: Petrokimia Gresik di Usia 52 Tahun, Dorong Kemajuan Pertanian dan Industri Kimia Berkelanjutan
“Belum lagi jika kita berbicara mengenai perkebunan di Jember. ada tembakau, kopi, dan juga kakao yang menjadi andalan daerah sejak dahulu,” tutur Adhitya.
Namun jika melihat Rencana Pembangunan Jangka Panjang dan Menengah Jember, diakui oleh Adhitya akan terjadi sedikit pergeseran. Yakni dari pertanian yang berbasis produksi tradisional menuju era industrialisasi pertanian.
Pasalnya, semakin berkembangnya zaman, maka kebutuhan atas berbagai komoditas diharapkan lebih cepat dan tepat. Sehingga, perbaikan teknologi dalam pengelolaan sektor pertanian menjadi skala prioritas guna meningkatkan kapasitas produksi dan juga sebagai nilai tambah produk pertanian.
Adhitya Wardono menambahkan dalam hal ini, Pemkab Jember harus meningkatkan kapasitas dan kinerja SDM setiap stakeholder. Lalu meningkatkan jalinan kerjasama strategis antar stakeholder, penguatan kelembagaan stakeholder untuk pengadaan dan pengelolaan perangkat keras dalam pengembangan dan inovasi teknologi pertanian
Di tempat terpisah, Sekretaris Kabupaten Jember Sugiarto membenarkan jika peraturan daerah mengenai rencana tata ruang wilayah (RTRW) sudah ada kesepakatan pendandatanganan dengan pihak legislator.
"Terkait persoalan ini kita sudah mencoba membuat perda masalah lahan pertanian berkelanjutan," Jelas Sugiarto.
Dalam hal ini, Pemkab Jember tak ingin konversi lahan pertanian ke arah nonpertanian . "Kalau lahan pertanian diarajkan untuk pertanian juga (komoditas lain), tidak masalah. Tapi kalau ke arah nonpertanian, itu yang menjadi masalah," ungkap Sugiarto.
Pemkab Jember tengah berupaya keras untuk mendukung program swasembada kedelai. Perlu diketahui saat ini lahan untuk kedelai mengalami peningkatan,yakni dari 9 ribu hektare pada 2013 menjadi 11 ribu hektare pada 2014. Empat ribu hektare lahan kedelai tersebut berada di Kecamatan Bangsalsari.
"Peningkatan lahan ini otomatis berdampak positif. Tahun 2013 saja dengan 9 ribu hektare bisa menghasilkan 21 ribu ton, apalagi jika lahan makin luas," Jelas Sugiarto.
Sedangkan menurut legislator asal PDIP, Bukri, yang juga ketua komisi B menjelaskan dirinya sangat mendukung rencana tersebut.
"ini sudah sangat urgent untuk segera dilakukan agar alih fungsi lahan pertanian bisa dikendalikan. Apalagi Jember belum punya perda induk RTRW sebagai landasan dalam pemanfaatan tata ruang," paparnya.
Bukri menyarankan agar substansi perda ini juga mencakup tata cara jual beli tanah pertanian, peruntukan yang diperbolehkan untuk kepentingan strategis daerah.
Baca Juga: Dukung Peningkatan Produksi Padi, Babinsa Lakukan Pendampingan dalam Percepatan Pompanisasi
"Pemkab tidak bisa membiarkan penyusutan areal pertanian terus terjadi, karena Kabupaten Jember merupakan salah satu sentra padi di Jatim dan Indonesia. Bahkan, sekitar 30% pasokan beras di pasaran Jatim dipasok dari Jember.
"Tahun ini kami targetkan produksi padi mencapai 1 juta ton dan tahun depan diharapkan ada peningkatan produksi, sehingga perlu segera ditetapkan lahan pertanian abadi melalui peraturan daerah," paparnya.
Ia menjelaskan lahan pertanian berkelanjutan seluas 101.600 hektare tersebut, terdiri dari 81.081 hektare lahan sawah dan 20.522 hektare untuk lahan tegal atau kering.
"Perda lahan pertanian abadi harus segera disahkan, kalau tidak maka lahan pertanian di Jember akan terus berkurang dan dapat memengaruhi produksi pangan," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News