SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Faksi fundamentalis tampaknya kembali
menguasai Taliban. Baradar – negosiator ulung dari faksi moderat – yang baru diangkat wakil perdana menteri Afghanistan menghilang. Ia berselisih dengan Haqqani
yang fundamentalis.
Apakah nasib Baradar akan sama dengan Syahrir, Sadr, Gus Ipul, atau Lin Piao? Simak tulisan wartawan terkemuka, Dahlan Iskan, berjudul Bulan Madu, pagi ini (17/9/2021) di Disway. BANGSAONLINE.com menurunkan tulisan tersebut secara lengkap. Nah, agar bisa membaca tuntas silakan klik langsung bangsaonline.com karena di aplikasi aggregator sering terpotong tak sempurna. Selamat membaca:
Baca Juga: Gus Ipul Tetap Jabat Mensos di Kabinet Merah Putih
TALIBAN pun manusia. Maksud saya: isi kepalanya berbeda-beda
Sebenarnya –ibarat manusia yang lagi jadi pengantin– pemerintahan Taliban ini masih dalam masa berbulan madu. Belum berumur satu bulan. Masih mesra-mesranya. Rukun-rukunnya.
Sampai kapan?
Baca Juga: Aktif Tanggulangi Kemiskinan di Jatim, Pj Gubernur dan Mensos Apresiasi Kerja Pilar Kessos
Tiga bulan? Enam bulan?
Media di Inggris menyebutkan: bulan madu Taliban sudah mulai terganggu. Pun sejak sebelum pemerintahan baru terbentuk.
Faksi moderat (Mullah Abdul Ghani Baradar dkk) mulai berselisih dengan faksi garis keras: Khalil Haqqani dkk.
Baca Juga: Gebyar Hari Anak Nasional Kota Pasuruan, Gus Ipul: Semoga Jadi Pemimpin Masa Depan
Haqqani oleh media di Barat disebut faksi teroris. Nama Haqqani memang masuk daftar teroris di Amerika.
Dalam konflik itu, Haqqani diberitakan sampai berantem fisik dengan Baradar. Tempatnya, duh, di Istana Negara. Yakni istana yang baru saja mereka duduki.
Senjata api pun dikabarkan sampai menyalak. Baradar terkena peluru.
Baca Juga: Dorong UKM dan IKM, Gus Ipul dan Istri Resmikan Galeri Dekranasda di Alun-Alun Kota Pasuruan
Seminggu kemudian ada video klarifikasi: Baradar tidak meninggal dunia. Hanya saja Baradar tidak pernah muncul di media atau di depan umum. Menghilang? Sakit? Meninggal?
Semua revolusi memang memiliki tahapan-tahapannya. Revolusi apa pun. Di mana pun. Tahapan yang paling menyakitkan adalah ''pasca bulan madu''. Ketika perbedaan pendapat mulai muncul. Ketika pilihan strategi tidak sama. Ketika tabrakan ide mengeras.
Kelompok pemuda revolusioner seperti Sukarni, Chairul Saleh, Sutan Syahrir dkk dulu juga begitu kecewa. Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia dicanangkan ternyata mengecewakan.
Baca Juga: Wali Kota Pasuruan Harap Bantuan RTLH Bisa Tingkatkan Kenyamanan untuk Masyarakat
Mereka mengeluh: setelah berhasil merdeka pun ternyata yang menjalankan administrasi pemerintahan masih tetap birokrasi peninggalan Belanda.
Merdeka, ternyata harus punya pemerintahan. Pemerintahan ternyata harus punya birokrasi. Para pejuang kemerdekaan tidak punya birokrasi yang siap pakai. Revolusi ternyata berhenti oleh kenyataan: yang menjalankan pemerintahan adalah birokrasi lama yang awalnya justru ingin mereka hancurkan lewat revolusi.
Sutan Syahrir harus masuk penjara. Pemberontakan terjadi di banyak tempat.
Baca Juga: Amanat Gus Ipul saat Pelantikan Anggota DPRD Kota Pasuruan Periode 2024-2029
Banisadr, tangan kanan tokoh revolusi Iran Ayatollah Khomeini, harus dipecat. Revolusi harus memotong tangannya sendiri.
Teman saya, Arif Afandi, Ketua Kagama Jatim, punya hasil penelitian: bulan madu antara gubernur dan wakil gubernur hanya sependek 6 bulan. Demikian juga wali kota dan wakilnya. Pun bupati dan wabupnya. Arif sendiri pernah jadi wakil wali kota Surabaya.
Tentu ada yang tetap pura-pura rukun sampai 10 tahun. Dengan harapan sang wakil akan didukung penuh untuk menjadi gubernur berikutnya. Seperti yang secara tragis dialami Wakil Gubernur Jatim Saifullah Yusuf. Penantian 10 tahun itu ternyata fatamorgana. Gus Ipul, nama panggilannya, harus kalah berhadapan dengan calon yang didukung pasangan 10 tahunnya. Untung Gus Ipul, kemudian terpilih sebagai wali kota di sebuah kota sangat kecil: Pasuruan.
Baca Juga: Buka Sosialisasi SIMBG, Wali Kota Pasuruan Ajak Pengusaha Ikuti Aturan Undang-Undang
Apakah Baradar akan menjadi Syahrir, Sadr, Gus Ipul, atau pun Lin Piao di Tiongkok?
Atau Baradar justru akan membentuk Taliban-Perjuangan?
Perselisihan itu klasik sekali: siapa yang sebenarnya lebih berperan. Khususnya dalam mengakhiri pendudukan asing di Afghanistan. Kelompok Baradar atau kelompok Haqqani.
Baca Juga: Semarak Resepsi Malam Kenegaraan di Kota Pasuruan
Tanpa Haqqani Amerika tidak akan kehilangan harapan di Afghanistan. Perlawanan Haqqani di daerah-daerah membuat Amerika realistis: Taliban tidak bisa dilawan.
Tanpa Baradar Amerika tidak menemukan jalan untuk mengakhiri pendudukan itu. Baradarlah yang membuat Amerika percaya: Afghanistan merdeka tidak akan bisa dijadikan sarang teroris internasional.
Maka Amerika pun terus mencari tahu: di mana Baradar. Untuk diajak berunding.
Ternyata Baradar di dalam penjara. Sudah hampir 10 tahun. Di Pakistan. Maka Amerika, di zaman Presiden Donald Trump, menekan Pakistan. Baradar harus dibebaskan.
Baradar punya syarat: 5.000 Taliban yang lagi di penjara juga harus dibebaskan. Amerika pun memenuhi syarat Baradar itu. Sekalian minta pertukaran agar Taliban juga membebaskan tentara Amerika.
Maka dari penjara Pakistan yang miskin, Baradar langsung ke Doha. Ibu kota Qatar itu begitu besar. Begitu modern. Kaya. Makmur.
Di Doha, Baradar harus bertemu juru runding Amerika: Zalmay Khalilzad. Di sebuah villa mewah di kawasan wisata indah di pantai Doha.
Zalmay sangat dipercaya oleh Presiden Trump. Ia kader Partai Republik. Mantan duta besar Amerika di Iraq. Juga di Afghanistan dan di PBB. Ia kelahiran Mazar-i-Sharif, sebuah kota penting di Afghanistan utara.
Meski ia asli ''orang utara'' –yang biasanya suku Tajik– Zalmay dari suku yang sama dengan Baradar: Pastun.
Zalmay ke Amerika sejak SMA. Ikut pertukaran pelajar. Lalu kuliah di Lebanon. Ketemulah mahasiswi asal Amerika di Lebanon. Kawin. Punya dua anak.
Hari itu, di tahun 2018, Baradar berada lebih dulu di salah satu ruang perundingan di villa tersebut. Ketika Zalmay masuk ruang itu Baradar masih berdiri di dekat jendela, memandang ke keindahan di luar villa.
Zalmay pun menyapa Baradar dalam bahasa Pastun: "seperti di surga ya...".
Baradar langsung menutup tirai jendela itu. Perundingan pun dimulai. Tidak hanya sekali itu. Berbulan-bulan.
Hasilnya: Amerika akan menarik dari dari Afghanistan. Waktunya: Mei 2021. Afghanistan tidak boleh menjadi basis terorisme internasional.
Sejak itu Taliban sudah tahu: tidak lama lagi Afghanistan merdeka. Moral Taliban naik. Justru moral pemerintah Afghanistan yang runtuh.
Joe Biden, pengganti Trump, mengundurkan Mei itu menjadi 30 Agustus. (Sengaja saya tulis 30 Agustus, karena Mirza pasti lebih tahu yang sebenarnya adalah 31 Agustus).
Ternyata Biden tetap memercayai Zalmay sebagai juru runding Amerika. Sampai menjelang Agustus 2021 perundingan terus dilakukan. Zalmay terus memegang peran sentral. Termasuk bagian terakhir menjelang kemerdekaan itu.
Inilah hasil perundingan terakhir itu: seminggu terakhir menjelang 30 Agustus, Taliban tidak boleh masuk ibu kota, Kabul. Dalam seminggu itu proses penarikan semua tentara Amerika akan selesai. Aman.
Selama seminggu itu pula tentara Taliban boleh menguasai seluruh Afghanistan, tapi hanya boleh sampai pintu gerbang Kabul. Taliban juga boleh menyerang tentara pemerintah Afghanistan, tapi tidak boleh menembaki tentara Amerika.
Begitulah media di Amerika akhirnya mengungkapkan hari-hari terakhir pendudukan Afghanistan.
Waktu satu minggu itu bisa juga digunakan Taliban untuk negosiasi dengan Presiden Ashraf Ghani: bagaimana tata cara pergantian pemerintahan. Juga bagaimana mengatur Afghanistan ke depan.
Baradar dan Zalmay menyepakati semua itu.
Kemudian ... Terjadilah apa yang seharusnya tidak terjadi: Presiden Ghani kabur meninggalkan Afghanistan. Ia terbang ke Uni Emirat Arab.
Taliban sendiri kaget.
Baradar masih di surga di Doha. Maka harus diapakan Kabul yang vakum dari kekuasaan.
Baradar menawarkan kepada Amerika. Agar tentara Amerika saja yang mengamankan Kabul yang kosong. Amerika tidak mau. Amerika merasa itu sudah bukan tanggung jawabnya.
Maka Taliban masuk ke Kabul. Tidak dianggap melanggar hasil perundingan. Apalagi selama seminggu itu tidak melakukan kerusakan apa pun.
Bulan madu pun terpaksa dimulai tiba-tiba –justru sebelum pengantinnya siap di pelaminan. (Dahlan Iskan)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News