PONOROGO, BANGSAONLINE.com - Gubernur Jawa Timur (Jatim), Khofifah Indar Parawansa, mengapresiasi inovasi SMKN 1 Jenangan Ponorogo yang berhasil memproduksi alat pengolahan Pupuk Organik Granula (POG), G-ESEMKA. Ia mendorong SMK yang mengubah bentuk jadi badan layanan umum daerah (BLUD) untuk menjadi laboratorium inovasi, sehingga mampu menghasilkan lulusan yang unggul dan kompeten.
“Yang link dan match antara SMK dan industri, dunia usaha dan dunia kerja, sehingga daya saing siswa SMK akan semakin tinggi dan mampu menghadapi persaingan global,” ujarnya saat berkunjung ke SMKN 1 Jenangan Ponorogo, Senin (8/11).
BACA JUGA:
- Lagi, Siswa Jatim Terbanyak Nasional Lolos SNBP, Khofifah: On The Right Track
- Pj Gubernur Jatim Terima Simbolis Bantuan Baja Ringan untuk Pemulihan Pascagempa di Bawean
- Prevalensi Stunting Jatim Terus Turun, Khofifah Ajak Semua Pihak Tekan hingga Angka 14 Persen
- Pj Gubernur Jatim Safari Ramadan di Kota Kediri, Beri Santunan Anak Yatim dan Gelar Pasar Murah
Ia menuturkan, siswa harus dimotivasi untuk terus berkarya, berinovasi, dan berkreasi sesuai dengan kompetensi yang dimiliki. Untuk itu, lanjut Khofifah, SMK harus mampu menciptakan atmosfer yang kuat bagi para siswanya agar termotivasi menciptakan terobosan, dan inovasi yang dapat menjadi solusi atas sejumlah persoalan masyarakat.
Menurut dia, inovasi tersebut dapat dikomersilkan pada tahapan selanjutnya. Dengan demikian, wirausahawan-wirausahawan muda yang memiliki keterampilan dan kompetensi yang tinggi bakal tercipta.
“Jadi, lulusan SMK tidak perlu mencari pekerjaan. Sebaliknya, merekalah yang kemudian menciptakan lapangan pekerjaan bagi dirinya dan orang lain,” tuturnya.
Dalam agenda itu, ia memuji mesin G-ESEMKA hasil inovasi siswa dan guru SMKN 1 Jenangan Ponorogo. Mesin tersebut adalah alat pengolahan pupuk organik dengan menggunakan granulator yang difungsikan untuk mengubah material serbuk menjadi butiran (granule) yang sangat diperlukan dalam pembuatan POG.
Khofifah berujar, hadirnya inovasi ini menjadi solusi dalam membantu persoalan lahan pertanian yang semakin rusak akibat penggunaan pupuk kimia, atau pestisida yang berlebih di daerah setempat, sekaligus membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat untuk bergerak di bidang pertanian, khususnya dalam hal pupuk organik.