PONOROGO, BANGSAONLINE.com - Gubernur Jawa Timur (Jatim), Khofifah Indar Parawansa, mengapresiasi inovasi SMKN 1 Jenangan Ponorogo yang berhasil memproduksi alat pengolahan Pupuk Organik Granula (POG), G-ESEMKA. Ia mendorong SMK yang mengubah bentuk jadi badan layanan umum daerah (BLUD) untuk menjadi laboratorium inovasi, sehingga mampu menghasilkan lulusan yang unggul dan kompeten.
“Yang link dan match antara SMK dan industri, dunia usaha dan dunia kerja, sehingga daya saing siswa SMK akan semakin tinggi dan mampu menghadapi persaingan global,” ujarnya saat berkunjung ke SMKN 1 Jenangan Ponorogo, Senin (8/11).
Baca Juga: Pj Adhy Karyono Dinobatkan Sebagai Kepala Daerah Peduli Penyiaran 2024 oleh KPID Jatim
Ia menuturkan, siswa harus dimotivasi untuk terus berkarya, berinovasi, dan berkreasi sesuai dengan kompetensi yang dimiliki. Untuk itu, lanjut Khofifah, SMK harus mampu menciptakan atmosfer yang kuat bagi para siswanya agar termotivasi menciptakan terobosan, dan inovasi yang dapat menjadi solusi atas sejumlah persoalan masyarakat.
Menurut dia, inovasi tersebut dapat dikomersilkan pada tahapan selanjutnya. Dengan demikian, wirausahawan-wirausahawan muda yang memiliki keterampilan dan kompetensi yang tinggi bakal tercipta.
“Jadi, lulusan SMK tidak perlu mencari pekerjaan. Sebaliknya, merekalah yang kemudian menciptakan lapangan pekerjaan bagi dirinya dan orang lain,” tuturnya.
Baca Juga: Nakes Muda Jatim Deklarasi Dukung Khofifah-Emil, Rasakan Peningkatan Bidang Kesehatan di Periode 1
Dalam agenda itu, ia memuji mesin G-ESEMKA hasil inovasi siswa dan guru SMKN 1 Jenangan Ponorogo. Mesin tersebut adalah alat pengolahan pupuk organik dengan menggunakan granulator yang difungsikan untuk mengubah material serbuk menjadi butiran (granule) yang sangat diperlukan dalam pembuatan POG.
Khofifah berujar, hadirnya inovasi ini menjadi solusi dalam membantu persoalan lahan pertanian yang semakin rusak akibat penggunaan pupuk kimia, atau pestisida yang berlebih di daerah setempat, sekaligus membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat untuk bergerak di bidang pertanian, khususnya dalam hal pupuk organik.
Baca Juga: Cabup Dhito Ngobrol Bareng Gen Z Kediri, Mulai Bahas Bonus Demografi hingga Tantangan ke Depan
“Inovasi ini menjadi bukti nyata peran SMK BLUD Jawa Timur dalam mewujudkan pembelajaran berbasis Teaching Factory (TEFA) dan Project Based Learning,” kata Khofifah.
Terobosan ini, lanjut Khofifah, merupakan salah satu karya dari 20 SMK BLUD di Jatim. Tercatat, jumlah SMK BLUD di wilayahnya ialah yang terbanyak di antara provinsi se-Indonesia, bahkan saat ini sedang dilakukan proses evaluasi kelayakan tambahan 62 SMK yang mengajukan untuk menjadi SMK BLUD.
"Ditargetkan akhir tahun 2021 akan meningkat menjadi 77 SMK BLUD. Ini membuktikkan bahwa SMK-SMK di Jawa Timur terus meningkatkan kualitasnya dengan terobosan inovasi dan kreasi yang terus dicetuskan," paparnya.
Baca Juga: Sambangi Industri Olahan Kopi Orientasi Ekspor, Khofifah Dorong Perbanyak Serap Hasil Petani Jatim
Jumlah terbanyak SMK berstatus BLUD ini juga menarik perhatian Dirjen Pendidikan Vokasi Kemdikbud, Wikan Sakarinto. Pada acara Webinar Perempuan Hebat Untuk Vokasi Kuat tanggal 21 Desember 2020 lalu, Wikan bahkan mengapresiasi pengembangan pendidikan vokasi Jatim di era kepemimpinan Gubernur Khofifah. Wikan bahkan menyebut Provinsi Jawa Timur adalah “Provinsi Vokasi” lantaran Gubernur Jawa Timur sangat fokus dalam pembinaan dan penguatan 20 lembaga SMK BLUD di Jawa Timur.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jatim, Wahid Wahyudi, mengatakan bahwa dalam pengurusan status SMK BLUD persyaratan yang dilampirkan cukup ketat. Hal ini meliputi persyaratan substantif, teknis, dan persyaratan administratif.
"Substantif artinya bahwa SMK tersebut mempunyai kompetensi keahlian yang berkaitan dengan pelayanan umum. Jadi, sekolah harus punya keunggulan tertentu sesuai dengan potensi lokal daerah tersebut," kata Wahid.
Baca Juga: Jatim Juara Umum OPSI 2024, Adhy Karyono: Kado Membanggakan di Hari Pahlawan
Ia berujar, secara teknis hal itu merupakan persyaratan kelayakan kinerja pelayanan dan keuangan. Sedangkan, administratif adalah menilai kelayakan rencana strategis bisnis, pola tata kelola, dan persyaratan legalitas lain yang dipersyaratkan.
Inovasi G-ESEMKA telah dibeli Dinas Pertanian Kabupaten Ponorogo, selain itu juga digunakan oleh kelompok Tani “MAKMUR” Desa Sumoroto dengan produk Pupuk Organik cap “MERAK” yang sudah dapat menembus pasar luar Kabupaten Ponorogo. Di samping itu, petani tembakau di Kabupaten Ponorogo juga memanfaatkan mesin G-ESEMKA untuk produksi pribadi. (tim)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News