KEDIRI, BANGSAONLINE.com - Pelaku UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) di Kabupaten Kediri diresahkan dengan melambungnya harga minyak goreng. Apalagi ada rencana pemerintah mewajibkan pelaku usaha menggunakan minyak goreng kemasan.
Adalah Peraturan Menteri Perdagangan nomor 36 tahun 2020 tentang minyak goreng sawit agar dijual dalam kemasan yang membuat resah pelaku usaha, khususnya UMKM yang membutuhkan bahan minyak goreng untuk produksi usahanya.
Baca Juga: Debat Publik Terakhir KPU Kediri Sukses, Dhito Kenakan Sepatu Produk UMKM
Gatot Siswanto (56), Ketua Kelompok UMKM Kelud Mandiri Kabupaten Kediri, mengatakan bahwa rencana pemerintah yang akan mengalihkan penggunaan minyak goreng curah ke minyak goreng kemasan akan memberatkan pelaku usaha.
"Penggunaan minyak goreng kemasan tentu ada hitungan margin penurunan. Karena selama ini, saat menghitung BEP produksi itu dengan harga dasar minyak curah, bukan kemasan," kata pria yang mempunyai usaha stik tahu dan tahu bulat goreng itu, Rabu (24/11).
Saat ini harga minyak curah berkisar di angka Rp13.000 per liter, sedang harga minyak kemasan di angka Rp19.500 rupiah. Sementara harga minyak goreng curah sebulan lalu, berkisar di angka Rp9.000. Sedangkan minyak goreng kemasan hanya Rp12.500 per liternya.
Baca Juga: Komitmen Wujudkan Hilirisasi Dalam Negeri, Antam Borong 30 Ton Emas Batangan Freeport
"Dengan harga minyak goreng curah yang saat ini tembus 13 ribu per liter, kami masih bisa bertahan, meski belum menaikkan harga, karena kondisi ekonomi sekarang ini lagi melemah. Barang sudah terjual saja sudah senang," ujar warga Desa Toyoresmi, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Kediri itu.
Gatot berharap ada perlakuan khusus untuk pelaku UMKM, yaitu bisa tetap menggunakan minyak goreng curah. "Sebagai produsen, kebutuhan minyak kan banyak, bila membeli kemasan, tentunya harus mengeluarkan anggaran besar," katanya.
Ia mengungkapkan, harga minyak kelapa kemasan saat ini sudah tembus Rp30 ribu per liter. Sedangkan minyak dari sawit Rp19 ribu per liter. Sebelumnya, harga minyak goreng sawit kemasan di kisaran 14 - 15 ribu per liter.
Baca Juga: Menko Marves Resmikan Bandara Dhoho, Pemkab Kediri Dorong Percepatan Sarpras Pendukung
"Bila harga minyak goreng tetap tinggi, tentu akan mengancam keberlangsungan usaha UMKM. Karena selama ini produk UMKM harus bersaing dengan produk pabrik," tuturnya.
"Harus diakui, produk pelaku UMKM itu masih kalah dengan produk pabrik terutama masalah kemasan dan kualitas, serta harga yang lebih murah. Pelaku UMKM hanya mengandalkan pasar wisata dan pusat oleh-oleh untuk mengangkat produk khas daerah," terangnya.
Karena itu, kalau harga minyak goreng terus naik, tidak menutup kemungkinan harga jual produk UMKM seperti stik tahu dan produk gorengan lainnya akan dinaikkan.
Baca Juga: Sapa Masyarakat, Mbak Cicha Perkuat Visi Misi Dhito-Dewi Kembangkan UMKM
Gatot menyebut, Paguyuban UMKM Kelud Mandiri mempunyai anggota lebih dari 300 pelaku UMKM. Saat ini, para pelaku UMKM baru mulai menggeliat, pasca 2 tahun terdampak pandemi Covid-19.
"Saat ini di kalangan pengusaha UMKM ada semacam keresahan, bila harga minyak goreng terus naik dan rencana pengalihan penggunaan minyak goreng curah ke minyak goreng kemasan," tutup Gatot. (uji/mar)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News