Andalkan JKN, Chinta Ditangani Cepat Saat Persalinan

Andalkan JKN, Chinta Ditangani Cepat Saat Persalinan Chinta Febrina Hapsari. Foto: Ist.

KEDIRI, BANGSAONLINE.com - Pertama kali menggunakan (), Chinta Febrina Hapsari (29), mengandalkan untuk penjaminan persalinan anak pertamanya. Warga Kabupaten Kediri ini mengaku dilayani dengan cepat saat berada di Instalasi Gawat Darurat (IGD) rumah sakit.

"Saya baru pertama kali memanfaatkan untuk persalinan anak saya yang pertama. Persalinannya normal, pada saat itu langsung ke IGD. Pelayanannya cepat, mudah, lancar, saya tidak menunggu lama, pokoknya langsung dilayani," ucapnya, Sabtu (22/6/2024).

Menurut dia, saat itu kondisi ketubannya sudah pecah, sehingga perlu penangan segera. Meskipun menggunakan jaminan kesehatan , Chinta tidak merasa dibedakan dengan pasien maupun peserta lainnya.

"Waktu itu langsung ke IGD karena sudah kontraksi. Di IGD ternyata ketuban sudah pecah duluan, jadi perlu penanganan cepat. Selama mendapatkan pelayanan kesehatan di rumah sakit, saya tidak merasa dibedakan, petugas medisnya baik, ramah, pelayanannya enak, tidak ada perbedaan," terangnya.

Bersyukur saat lahir bayinya sehat. Namun karena berat badan kecil, Chinta mengungkapkan anaknya harus menjalani perawatan khusus, sebab menelan air ketuban.

"Alhamdulillah bayi sehat. Berat badannya kecil jadi masih perlu diselang karena dia menelan air ketuban, takutnya jadi infeksi. Tetapi ternyata tidak sampai rawat inap, pulangnya barengan dengan saya. Saya melahirkan hari Kamis jam 05.00 pagi, kemudian esoknya hari, Jum’at sekitar Ashar sudah pulang. Walaupun tidak menginap, tetapi ruangannya sempat dipisah dengan saya," imbuhnya.

Sempat mendengar informasi tidak mengenakkan tentang pelayanan , Chinta tidak langsung percaya. Ia membuktikan sendiri bahwa pengalamannya ketika menggunakan , bahwa pelayanannya positif dan baik.

"Pengalaman saya pakai itu, saya tidak pernah merasakan pelayanan yang jelek. Orang sekitar saya malah mendukung supaya saya persalinan menggunakan . Katanya lebih enak, buat apa punya tetapi tidak digunakan, lebih baik digunakan. Dan ternyata memang baik pelayanannya," jelasnya.

Seandainya tidak menggunakan , Chinta tidak bisa membayangkan akan mengeluarkan biaya berapa banyak. Meskipun ia memutuskan untuk naik kelas ke kelas yang lebih tinggi tingkatannya dan harus membayar selisih biaya, namun ia merasa terbantu.

"Kalau tidak pakai , kata keluarga yang sudah pengalaman itu sekitar Rp10 juta. Saya kemarin naik kelas, jadi membayar selisih biayanya sekitar Rp2 juta. Kalau tidak pakai malah habis berapa saya," ucapnya.

Sebagai peserta (), Chinta mengaku tidak keberatan membayar iuran setiap bulan dari gajinya. Menurutnya, membayar iuran itu seperti menabung. Ditambah lagi ia telah merasakan manfaatnya, ketika membutuhkan pelayanan kesehatan tidak khawatir karena bisa menggunakan .

"Saya tidak keberatan membayar iuran , jadi kita seperti menabung. Kalau sakit atau ada musibah apa tetapi kita tidak punya uang untuk biayanya bagaimana? Kalau sudah ada kan tidak khawatir," ujarnya sambil tersenyum.

Oleh karenanya, Chinta mengimbau agar masyarakat memanfaatkan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Selain mudah, menurut Chinta, pelayanannya juga cepat dan ramah.

"Karena pengalaman saya pakai itu enak, gampang, dan bermanfaat sekali. Jadi kenapa tidak pakai saja kalau berobat. Pelayanannya juga cepat dan ramah," kata Chinta.

Ia berharap, BPJS Kesehatan bisa mempertahankan pelayanan yang sudah baik seperti saat ini, sehingga masyarakat bisa merasakan manfaatnya tanpa merasa kesulitan.

"Semoga BPJS Kesehatan kedepannya pelayanannya tetap sama seperti saat ini. Pelayanannya ramah, mudah, cepat dan tidak ribet. Kalau ada orang yang butuh sekali tidak merasa kesulitan," pungkasnya. (uji/BPJS Kesehatan)

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO