SURABAYA, BANGSAONLINE.com – Dalam budaya Tionghoa, 11 binatang dianggap mewakili seluruh watak manusia. Lalu ditambah lagi binatang fantasi: naga. Jadilah 12 binatang. Tapi kenapa orang Tionghoa ingin bershio naga?
Simak tulisan wartawan kawakan, Dahlan Iskan, di BANGSAONLINE.com pagi ini, Selasa 1 Februari 2022. Selamat membaca:
Baca Juga: Puisi Prof Dr 'Abd Al Haris: Pimpin dengan Singkat, Gus Dur Presiden Penuh Berkat
TERNYATA perlu 11 jenis binatang untuk bisa mewakili seluruh watak manusia. Itu pun belum cukup. Perlu diciptakan binatang ke-12. Agar seluruh sifat manusia bisa dilihat di binatang.
Binatang ke-12 itu sebenarnya bukan binatang: naga. Ia seperti ular tapi besar sekali. Bisa terbang pula. Padahal tidak bersayap. Sakti. Perkasa. Dari mulutnya bisa menyemburkan api.
Ia binatang fantasi.
Baca Juga: Hadiri Haul Ke-15 di Ciganjur, Khofifah Kenang Sosok Gus Dur Sebagai Pejuang Kemanusiaan
Setelah diciptakannya naga itu, genaplah 12 shio dalam susunan keberuntungan hidup di budaya Tionghoa: tikus, kerbau, macan, kelinci, naga, ular, kuda, kambing, monyet, ayam, anjing, babi.
Tahun ini disebut tahun macan. Terhitung sejak tadi malam. Tahun depan tahun kelinci. Depannya lagi tahun naga. Orang Tionghoa banyak yang merencanakan agar anak mereka lahir di tahun naga: berarti baru akhir tahun depan para suami harus lebih giat menaburkan benih ke rahim istri.
Sebenarnya naga bukan monopoli dunia Timur. Di Barat juga dikenal binatang fantasi itu. Hanya saja naga di Barat digambarkan bersayap.
Baca Juga: Tak Ada Data, Keluarga Kiai Besari Minta Gus Miftah Tak Ngaku-Ngaku Keturunan Kiai Besari
Di Indonesia, shio naga dimiliki oleh Presiden Gus Dur. Tiga presiden lainnya sama: Bung Karno, SBY, dan Jokowi, sama-sama bershio kerbau. Presiden Megawati bershio babi. Sedang B.J. Habibie bershio tikus.
Sudah dua tahun ini tahun baru Imlek dalam suasana duka: pandemi Covid-19. Tapi tetap saja orang harus mengatakan 新年快乐 (xin nian kuai le): berbahagialah di tahun baru. Atau 恭喜发财 (gong xi fa cai): selamat menuju kemakmuran.
Berbeda dengan tahun baru Masehi, di malam tahun baru Imlek tidak ada perayaan. Semua keluarga Tionghoa harus kumpul di rumah: makan-makan. Sebelum makan-makan sebaiknya sembahyang ke para leluhur. Menu wajib makan tadi malam: babi kecap, ikan, tahu, dan mie.
Baca Juga: Alasan PDIP Pecat Jokowi dan Kelucuan Pidato Gibran Para-Para Kiai
Lalu, pagi ini, kegiatan utama orang Tionghoa: bagi-bagi hong bao (ang pao). Yakni amplop merah. Bukan amplopnya yang penting, tapi isinya: uang.
Orang yang lebih tua memberi hong bao pada anak-anak atau keponakan-keponakan. Kakek-nenek memberi hongbao pada cucu-cucu.
Sehari ini yang lebih muda dan anak-anak berkunjung ke orang yang dituakan. Sambil berharap dapat ang pao.
Baca Juga: Sidang Restitusi, Keluarga Korban Tragedi Kanjuruhan Tuntut Rp17,5 M dan Tagih Janji Presiden
Yang tidak boleh berharap dapat ang pao adalah: mereka yang sudah menikah.
Begitu banyak aturan di sekitar tahun baru Imlek. Beda asal beda kebiasaan. Yang leluhurnya Hokkian beda dengan yang Guangdong. Yang Tiuchu beda dengan yang Hakka.
Hari ini, misalnya, umumnya tidak boleh bersih-bersih. Tidak boleh menyapu. Tidak boleh ganti sprei. Kalau terpaksa menyapu arah sapunya harus ke dalam. Agar rejeki tidak keluar.
Baca Juga: Kang Irwan Dukung Mbah Kholil, Kiai Bisri dan Gus Dur Ditetapkan jadi Pahlawan Nasional
Tadi malam, umumnya tidak tidur sampai jam 00.00. Di tengah malam itu mereka harus sembahyang di rumah masing-masing.
Saya sendiri tadi malam melewatkan malam tahun baru Imlek di atas kapal feri: menyeberangi selat Sunda. Dari Merak ke Bakauheni.
Di atas feri saya mengingat-ingat apa saja yang berubah di kalangan masyarakat Tionghoa di Indonesia.
Baca Juga: Khofifah-Emil Kenang Sosok Bung Karno dan Kedekatannya dengan Ulama NU
Sudah dua-tiga tahun ini saya tidak lagi mendengar ada orang Tionghoa yang berkata: "wo men zai guo nei..." dengan pengertian bahwa yang disebut ''guo nei'' adalah Tiongkok. Kesadaran bahwa ''guo nei'' kita itu, ya, Indonesia.
Kebiasaan salah itu mungkin bermula dari guru bahasa Mandarin mereka di masa silam: guru itu dari Tiongkok. Sehingga wajar ketika guru itu mengatakan ''guo nei'', yang dimaksud Tiongkok.
Memang saya masih berharap sebutan ''wo men zhong guo ren'' mulai bergeser ke ''wo men in ni hua ren''. Tapi yang ini mungkin perlu waktu lebih lama: kata zhong guo tidak hanya identik dengan negara Tiongkok. Kata ''zhong guo'' juga sudah identik dengan ''zhong hua''.
Baca Juga: Rocky Gerung Ajak Pemuda di Surabaya Kritis Memilih Pemimpin
Kemajuan nyata terlihat di Universitas Ciputra Surabaya. Seorang dosen komunikasi di situ, Dr Maksum, orang Madura, bercerita pada saya bahwa di kelasnya hampir sama antara mahasiswa Tionghoa dan pribumi. Ia juga melihat tidak ada sekat di antara mereka.
Maksum melihat anak-anak pengusaha Muslim ingin anak mereka jadi pengusaha besar, seperti konglomerat Ciputra. Lalu menyekolahkan anak ke sana.
Sebaliknya, kata Maksum, alumnus Unair, banyak mahasiswa Tionghoa yang mulai masuk prodi ekonomi syariah di Universitas Airlangga.
Sekat-sekat memang masih terlihat: di perumahan, di sekolah, di ekonomi. Tapi tetap saja hari ini kita ucapkan: xin nian kuai le, gong xi fa cai. (Dahlan Iskan)
Anda bisa menanggapi tulisan Dahlan Iskan dengan berkomentar http://disway.id/. Setiap hari Dahlan Iskan akan memilih langsung komentar terbaik untuk ditampilkan di Disway.
Komentar Pilihan Dahlan Iskan
Edisi 31/1:
A. Faqih
Diam ku bukanlah sepi Diam ku bukanlah hening Diam ku bukanlah hampa Tapi... Diam ku adalah cerita Diam ku adalah fakta Diam ku adalah perjalanan untuk membuat mu diam
Firdausmasril
"Anda sudah tau" Lama2 menjengkelkan juga frase ini. Anda ingin saya jadi Tuhan? Maha tau?
Er Gham
Korupsi nominal kecil itu bagai latihan. Ratusan ribu dulu buat tes nyali. Beralih ke jutaan, apa masih gemetar. Lalu puluhan juta, apa masih tidur nyenyak. Kalo sudah mahir, coba ratusan juta. Dianggap lulus kalo sudah miliaran. Istri pura pura tidak tahu. Anak tidak mau tahu. Saudara damai damai aja gak mau tanya. Tetangga oke oke aja. Ini bener bener budaya.
Mbah Mars
STATISTIK KOMEN TERPILIH DISWAY JANUARI 2022 Jumlah komen terpilih di bulan ini ada 560. Naik tajam dari 401 komen di bulan Desember 2021. Berikut ini 10 besar kolektor komen terpilih: 1. Aryo Mbediun : 36 2. Mbah Mars: 28 3. Udin Salemo, Johan, Aji Muhammad: 17 4. Sadewa, Aleks Sujoko, Liam, Amat: 14 5. Er Gham: 13 6. Sea Lead, Robban: 11 7. Sin, Mirza, Juve Zhang: 9 8. Teguh Wibowo, Parikesit: 8 9. Yea aina, Thamrin: 7 10. Aat: 6 Perebutan pertamax di Januari ini cukup seru. Berikut rekapnya: 1. Fadil: 13 2. Hijriah: 8 3. Muliyanto: 5 4. Hidayat: 2 5. Juragan Tekateki: 2 6. Amat: 1 Komentar berbau SARA dari Disway 051076 sudah tidakmuncul lagi. Ummi Hilal sesekali masih nongol meski akhir-akhir ini absen. Perang tanding antara “Tom” Komentator Spesialis VS “Jerry” Buzzer NKRI masih selalu berlangsung seru. Buzzer NKRI memang tercipta untuk Komentator Spesialis. Perang tanding insidental yang tak kalah sengit juga tersaji antara Prof Pryadi VS Dahlanist. Mas Aji Muhammad Yusuf silahkan ditambah statistiknya. Oke, Sekian dulu. Selamat menikmati harpitnas dan libur Imlek. Sehat dan bahagia selalu.
Alexs sujoko sp
Maling : ngambil sesuatu yang bukan miliknya. Jangan ada kata khilaf, hari ini sedikit besok nambah banyak. Itu yang terjadi di lapangan ketika saya pernah kelola BBM Solar untuk Industri. Saya selalu tegas ke bawahan jika ada yg mencuri, ketika tertangkap dengan barang bukti maka langsung kami interograsi. Pilihannya ada 2 : mengundurkan diri atau dipecat. Yang terjadi karyawan milih dipecat karena nilai pesangonnya lebih besar. Kami tak kurang akal, oke dipecat tapi anda akan kami laporkan ke kepolisian dengan barang bukti dan saksi yang ada. Maka pelakunya akan gemetar dan milih mengundurkan diri. Konsekuensinya ya pesangon tidak seberapa. Dan kebijakan masih diberi surat keterangan pernah bekerja. Jadi awalnya kecil yang ditilap, lama - lama membesar begitu tahu duwidnya dan kemudahan caranya. Kuncinya " tidak boleh melakukan pembiaran, bahaya "
P'tani Dinding
Seharusnya bila ada kejahatan karena terdesak oleh kebutuhan untuk makan, para eksekutif lah yang harus dihukum. Mereka dibayar mahal untuk menjamin kesejahteraan setiap warga. Potong gaji para eksekutif setiap kali ada kejahatan karena terdesak lapar.
Disway 17087206
Manusia itu mahluk yg aneh bilangnya sayang tapi tiap hari bertengkar melulu dan setelah orang disampingnya meninggal barulah nangis meraung raung dan bercerita kemana mana bahwa anda sangat sayang sama almarhum ,dan begitu juga ada suami istri yg cerai lalu berkoar koar bahwa anda sebenarnya masih cinta wkkk,begitu juga dg sahabat2 yg anda miliki ketika anda masih hidup mungkin banyak yg pelit mau traktir anda makan dan serba perhitungan namun ketika anda jatuh sakit yg parah barulah sahabat2 anda berbondong datang menjenguk dg membawa buah2an yg mahal padahal saat itu anda pun sudah tdk mungkin bisa memakan buah2an tsb dg slang yg masih menempel dimulut anda.
Gambit X-Men
Catatan Editorial tulisan Abah DI kali ini: # mengadu-aduk = typo, semestinya mengADUK-aduk.# Ny = perlu titik di akhirnya, singkatan panggilan nama diri (Nyonya).# mengantarkan kamu = agak melipir dari kaidah jurnasil, ringkas saja: mengantarkanmu; sama seperti "berbicara" di awal paragraf, tidak luwes seperti diungkap setelah-setelahnya (cukup "bicara", tanpa imbuhannya).# EOT = rasanya perlu dijabarkan, sebab ada 2 istilah terkait yang populer di dunia maya: (1) End of Transmission, dan (2) End of Thread. Karenanya, frasa "Anda sudah tahu" --menurut saya-- terkesan ambigu. # kan = bentuk singkat dari "bukan" dalam konteks tanya ini perlu ditambah apostrof, tanda penyingkat, di awal hurufnya.# masing-masing HP = selera bahasa, kalau mau sesuai pakem, ya dibalik: HP masing-masing.# 'on' = petik tunggal boleh saja dipakai, tapi lebih pasnya petik ganda. # sejak dari = mubazir, salah satunya saja, supaya tidak terjadi disfungsi kata.Sekian. Afwan. Jika dikira lebih paham. Padahal saya pun orang awam.
Pryadi Satriana
Jaksa Agung:"Korupsi dibawah 50jt tak perlu diproses hukum." Lha nanti banyak yg korupsi 49jt, toh kalau ketahuan cuma mengembalikan uangnya saja. Ini sesat pikir Jaksa Agung. Jaksa Agung kok geblek gitu? Prinsip 'restorative justice' ndhak gitu. Maling ayam melanggar pasal 363 KUHP, ancaman hukumannya sampai 7 tahun, padahal nilai kerugian korban dibawah satu juta. Yg spt ini ndhak perlu diproses hukum. Buang2 waktu, energi, dan biaya. Selesaikan spt di Belanda, lebih dari 60% kasus2 "kecil" diselesaikan di luar pengadilan. Spt kasus maling ayam. Selesaikan secara "kekeluargaan", diproses secara hukum suatu kebodohan. Biaya proses hukum dan "memberi makan" napi selama di LP sangat tidak berimbang dg kerugian yg ditimbulkan pelaku kejahatan. Ini sudah dilakukan di PN Brebes. Ini beritanya: "Dibebaskan, Maling Ayam Demi Susu Anak Ini Bersimpuh di Depan Korbannya" (news.detik.com, 13 Jan 2022). Orang2 yg kesulitan untuk makan sehari-hari -- sesuai amanat Konstitusi -- menjadi tanggungan negara, dan mestinya terjangkau program pengentasan kemiskinan pemerintah. Jadi, kalau Mensos korupsi, harus dihukum seberat-beratnya. Agama pun mengajarkan, kita juga bersalah, apabila ada tetangga kita yg mati kelaparan. Salam.
Hardiyanto Prasetiyo
Langkah jaksa anyar dlm menerapkan restorative justice di New York adalah langkah tepat. Apalagi saat ini Amerika dan banyak negara di dunia babak belur dihajar pandemi covid-19. Amerika perlu banyak anggaran selama pandemi dan tentunya untuk normalisasi keadaan ekonomi. Restorative Justice dapat menghemat banyak anggaran dari anggaran penyidikan hingga anggaran memenjarakan. Yang kurang meneyeluruh rupanya sosialisasi dan edukasi terhadap aparat penegak hukumnya. Sosialisasi agar memperjelas sasaran restorative justice dan tdk multi tafsir. Memberikan edukasi berupa KYT (Kiken Youchi Training/Latihan Duga Bahaya). KYT ini merupakan edukasi penting, KYT dapat mengeleminasi korban akibat informasi tidak faktual yg diberikan. KYT lbh menitikberatkan terhadap assesment kondisi TKP aman atau berbahaya. Polisi New York harus diedukasi secara kompherensif perihal ini agar korban tak berjatuhan lagi layaknya Persebaya yang masih tersungkur di peringkat 4.
Lbs
Sudah jelas2 itu hp untuk tugas tapi tetap d persoalkan. Pun sampai terjadi pertengkaran hebat. Tp begitulah mahluk yg namanya wanita. Apalagi kalau sudah benar2 syg. Wanita itu akan cerewet, merepotkan, manja, kekanak2an, tidak logis. Maka keliru kalau kita sebagai laki2 memaksa wanita bersikap dewasa. Memaksa wanita mengikuti akal fikiran kita. Andai sy d posisi Jason. Tdk begitu sy memperlakukan Dominique. Saat dia ngamuk. Sy akan raih tangannya, memeluknya dan meminta maaf. Bila perlu bersimpuh d pangkuannya. Biarpun sy tdk salah. Jason harusnya bersyukur memiliki wanita spt itu. Krn begitulah cara wanita menyayangi. Jika semua sikap menyebalkan dr wanita itu lenyap, d saat itulah kita mesti bertanya, masihkah aku berarti baginya? Tp Jason sekarang telah pergi. Dan dia tdk akan pernah merasakan bagaimana kehilangan sikap kekanak2an dr istrinya. Jika itu hilang pada suatu titik...
yohanes hansi
Kalau yang meninggal Dominique, Jason akan menyesal mengapa selalu mendahulukan pekerjaan & mengesampingkan istri? Mana yang utama, Bah? Nulis Disway atau istri?
Leong Putu
Sesal istri ? Saya sangat bersyukur, istri saya jujur kepada saya. Dia bilang, Dia menyesal waktu nikah dengan saya. .. ... .... .... ..... ........ Katanya : " Aku menyesal, seandainya kita bertemu lebih awal. tentu kita bisa menikah lebih cepat". Oooh so sweet..... muah muah.
*) Diambil dari komentar pembaca http://disway.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News