Oleh: Mukhlas Syarkun --- Selepas muktamar NU Jombang, Ketua Umum DPP PKB A Muhaimin Iskandar (Cak Imin) berpidato pada acara PKB di Ancol Jakarta. Ia mengungkapkan kegembiraannya karena semua figur yang menempati pos strategis di PBNU hasil Muktamar Jombang sesuai dengan keinginan PKB. Bahkan sekjen (Helmy Faishal Zaini) pun dari PKB.
Cak Imin kelihatan sumringah karena bisa mengamalkan ajaran wihdatul wujud (manunggaling PKB dan PBNU)
Baca Juga: Anggota Fraksi PKB DPRD Kabupaten Mojokerto Gelar Reses di Desa Kintelan
Namun kondisi itu berbeda 180 derajat saat Muktamar Lampung. Pasca Muktamar NU ke-34 Lampung, kebijakan Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf tak sesuai dengan harapan Cak Imin.
Cak Imin merasakan kebijakan PBNU hasil Muktamar Lampung tidak nyaman sehingga ia melakukan berbagai manuver yang menjadi sorotan publik.
Di antara manuver Cak Imin yaitu tidak hadir dalam acara penting PBNU. Bahkan dengan sangat PD ia melontarkan pernyataan bahwa dirinya sangat berjasa pada NU. Padahal dalam prespektif santri, pernyataan itu sudah masuk kategori suul adab. Dalam terminologi santri, suul adab adalah perilaku buruk atau tidak sopan yang sangat tercela dalam budaya pesantren.
Baca Juga: Tegaskan Tetap Banom NU, Pengurus Cabang Jatman Tuban Dukung Penuh Kongres XIII Pusat di Boyolali
Kebijakan PBNU sekarang ini sebenarnya sebagai ikhtiar menjaga khittoh. Almaghfurlah KH Hasyim Muzadi pernah menyatakan bahwa menjaga jarak PKB dengan NU adalah bagian dari menjaga manhaj NU. Mestinya, PKB malah bersyukur. Sebab selama ini publik menilai PKB telah melakukan kooptasi terhadap PBNU, sungguh stigma yang tidak baik bagi PKB itu sendiri.
Alhamdulillah kebijakan PBNU sekarang ini telah melepas belenggu (dari PBNU terjerat arus politik kekuasaan). Meminjam istilah almaghfurlah KH Sahal Mahfudz siyasatus sufla (politik rendah).
Padahal PBNU harus istiqomah dalam siyasatus 'ulya (politik tingkat tinggi), yaitu politik kebangsaan, keumatan dan kenegaraan.
Baca Juga: Anggota Fraksi PKB di Jatim Diinstruksikan Perangi Judi Online
Oleh karena itu, perlu dimengerti bahwa situasi memanas sekarang ini bukan antara PBNU dan PKB, tapi antara Cak Imin dan PBNU.
PKB dan NU tidak bisa dipisahkan. Setidaknya diikat dengan tiga ikatan, yaitu hubungan ideologis, historis, dan aspiratif.
Maka, sekali lagi, perlu dipertegas, PKB dan NU tetap solid. Yang renggang adalah hubungan Cak Imin dengan PBNU. Bukankah demikian??
Baca Juga: PWNU se-Indonesia Rakor di Surabaya, Dukung PBNU Selalu Bersama Prabowo
Jakarta, 5 Februari 2022
Mukhlas Syarkun adalah Ketua PKB Cabang Istimewa Malaysia tahun 1999
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News