Serukan Bunuh Putin untuk Akhiri Perang, Senator AS Dikecam sesama Senator Amerika

Serukan Bunuh Putin untuk Akhiri Perang, Senator AS Dikecam sesama Senator Amerika Senator AS Lindsey Graham menuai kecaman setelah menyerukan pembunuhan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk akhiri perang di Ukraina. Foto: REUTERS/Sindonews.com

WASHINGTON, BANGSAONLINE.COM – Ternyata para politikus Amerika Serikat (AS) tak satu kata dalam menyikapi perang Rusia-Ukraina. Senator AS Lindsey Graham menuai kecaman dari para politikus Amerika setelah menyerukan pembunuhan terhadap Presiden Rusia Vladimir Putin untuk mengakhiri perang di Ukraina. Seruan seperti itu dikhawatirkan akan memicu Perang Dunia (PD) III.

Graham mengklaim satu-satunya cara untuk mengakhiri invasi di Ukraina adalah dengan membunuh Presiden Putin. Senator Partai Republik itu pada Kamis menyebut pembunuhan diktator Romawi Julius Caesar dan rencana yang gagal untuk membunuh pemimpin Nazi Jerman Adolf Hitler sebagai contoh dari apa yang harus dilakukan.

Baca Juga: Berusia 71 Tahun, Presiden Putin Tetap Gagah dan Macho, Apa Rahasianya

Pada hari Jumat dia menggandakan retorikanya yang mengancam. Ia mengatakan kepada Fox News bahwa Rusia harus bangkit dan menjatuhkan Putin.

Namun pernyataan itu mendapat banyak respons penolakan. "Ini adalah ide yang sangat buruk," tulis senator asal Texas, Ted Cruz, di Twitter. "Gunakan sanksi ekonomi besar-besaran; boikot minyak dan gas Rusia; dan memberikan bantuan militer sehingga Ukraina dapat mempertahankan diri," lanjut Cruz.

"Tapi kita seharusnya tidak menyerukan pembunuhan kepala negara," kecam Cruz.

Baca Juga: Amerika Bentuk Mujahidin, Putin pun Tunjuk Si Rambut Putih Komandan Perang

Anggota Parlemen AS dari Partai Demokrat, Ilhan Omar, juga mengecam seruan Senator Graham. “Serius, wtf?,” tulis Omar di Twitter.

(Lindsey Graham. Foto: CNBC)

Baca Juga: Menkumham Tanda Tangani MoU Kerja Sama di Bidang Hukum dengan Rusia

Omar khawatir seruan berbahaya itu bisa memantik Perang Dunia III.

“Saya benar-benar berharap anggota Kongres kami akan mendinginkannya dan mengatur pernyataan mereka saat pemerintah bekerja untuk menghindari Perang Dunia III," lanjut Omar. "Ketika dunia memperhatikan bagaimana AS dan para pemimpinnya merespons, pernyataan Lindsey, dan pernyataan yang dibuat oleh beberapa anggota Parlemen, tidak membantu." "Sementara kita semua berdoa untuk perdamaian dan untuk rakyat Ukraina, ini tidak bertanggung jawab, berbahaya," tulis anggota Parlemen, Marjorie Taylor Greene di Twitter.

"Kita membutuhkan pemimpin dengan pikiran yang tenang dan kebijaksanaan yang mantap. Bukan politikus penghasut perang yang haus darah yang mencoba mencuit keras dengan menuntut pembunuhan. Amerika tidak menginginkan perang," lanjut dia, yang dikutip dari akun Twitter-nya, @RepMTG, Sabtu (5/3/2022).

Baca Juga: Finlandia akan Resmi Bergabung Jadi Anggota NATO Ke-31 Besok

Gedung Putih juga menjauhkan diri dari pernyataan Graham. Juru bicaranya, Jen Psaki, mengatakan pada hari Jumat; “Itu bukan posisi pemerintah Amerika Serikat dan tentu saja bukan pernyataan yang akan Anda dengar dari mulut siapa pun yang bekerja di pemerintahan ini.” "Kami tidak menganjurkan untuk membunuh pemimpin negara asing atau perubahan rezim. Itu bukan kebijakan Amerika Serikat," kata Psaki.

Seruan terbuka untuk pembunuhan Presiden Rusia memicu kemarahan di Moskow. Kedutaan Besar Rusia di AS mengecam keras pernyataan Graham. Ia juga menuntut Washington meminta pertanggungjawaban pejabat tersebut atas pernyataannya.

“Sulit dipercaya bahwa seorang senator dari negara yang mengajarkan nilai-nilai moralnya sebagai 'cahaya penuntun' bagi seluruh umat manusia dapat membiarkan dirinya menyerukan terorisme sebagai sarana untuk mencapai tujuan Washington di panggung internasional,” kata Duta Besar Rusia di AS, Anatoly Antonov.

Baca Juga: Presiden Tiongkok Jinping Kunjungi Rusia saat Putin Diputuskan sebagai Penjahat Perang

"Graham telah dibuat gila oleh ketegangan yang sedang berlangsung antara Moskow dan Barat," imbuh juru bicara Kremlin Dmitry Peskov."Tidak semua orang bisa tetap berkepala dingin akhir-akhir ini, beberapa [orang] kehilangan akal sehat mereka.”

Sumber: Sindonews.com

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO