SURABAYA, BANGSAONLINE.com – Kini makin banyak rekaman video Pendeta Ekstrem Saifuddin Ibrahim yang beredar di media sosial. Isinya – semua sudah tahu – adalah pelecehan terhadap ajaran agama Islam dan umat Islam Indonesia. Diantaranya, Pendeta Syaifuddin Ibrahim minta agar Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas menghapus 300 ayat Al Quran karena dianggap mengandung ajaran radikalisme.
Permintaan Saifuddin Ibrahim itu tentu bagian dari ekspresi radikalisme Kristen yang dianut pendeta radikal tersebut.
Baca Juga: Sejarah Pesantren Dibelokkan, Menag: Pesantren Harus Jadi Tuan Rumah di Republik Ini
Lebih ironis lagi, pondok pesantren yang merupakan lembaga pendidikan Islam paling banyak terlibat dalam perjuangan dan perang kemerdekaan RI dituduh menagajarkan radikalisme dan teroris. Saifuddin Ibrahim minta agar semua kurikulum dan guru di pesantren diganti.
Suatu pernyataan yang menggelikan. Kenapa? karena ia tak paham tentang pondok pesantren. Celakanya, ia memakai referensi pondok pesantren Az-Zaitun Indramayu yang ia sebut tempatnya teroris berdasi.
Saifuddin Ibrahim bahkan mengaku pernah menjadi guru di Az-Zaitun, pondok pesantren yang tak ada hubungan, baik secara historis maupun kultural, apalagi dari segi pemikiran keagamaan, dengan pesantren yang dikelola para kiai NU.
Baca Juga: Pj Wali Kota Kediri Bacakan Amanat Menag saat Jadi Inspektur Upacara Hari Santri Nasional 2024
Berari pendeta radikal itu asbun alias asal bunyi. Karena pendeta eksrem itu tak berbicara beradasarkan data. Syaifuddin Ibrahim tak paham bahwa pondok pesantren – terutama pesantren NU – justeru sangat toleran dan mengajarkan secara intensif kearifan lokal.
Yang perlu diingat, pondok pesantren NU yang jumlahnya mencapai ratusan ribu bahkan jutaan itulah yang terlibat perang kemerdekaan melawan penjajah, baik Belanda, Inggris maupun Jepang. Sementara kelompok Kristen di Indonesia pada saat perjuangan kemerdekaan justeru banyak berkolaborasi dengan penjajah Belanda karena sama-sama beragama Kristen. Itu fakta tak terbantah.
Prof Dr Nurcholis Madjid (Cak Nur), cendekiawan muslim terkemuka lulusan Universitas Chicago Amerika Serikat (AS), pernah mengatakan bahwa pada saat penjajahan Belanda orang Tionghoa memilih beragama Kristen karena status sosial penjajah itu lebih tinggi. Artinya, kelompok Kristen di Indonesia lebih pro penjajah Belanda ketimbang membela tanah air, meski sekarang justeru kelompok Kristen yang paling banyak menikmati jerih payah umat Islam yang berjuang mempertaruhkan jiwa dan raga dalam memerdekakan Indonesia.
Baca Juga: Menkominfo dan Menag Dianggap Adu Domba Umat Beragama, Umat Kristiani Tak Persoalkan Adzan
Ada video lagi yang diedarkan pendeta radikal itu. Pendeta fundamentalis itu menuduh Allah SWT adalah delusi Muhammad. Bahkan dalam salah satu video lain Syaifuddin Ibrahim mengatakan, seandainya saya menjadi menteri agama, maka akan saya larang umat Islam naik haji ke Makkah. Alasannya, karena orang naik haji itu hanya memperkaya negara Arab, sedang Indonesia miskin.
Alasan ini semakin menunjukkan bahwa pendeta ekstrem itu tak paham realiras negara. Ia tak paham bahwa Saudi Arabia adalah negara kaya. Tanpa orang haji pun sudah sangat kaya.
Nah, banyaknya rekaman video Pendeta Syaifuddin Ibrahim yang beredar di media sosial itu semakin membuktikan bahwa agama Kristen samasekali tak punya toleransi dalam kehidupan beragama. Fundamentalisme Kristen, seperti ditunjukkan Pendeta Syaifuddin, justeru melebihi semua agama, termasuk Islam yang selama ini selalu dituduh intoleran dan radikal.
Baca Juga: Ulama NU Aceh Tolak SE Menag soal Toa, PKS Anggap Yaqut Salah Paham Toleransi
Harus diakui dalam Islam ada kelompok radikal. Mereka adalah kelompok yang secara sempit menafsirkan agama secara tekstual, disamping kelompok yang punya agenda politik.
Tapi dengan munculnya video-video provokatif dari Pendeta Ekstrem Saifuddi Ibrahim ini, cakrawala berpikir kita akhirnya semakin terbuka bahwa ternyata Kristen jauh lebih radikal. Pantesan mereka terus berusaha untuk menguasai Indonesia.
Bahkan wajah Kristen yang ditampilkan Pendeta Syaifuddin bukan hanya radikal tapi juga esktrem. Ironisnya, tak ada satu pun pemuka agama Kristen yang berkomentar atau menyayangkan beredarnya rekaman video Pendeta radikal Syaifuddin Ibrahim itu. Setidaknya, sampai tulisan ini saya terbitkan.
Baca Juga: Viral Tulisan Depok di Gua Hira saat Ibadah Haji, Ini Kata Menteri Agama
Ini berarti, diakui atau tidak, rekaman video Syaifuddin Ibrahim - yang berisi penistaan terhadap agama Islam dan umat Islam, terutama pondok pesantren - mewakili ajaran Kristen yang dianut para pendeta atau tokoh agama Kristen selama ini.
Apalagi di media sosial justru banyak sekali netizen Kristen yang memuji Pendeta ekstrem Syaifuddin Ibrahim itu.
”Saya kira benar itu yg dikatakan Pdt Syaifuddin Ibrahim. Allah dlm hal ini tuhan muslim (Alloh swt) itu hanya hsl ilusi, khayalan dan ciptaan imajiner Muhammad. Muhammad tak pernah ketemu dan bersua dgn Alloh swt,” tulis PutroHajar memuji pendeta ekstrem itu.
Baca Juga: PMB di PTKIN Tahun 2023 Dibuka, Menag Yaqut Ancam Pimpinan PTKIN yang Lakukan KKN
Netizen Kristen lain juga merespon. “bener Bro…kayak Tuhan Yesus dong ada wujudnya dan bersedia mati di tiang salib dan menebus dosa2 manusia…jadi manusia bebas mabuk, berzina, makan babi, LBGT, serta berbuat apapun didunia ini…..dah ada yang menjamin pasti masuk Surga,” tulis yatna duriyatna, netizen Kristen yang lain.
Ini beda sekali dengan Umat Islam. Lihat saja kasus Yahya Waloni, penceramah Kristen yang kemudian masuk Islam. Ketika dia memberikan ceramah agama Islam dengan nada radikal banyak sekali yang mengeritiknya. Diantaranya KH Cholil Nafis, tokoh NU yang pengurus MUI. Berkali-kali Cholil Navis mengingatkan agar Yahya Waloni belajar lagi agama Islam. Karena apa yang disampaikan – terutama yang intoleran – tidak mencerminkan ajaran Islam yang benar.
Sebaliknya, di Kristen Pendeta ekstrem Syaifuddin Ibrahim justru dielu-elukan sebagai pemuka agama yang hebat. Bahkan secara diam-diam jadi kebanggaan.
Baca Juga: DPR Kaget, Menag Minta Tambahan Biaya Haji Rp 1,5 Triliun, Rp 23,3 Juta Per Jamaah
Maka bersyukurlah para penganut agama lain – terurama umat Islam – atas munculnya video Pendeta Ektrem ini. Sebab – dengan demikian – pendeta radikal Saifuddin Ibarahim telah menunjukkan kepada publik secara luas bahwa ajaran Kristen aslinya sangat fundamentalis, intoleran dan ekstrem.
Apalagi dalam salah satu videonya Saifuddin Ibarahim mendorong Menag Yaqut agar bertindak otoriter menggunakan tentara dan Banser dalam melaksanakan aturan adzan.
“Bapak adalah pemerintah. Menteri Jokowi. Bapak memiliki banyak hal. Bapak memiliki tentara. Pakailah tentara itu. Bahkan bapak punya Banser NU seluruh Indonesia yang bisa digerakkan bapak sebagai panglima Banser. Soal adzan itu urusan menteri agama, kenapa rakyat marah. Jangan takut dengan kadrun, Islam sontoloyo itu Pak,” kata pendeta fundamentalis itu.
Baca Juga: Putusan Isbat Seharusnya Mengikat
Bisa dibayangkan, seandainya kelompok minoritas Kristen berkuasa penuh di negeri ini. Semua akan dibabat habis pakai kekuatan tentara dan kekerasan untuk merealisasikan ambisi politiknya.
Demikianlah, pendeta ekstrem ini – dengan ajaran Kristennya – telah menunjukkan watak aslinya. Otoriter, represif, intoleran, radikal, ekstrem dan tentu saja anti demokrasi. Mengerikan. Wanaudzubillahi mindzalik. Wallahua’lam bisshawab. (m mas'ud adnan)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News