SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, mengakui bahwa dirinya berkali-kali ditipu orang. Dan itu dalam jumlah yang sangat besar. Miliaran rupiah.
“Seandainya saya tak ditipu orang, sejak usia 40 tahun saya sudah seperti sekarang (kaya raya),” kata Kiai Asep Saifuddin Chalim dalam acara Harlah ke-70 Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) dan Sarasehan bertema Membangun Manusia Indonesia di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Jumat (8/4/2022) sore.
Baca Juga: Khofifah Raih Penghargaan dari Kementerian PPPA di Puncak Peringatan Hari Ibu 2024
Ungkapan Kiai Asep itu menjawab pernyataan tokoh pers nasional Dahlan Iskan yang juga menjadi narasumber pada acara tersebut.
Seperti diberitakan BANGSAONLINE.com, dalam sarasehan yang dimoderatori Mohammad Ghofirin itu, Dahlan Iskan mengatakan bahwa Kiai Asep Saifuddin Chalim adalah sosok sempurna, karena merangkap guru, entrepreneur, sekaligus kiai.
Tokoh pers itu mengutip kata pengantar dari Chairul Tanjung yang ada di buku tersebut. “Guru itu mulia, guru merangkap kiai lebih mulia lagi, tapi guru merangkap kiai, pengusaha lagi, itu langka,” katanya.
Baca Juga: Hadiri Haul Ke-15 di Ciganjur, Khofifah Kenang Sosok Gus Dur Sebagai Pejuang Kemanusiaan
(Dari Kiri: Mohammad Ghofirin, Dahlan Iskan, KH D Zawawi Imron dan Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA. Foto: instagram/dahlaniskan19)
Menurut Dahlan, Kiai Asep merupakan pengusaha sejati. Kata dia, pengusaha belum sukses dan sempurna kalau belum ditipu orang. Dan, Kiai Asep pun sudah pernah ditipu oleh orang. Hal itulah yang membuat Kiai Asep menjadi pengusaha besar seperti saat ini.
Baca Juga: Khofifah: Kasih Ibu Sepanjang Masa, Hormatilah dan Berbaktilah Selagi Ada
Kiai Asep mengakui memang pernah ditipu orang. Tapi Kiai Asep punya prinsip sangat mulia. Lebih baik didzalimi orang dari pada mendzalimi orang. Karena itu Kiai Asep tak mempersoalkan orang yang menipunya. Dengan prinsip itu, ternyata derajat Kiai Asep makin tinggi dan berkibar. Bahkan makin kaya. Sebaliknya, orang yang menipu justru semakin terpuruk.
Kiai Asep juga merespons pernyataan M Mas’ud Adnan yang menyebut Kiai Asep sangat hati-hati dalam hal makanan. Terutama dari segi halal dan haramnya.
Menurut Kiai Asep, makanan yang tak halal akan memandulkan doa. Karena itu,Ppengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya dan Pacet Mojokerto itu menolak keras mengonsumsi makanan haram. Jangankan haram, makanan subhat saja Kiai Asep tak mau.
Baca Juga: Peringatan HKSN 2024, Khofifah Ajak Masyarakat Perkuat Solidaritas Antar Sesama
Sebelumnya, Mas’ud Adnan bercerita bahwa Kiai Asep bukan saja tidak mau makan makanan haram. Pakai wadah yang meragukan saja tidak mau.
“Kiai Asep tak mau makan makanan yang wadahnya terbuat dari melamin,” kata Mas’ud Adnan, CEO HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE.com, yang juga jadi narasumber pada acara yang dihadiri para kiai dan tokoh masyarakat serta pengurus Pergunu dari seluruh Jawa Timur itu.
Wartawan senior itu kemudian bercerita tentang pengalamannya bersama Kiai Asep.
Baca Juga: Antusias Siswa Rejoso Sambut Bantuan dari Khofifah Pascabanjir
“Saya beberapa kali ikut Kiai Asep makan di restoran. Beliau selalu menolak wadah melamin. Beliau selalu minta piring yang bukan melamin. Kalau gak ada piring yang bukan melamin, Kiai Asep lebih baik makan pakai wadah daun. Bahkan Kiai Asep pernah marah karena dikasih wadah melamin,” kata Mas’ud Adnan.
Kenapa tak mau melamin? “Karena ada doktor lulusan Jepang yaitu Dr Fadly bercerita bahwa melamin itu terbuat dari tulang. Sedang tulang itu diimpor dari Tiongkok. Ada kemungkinan tulang yang diimpor itu adalah tulang babi. Karena itu Kiai Asep tak mau makan pakai wadah melamin,” ungkap Mas’ud Adnan lagi.
Baca Juga: Imam Suyono Terpilih Jadi Ketua KONI Kabupaten Mojokerto Periode 2024-2029
(Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, pada acara Harlah ke-40 Pergunu dan Sarasehan bertema Membangun Manusia Indonesia di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Jumat (8/4/2022). Foto: Revol Afkar/ BANGSAONLINE.com)
Menurut Mas’ud Adnan, Kiai Asep selalu menjaga diri agar tak berbuat maksiat. “Karena beliau meyakini bahwa kekuatan utamanya adalah doa. Kiai Asep menyakini bahwa sukses beliau adalah berkat doa,” kata Mas’ud Adnan.
Namun Kiai Asep tentu tak hanya berdoa. “Apakah hanya cukup berdoa? Tentu saya juga menjalani sebagai pendidik,” kata Kiai Asep yang juga Ketua Umum Pimpinan Pusat Pergunu itu.
Baca Juga: Usai Luluk Hamidah, Lukmanul Hakim dan Wisnu Wardhana Ucapkan Selamat untuk Kemenangan Khofifah-Emil
Nah, dalam kapasitasnya sebagai pendidik itulah, Kiai Asep menunjukkan profesionalitasnya sebagai guru yang berbasis pesantren. Kiai Asep mengingatkan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah terwujudnya cita-cita luhur kemerdekaan RI. Yaitu Indonesia maju, adil, dan makmur.
“Dan tanggung jawab itu ada pada guru,” kata Kiai Asep sembari mengingatkan bahwa anggaran pendidikan nasional mencapai 20 persen.
Menurut Kiai Asep, ada tujuh tanggung jawab guru.
Baca Juga: Bedah Buku KH Hasyim Asy'ari di Banjarmasin, Khofifah Sampaikan Pesan Persatuan dan Persaudaraan
Pertama, tanggung jawab keimanan. Menurut Kiai Asep, para guru harus menanamkan keimanan kepada semua peserta didik. “Bahwa setelah hidup di dunia ini ada yaumul jaza, hari pembalasan, bahwa semua apa yang kita perbuat di dunia akan dimintai pertanggungwajaban oleh Allah di akhirat,” kata Kiai Asep.
Tapi, kata Kiai Asep, keimanan itu abstrak. Maka perlu diwujudkan dalam bentuk ketakwaan kepada Allah SWT. “Keimanan harus diwujudkan dalam ketakwaan sehingga mewujudkan tujuan mendidikan nasional dalam mencetak generasi berkarakter,” tegas Kiai Asep.
Kedua, tanggung jawab akhlaqul karimah. “Akhlaqul karimah itu piawai dalam bergaul. Dalam Hadits ternyata juga ditemukan bahwa akhlaqul karimah juga tidak boleh berkata tidak bisa, tidak boleh putus asa,”kata Kiai Asep.
Ketiga, tanggung jawab akademis. Menurut Kiai Asep, seorang guru tak boleh berhenti menjelaskan kepada murid sampai semua muridnya paham atau mengerti. Sebaliknya, para murid tak boleh berhenti bertanya, sampai semua pelajaran bisa dimengerti.
“Tapi kalau sudah mengerti tak boleh melanjutkan bertanya lagi,” kata Kiai Asep sembari mengutip ayat al Quran bahwa mempertanyakan sesuatu yang sudah dimengerti menyebabkan tidak baik bagi si penanya.
Menurut Kiai Asep, tanggung jawab akademis itu identik dengan tuntas. “Tuntas dalam muatan juga tuntas dalam jangkauan,” tegas Kiai Asep.
Keempat, tanggung jawab keterampilan. “Sekarang, keterampilan paling efektif adalah penguasaan IT, akuntansi, dan speaking,” katanya.
Kelima, tanggung jawab kesehatan.”Ini penting sekali. Sebab jika tubuh kita sehat, kerja kita maksimal,” kata Kiai Asep.
Tapi, kata Kiai Asep, kadang guru olahraga tak tahu apa yang harus dipertanggungjawabkan. Maka Kiai Asep mengingatkan agar para guru paham tentang tugas dan tanggung jawabnya. Yaitu menanamkan kesadaran untuk menjaga kesehatan terhadap para muridnya. Jadi, yang paling penting adalah bagaimana menanamkan kesadaran bahwa menjaga kesehatan itu penting.
Kiai Asep memberi contoh olahraga yang menyehatkan. Yaitu pencak silat. Menurut dia, belajar pencak silat juga bagian dari upaya menjaga kesehatan.
“Kalau di pesantren ada salat malam,” kata Kiai Asep sembari menjelaskan bahwa salah satu keistimewaan salat malam adalah mengusir semua penyakit dari tubuh kita.
Keenam, tanggung jawab kesenian. Menurut Kiai Asep, kesenian menghaluskan jiwa dan menciptakan kasih sayang. Dengan demikian bisa melahirkan generasi berperangai halus dan dan berperilaku lemah lembut.
Ketujuh, tanggung jawab kreativitas. Menurut Kiai Asep, kreativitas itu lahir dari pikiran yang kritis. Kreativitas bisa diolah dari tanggung jawab akademik dan tanggung jawab kecerdasan.
“Dua tanggung jawab itu diolah dengan mesin kecerdasan sehingga lahirlah kreativitas dalam mewujudkan generasi berkualitas,” katanya sembari mengatakan bahwa tujuh poin itu untuk melengkapi sarasehan tentang Membangun Manusia Indonesia.
Kiai Asep mengajak semua para kiai pengasuh pondok pesantren dan pemangku lembaga pendidikan tak kecil hati. Menurut dia, semua orang bisa sukses seperti dirinya, asal mau salat malam.
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa juga memuji Kiai Asep dan Pergunu. Menurut Khofifah, Kiai Asep tak kenal lelah berkeliling memberi penguatan kepada para guru lewat Pergunu. Bahkan pada saat pandemic Covid-19 melanda Indonesia, Kiai Asep tetap beraktivitas.
“Musim Covid-19, Kiai Asep keliling untuk bisa memberikan penguatan para guru melalui institusi Pergunu dan ternyata beliau sehat, Covid-nya yang takut kalau sama Kiai Asep. Beda sama kami, saat eksponensial covid-nya, seperti saya, Pak Wagub dan para OPD dobel maskernya. Kiai Asep lebih banyak nggak pakai masker pun takut Covid-nya, karena kalah doa,” kata Khofifah yang disambut tawa para kiai dan tokoh yang hadir.
Khofifah kemudian menjelaskan tentang prestasi Jawa Timur dalam dunia Pendidikan. Menurutnya, Jawa Timur berada pada peringkat lima besar provinsi dengan jumlah terbanyak yang diterima Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).
“Tak tanggung-tanggung, bahkan selama tiga tahun berturut-turut. Yakni 2020 dengan jumlah 13.803 siswa, sedangkan pada tahun 2021 berada di angka 16.998 siswa, terakhir yang baru dirilis beberapa hari ini pada tahun 2022 ini ada 17.807 siswa asal Jawa Timur yang berhasil masuk SNMPTN. Semua ini tak lepas dari peran guru dan kepala sekolah,” kata Khofifah sembari mengatakan bahwa guru dan kepala sekolah menjadi kunci penting sukses lembaga pendidikan.
Acara Harlah ke-70 Pergunu itu diakhiri doa oleh Prof Dr Ridwan Nasir, Ketua Yayasan Pendidikan Khadijah Surabaya.
Selain Gubernur Khofifah tampak hadir Wakil Gubernur Jatim Emil Elestianto Dardak, KH Asep Saifuddin Chalim, tokoh pers Dahlan Iskan, penyair KH D Zawawi Imron, CEO HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE.com M Mas’ud Adnan, Wakil Bupati Pamekasan Fattah Jasin, Wakil Bupati Mojokerto Muhammad Al Barra, Kepala Badan Pengelola Masjid Al Akbar KH M Sujak, Kepala Baznas dan DMI Jatim, KH M Roziqi, Ketua Pergunu Jatim M Sururi, dan pengurus Pergunu se-Jawa Timur. (mma)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News