Oleh: KH. Musta'in Syafi'ie...
BANGSAONLINE.com - "Wa inn jahannam lamau'iduhum ajma'in, laha sab'ah abwab, likull bab minhum juz' maqsum". Seperti sudah tertutur sebelumnya, bahwa ayat yang menggambarkan desain neraka jahanam ini sesungguhnya bukan sekedar informasi mengenai detail fisik neraka tersebut, melainkan sebagai peringatan agar kita tidak berbuat dosa sekecil apapun, karena dosa itu akan mengantarkan kita masuk jahanam melalui pintu yang sudah ditentukan sesuai jenis dosa tersebut.
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Life Begins at Fourty
Kisah, betapa seorang wanita desa berhasil menutup tujuh pintu neraka, sehingga dirinya aman, itulah yang kita contoh, itulah yang sejatinya digagas oleh ayat studi ini.
Manusia memang punya kelemahan dan tidak bisa luput dari dosa. Tapi tidak berarti dengan alasan kondisi tersebut lantas kita pasif dan beramal sejadi-jadinya. Lebih kronis lagi bila bersikap 'setengah menyalahkan Tuhan'.
Seperti ucapan "Ya, harap maklum, kita kan manusia dst". Oke. Kalimat tersebut memang benar, tapi tidak mutlak. Kalimat tersebut mengarah kepada toleransi berbuat dosa atas nama kemanusiaan. Sekali lagi, itulah yang dikehendaki Syetan.
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Teori Shalahiyah dan Ashlahiyah pada Putusan MK Terkait Batas Usia
Akibatnya, orang yang berbuat dosa selalu dibesarkan hatinya, dimaklumi, diberi semangat bukan untuk segera berhenti dan bertobat, tapi untuk bersikap biasa-biasa saja.
Lihatlah, setiap kali ada koruptor yang digelandang ke meja pengadilan, lalu dijebloskan ke penjara. Para kawan-kawan dekat berkerumun memberi dukungan dan semangat untuk bersabar, diyakinkan sebagai tidak bersalah, hanya korban politik, korban kriminilisasi dan sebagainya. Tidak satupun yang bersikap menembus hati ketaqwaan paling dalam, dengan menasehati agar muhasabah, menimbang-bimbang dosa tersembunyi yang pernah dilakukan, segera bertobat dan cukup ini sebagai peringatan dan seterusnya.
Manusia memang nyandang lupa, keliru dan berpontensi berbuat dosa. Nah, sifat inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh syetan dan diusahakan sekuat tenaga, dengan segala cara agar menjadi kenyataan. Tapi ingat, dalam diri yang sama, dalam jiwa yang sama, dalam kemampuan yang sama, dalam waktu yang sama, manusia juga punya potensi berbuat baik. Inilah yang disarankan Tuhan untuk segera menjadi kenyataan. Bagi seorang muslim, sifat baik dan potensi baik pemberian Tuhan inilah yang seharusnya diwujudkan menjadi amal baik, bukan cenderung dan mentolerir yang buruk-buruk. Jadi, berbuat dosa memang manusiawi, tapi berbuat baik lebih dari manusiawi.
Baca Juga: Profil HARIAN BANGSA, Koran Lokal Jawa Timur, Kiai Jadi Pelanggan Setia Sejak Terbit Perdana
Dari informasi neraka berpintu-pintu itu, seorang bisa berkomentar dan bertanya nakal, "itu berarti ada pintu khusus untuk artis-artis porno, ada pintu khusus para koruptor, penjudi, pemabok dst. Lalu untuk kiai ada apa tidak pak?".
"Tidak hanya kiai, presiden pun tak ada jaminan bebas dari pintu neraka. Kiai juga manusia. Meski banyak beramal shalih, tapi bisa jadi tidak amanah. Bantuan sapi di pesantren-pesantren, umumnya dilaporkan mati dan tidak ada ceritanya, Allahu a'lam".
Menanggapi leletnya menentukan kapolri, seorang pengamat mengkhawatirkan Jokowi sebagai presiden boneka. Meski demikian, tapi tafsir ini berharap "Semoga Jokowi presiden sejatinya, bukan presiden boneka dan kelak kita terhindar dari tujuh pintu neraka".
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Tentukan Hak Asuh, Nabi Sulaiman Hendak Potong Bayi Pakai Golok
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News