IKN Tak Pakai Tanah Prabowo, Tapi Tanah Sukanto Tanoto dan Bukit Soeharto

IKN Tak Pakai Tanah Prabowo, Tapi Tanah Sukanto Tanoto dan Bukit Soeharto Dahlan Iskan

Perjalanan di dalam kompleks inti IKN ini pun mencapai 10 menit. Sampailah saya di "menara Eiffel". Yakni tower kerangka besi yang tingginya melebihi pohon. Tower itu mencolok. Menjulang. Warnanya kuning. Sudah vintage. Sejak Orba. Yang meresmikan dulu adalah Mensesneg Soedarmono yang juga ketua umum Golkar.

Berarti tower itu sudah sangat tua. "Sudah tidak boleh lagi dinaiki," ujar petugas di situ. Dulunya tower tersebut untuk petugas pengawas: untuk mendeteksi kebakaran hutan.

Saya berhenti di bawah tower itu –yang kini juga termasuk kawasan inti IKN. Tower ini bisa jadi ikon darurat IKN.

Ketika kami berhenti di situ, terlihat dua tronton besar datang dari arah depan nan jauh. Mereka mengangkut kayu tebangan. Berarti jalan besar ini masih berlanjut sampai jauh di sana. Jauh sekali.

"Kalau saya terus ke sana, jalan ini sampai di mana?" tanya saya.

"Sampai di kawasan HTI-nya Pak Prabowo," ujar petugas itu.

Apakah IKN mencakup kawasan milik Pak Prabowo?

"Tidak," katanya. Berarti benar, IKN tidak menggunakan tanah Prabowo.

Tanah Tanoto pun tidak diambil IKN semua. ''Hanya'' diambil 42.000 hektare. Tidak sampai sepertiganya.

Yang diambil lebih besar adalah kawasan hutan milik negara: Tahura Bukit Soeharto. Hanya saja Tahura itu tidak masuk kawasan inti. Kawasan inti IKN ya di HTI-nya Sukanto Tanoto itu.

Saya sengaja tidak langsung ke Titik Nol. Saya ingin melihat kawasan IKN yang lebih luas. Titik Nol-nya sendiri sudah lewat. Lebih dekat dengan portal di pintu masuk tadi.

Maka setelah meninjau langsung IKN ini kesan saya banyak berubah. Kenyataannya ternyata jauh berbeda dengan yang saya bayangkan.

Pertama, ternyata IKN tidak di pedalaman hutan. Ia di pinggir jalan raya Samarinda-Banjarmasin. Yang sudah cukup padat dengan lalu-lintas truk pengangkut kelapa sawit.

Kedua, ternyata IKN bukan di tengah hutan alam. Ia ''hanya'' di tengah hutan tanaman industri. Hutannya mono kultur. Yang variasi umur pohonnya antara 0 tahun sampai maksimum 6 tahun. Dengan demikian tidak ada pohon-pohon besar, tinggi dan liar.

Maka tidak perlu ada hutan yang harus dilestarikan oleh IKN. Saya justru berpikir IKN harus menciptakan hutan baru. Yang didesain secara khusus.

Berarti biaya IKN akan lebih besar lagi: menciptakan hutan baru. Hutan yang ada sama sekali tidak bisa dipertahankan. Karena itu sampai sekarang pun belum ada larangan menebang kayu di HTI di situ.

Berarti akan ada pergantian jenis hutan di IKN. Atau cukup diganti dengan taman kota. Entahlah.

Rasanya sudah waktunya universitas setempat –Universitas Mulawarman– mengajukan konsep menghutankan IKN secara benar. Unmul memiliki fakultas kehutanan yang sangat kuat. Kehutanan adalah unggulan Unmul sejak pertama didirikan.

Itu kalau belum keduluan usulan dari Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Terserah. Bisa dulu-duluan. Bisa juga kerja bersama.

Rasanya benar-benar tidak mungkin IKN mempertahankan hutan yang ada sekarang –yang monoton itu. Alangkah idealnya kalau Unmul mengusulkan hutan campuran tanaman asli Kalimantan Timur: kayu Ulin, Bengkirai, Meranti Merah, Meranti Putih, Kruing dan... jangan lupa pohon Pasak Bumi.

Semua jenis pohon itu pernah jadi ''emas hijau'' di Kaltim. Yang meski tidak banyak menghasilkan pembangunan di daerah tapi telah menciptakan banyak orang kaya di Jakarta dan Surabaya. Juga di Singapura. Dan di Malaysia.

Kayu-kayu itu kini mulai langka. Siapa tahu Unmul bisa dipercaya menghutankan IKN dengan kenangan masa nan lalu. Jangan lupa diperbanyak yang jenis Pasak Bumi –siapa tahu penghuni IKN kelak perlu lebih banyak obat kuat. (Dahlan Iskan)

Anda bisa menanggapi tulisan Dahlan Iskan dengan berkomentar http://disway.id/. Setiap hari Dahlan Iskan akan memilih langsung komentar terbaik untuk ditampilkan di Disway.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Minta Pemindahan Ibu Kota Negara Ditunda, Ini Alasan Prof Kiai Asep Saifuddin Chalim':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO