PASURUAN, BANGSAONLINE.com - Lantaran bertahun-tahun tak ada pengerukan dan pembersihan sungai di Desa Legok, Kecamatan Gempol, mengakibatkan terjadinya penyempitan sungai. Tak hanya itu, sungai sepanjang 350 meter lebih itu sebagian ditumbuhi ilalang serta tumpukan sampah kiriman dari hulu membuatnya tidak berfungsi
Jika musim penguhujan tiba, ratusan rumah warga Dusun Legok dan sekitarnya dipastikan digenangi banjir lantaran air tidak mengalir dengan lancar. “Kalau musim hujan tiba, warga tidak bisa tidur karena kami harus berjaga-jaga dari banjir,” kata Zainudin, warga Legok, Kecamatan Gempol saat ditemui di Kompleks Perkantoran Raci, Senin (30/5/2022).
Baca Juga: Ketua DPRD Pasuruan Support Penuh Persekabpas untuk Terus Menang di Liga Nusantara
Zainudin mengaku, Sungai Legok mengalami penyempitan dan pendangkalan. Kondisi itu sudah berlangsung 10 tahun lebih akan tetapi belum ada tindakan dari pemerintah provinsi, termasuk juga dari Pemkab Pasuruan.
Fakta yang ada, sungai yang semula memiliki lebar 6 meter sampai 7 meter itu mengalami penyempitan hingga hanya menyisakan 2 sampai 3 meter. Kondisi itu terjadi lantaran adanya sendimentasi.
Baca Juga: Peringatan Harkodia di Pasuruan, Pj Gubernur Jatim Tekankan Pilar Utama Pencegahan Korupsi
Terpisah, Kepala Desa Legok, Kecamatan Gempol, Nur Salam menjelaskan bahwa kondisi Sungai Legok memang memprihatinkan. Hampir setiap tahun ratusan rumah warga digenangi banjir.
“Kondisinya sudah parah. Bahkan, di tengah sungai, tidak hanya ditumbuhi rerumputan. Tapi sampai pohon pisang, kami berharap adai perhatian seriuan dari Pemkab Pasuruan,” akunya yang dikonfirmasi BANGSAONLINE.com usai menemui kepala Dinas Sumber Daya Air, Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Pasuruan.
Ia bersama warga berharap agar ada normalisasi di Sungai Legok secepatnya dilaksanakan. Pasalnya, normalisasi merupakan salah satu solusi guna mengatasi persoalan banjir yang ada di Desa Legok. Sehingga, funsgsi sungai bisa kembali sebagaimana mestinya.
Baca Juga: Polisi di Pasuruan Ringkus Bandar Sabu
“Kami sudah mengajukan ke BBWS Brantas, tapi belum ada tanggapan. Termasuk ke Wakil Bupati Pasuruan. Kami datang ke Dinas SDA, Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Pasuruan ini dengan harapan agar persoalan sungai kami tertangani,” harapnya. (bib/par/ari)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News