BOJONEGORO, BANGSAONLINE.com - Sebuah desa di ujung selatan Bojonegoro yang berbatasan dengan Kabupaten Ngawi terdapat kampung unik bernama Kampung Thengul. Di desa ini terdapat kelompok masyarakat yang peduli tentang seni budaya terutama Wayang Thengul.
Sebab, Wayang Thengul adalah sebuah kesenian wayang yang asli berasal dari Bojonegoro. Bahkan beberapa tahun lalu sudah diadakan Tari Thengul massal oleh Pemkab Bojonegoro. Selain itu, Wayang Thengul juga menjadi ikon Kota Ledre pada pemerintahan Bupati Anna Mu'awanah.
Baca Juga: Deklarasi Relasi Jamur, Ketua Dekopinwil: Jangan Sampai Jatim Dipimpin Selain Khofifah
Wintari, salah satu penggagas Kampung Thengul di Desa Sumberejo, Kecamatan Margomulyo, Kabupaten Bojonegoro menjelaskan bahwa Wayang Thengul hampir mirip dengan Wayang Golek. Namun, perbedaan yang jelas terlihat ialah dari cerita yang diangkat dan juga karakter tokoh yang ditampilkan.
"Jika pada Wayang Golek lebih banyak yang mengangkat cerita dari Wayang Purwa seperti Mahabarata dan juga Ramayana, justru Wayang Thengul banyak mengangkat cerita rakyat seperti halnya cerita Wayang Gedhog yaitu cerita Kerajaan Majapahit, cerita panji serta cerita para wali. Selain itu, juga ada yang menceritakan cerita dari Serat Damarwulan," jelas Tari, sapaan akrabnya Sabtu, (23/7/22).
Wayang Thengul menggunakan perangkat boneka kayu bulat dan tebal. Bagian bawah dan kaki dibalut dengan pakaian dan kain (sarung) di mana tangan sang dalang masuk ke dalamnya. Dalang menggerak-gerakkan boneka tersebut dengan ibu jari dan jari telunjuk, sedangkan tiga jari lain memegang tangkai wayang.
Baca Juga: Peletakan Batu Pertama Masjid Darussalam Trucuk Bojonegoro, Khofifah Bahas soal Perdamaian Gaza
"Boneka sebelah atas biasanya telanjang, kecuali pada beberapa pelawak dan pahlawan, memakai baju sikepan. Berbeda dengan wayang kulit pada umumnya, layar (kelir) yang digunakan terdapat lubang kotak di tengahnya, sehingga penonton juga dapat menyaksikan dari arah belakang layar. Wayang ini berbentuk boneka tiga dimensi dan biasanya dimainkan dengan diiringi Gamelan Pelog atau Slendro," ujarnya.
Kata dia, jalan cerita yang sering dimainkan dari kesenian itu lebih banyak mengambil cerita menak, seputar kisah Umar Maya, Amir Hamzah, Damar Wulan, Cerita Panji, sejarah Majapahit, dan kisah Betoro Kolo yang biasa dipentaskan untuk ruwatan.
"Dengan perkembangan zaman yang serba modern, kesenian ataupun budaya yang asli berasal dari Bojonegoro ini harus dilestarikan dan jangan sampai musnah di telan bumi," ucapnya.
Baca Juga: Berangkatkan Jalan Sehat Hari Koperasi di Bojonegoro, Khofifah: Penggerak Ekonomi Kerakyatan
Kampung Thengul itu ia dirikan awal tahun lalu, dengan tujuan agar generasi penerus bisa lebih kenal dan faham sejarah Bojonegoro. Aktivitas di Kampung Thengul itu latihan menari setiap Minggu dengan anak-anak kecil.
"Kami mempunyai sanggar Tari Thengul, dan Alhamdulillah banyak peminat dari kalangan anak-anak kecil untuk belajar menari khas dari Bojonegoro ini," tuturnya.
Camat Margomulyo Dyah Enggarini mengapresiasi penggiat budaya di desa setempat. Ia ingin memberikan nilai tambah dari seni yang sudah ada embrionya tersebut, yaitu dengan menghadirkan dalang sekaligus pembuat Wayang Thengul.
Baca Juga: Baru Sebulan Musim Kemarau, Satu Desa di Bojonegoro Sudah Terdampak Kekeringan
"Kami ingin Wayang Thengul tidak hanya sebagai pementasan wayang saja, tetapi juga akan mengangkat Thengul ini menjadi sebuah seni atau budaya yang memberikan nilai ekonomi kepada warga dan dapat memberikan edukasi kepada generasi masa kini untuk melestarikan dan mencintai budaya khas Bojonegoro," harapnya. (nur/ari)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News