SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Kiprah dan pemikiran Hadratussyaikh KH Hasyim Asyari sangat luar biasa, tidak hanya bagi Nahdlatul Ulama tapi juga bagi republik ini. Namun, belum banyak kiprah dan pemikiran pendiri Pondok Pesantren Tebuireng Jombang itu yang terpublikasi. Padahal, ia bukan saja pendiri NU tapi juga penggerak dan pejuang kemerdekaan yang mencetuskan resolusi jihad.
Prof. Dr. Phil. H. M. Nur Kholis Setiawan, M.A, Ketua Lembaga Kajian Strategis Pemikiran Hadratussyaikh KH Hasyim Asyari dan Kebangsaan mengatakan, pihaknya terpanggil untuk melakukan penggalian data tentang kiprah dan pemikiran Mbah Hasyim. Sebab, banyak sejarah Mbah Hasyim yang belum tercatat dan terdokumentasikan dengan baik.
Baca Juga: Kenalkan Kehidupan Kampus, Unusida Gelar PKKMB untuk Mahasiswa Baru
"Saat ini kami sedang melakukan penggalian data, mengekplorasi sejarah dan testimoni tentang Mbah Hasyim, dengan mendatangi dan mewawancarai sejumlah narasumber. Hasil penggalian sejarah ini nantinya didokumentasikan lewat penerbitan buku," terang Prof Nur Kholis dalam keterangannya, Selasa (26/07/2022).
Prof Nur Kholis mengungkapkan, hasil penggalian data tentang kiprah Mbah Hasyim ini, nantinya tidak saja merekonstruksi sejarah tentang Mbah Hasyim dan Nahdlatul Ulama. Tetapi juga sejarah republik ini.
Alumnus Pasca Sarjana program Islamic Studies di Leiden University, Belanda itu menjelaskan, dari hasil penggalian yang dilakukan, pihaknya mendapati sejumlah temuan baru yang belum terpublikasi secara luas. Di antaranya tentang persiapan-persiapan para kiai dalam proses pendirian Nahdlatul Ulama pada 31 Januari 1926 di Surabaya.
Baca Juga: Tembakan Gus Yahya pada Cak Imin Mengenai Ruang Kosong
Nur Kholis melanjutkan, ternyata para kiai itu cerdik, mereka bisa mengelabui kolonial Belanda dengan siasat. Hal itu dilakukan Kiai Ridlwan Abdullah yang berhasil memfasilitasi rapat persiapan pembentukan jam'iyah NU dengan alasan haul pertama Syaikhona Kholil.
"Dengan alasan itu, para kiai dapat berkumpul di Surabaya tanpa mendapat halangan dari pemerintah kolonial. Informasi ini saya gali dari KH Sholahuddin Azmi atau Gus Udin, cucu Kiai Ridlwan Abdullah," paparnya.
Presidium Nasional Ikatan Alumni Pesantren Tebuireng atau Ikapete itu menambahkan, ia juga melakukan penggalian informasi kepada sejumlah santri senior Tebuireng di era tahun 70'an. Saat ini para alumni itu sudah menjadi kiai berpengaruh, di antaranya KH Abdul Muhaimin Makki, pengasuh Pesantren Asshomadiyah, Bangkalan.
Baca Juga: Dulu, NU Terkenal karena Kesantunan dan Kebijaksanaanya, Sekarang?
Di Bangkalan ia juga mendapat banyak informasi dari Ketua PCNU Bangkalan yang juga cicit Syaikhona Kholil, KH Makki Nasir. Dari keterangan mereka tersebut banyak testimoni dan informasi yang menjadi pendukung data primer yang saat ini telah menjadi bahan kajian.
"KH Hasyim Asyari selalu menjadi problem solver dalam permasalahan kebangsaan. Namun penulisan sejarah belum banyak mengeksplorasi peran beliau. Saya berharap nantinya dokumentasi yang diterbitkan menjadi literasi yang juga bisa diakses di media sosial, sehingga menjangkau generasi milenial saat ini," pungkasnya. (mdr/ari)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News