MOJOKERTO, BANGSAONLINE.com – Jamiyyah Ruqyah Aswaja (JRA) menggelar Musyawarah Nasional (Munas) perdana di Institut Pesantren KH Abdul Chalim Pacet Mojokerto Jawa Timur. Munas JRA itu digelar selama tiga hari, mulai Jumat (23/9/2022) hingga Ahad (25/9/2022).
Munas yang dihadiri para ahli ruqyah itu dibuka Prof Dr KH Said Aqil Siraj, mantan ketua umum PBNU dan ditutup Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) yang juga pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya dan Pacet Mojokekrto.
Baca Juga: Imam Suyono Terpilih Jadi Ketua KONI Kabupaten Mojokerto Periode 2024-2029
Hadir dalam acara itu Habib Haidar Alwi, tokoh anti radikalisme, Nyai Hj Mahfudhoh Ali Ubaid, putri pendiri NU KH Abdul Wahab Hasbullah, dan Wakil Bupati Mojokerto Dr KH Muhammad Al-Barra (Gus Bara).
Kiai Asep mengatakan bahwa Malaikat Jibril pernah meruqyah Nabi Muhammad: untuk menjaga agar Nabi terhindar dari penyakit yang datang, dari jahatnya orang hasut, orang nyantet dan sebagainya.
Bahkan Kiai Asep juga minta agar pondok pesantren Amanatul Ummah diruqyah.
Baca Juga: Doakan Kelancaran Tugas Khofifah-Emil, Kiai Asep Undang Kiai-Kiai dari Berbagai Daerah Jatim
“Karena dulu terkenal angker. Saking angkernya sampai ada orang mengatakan, siapa saja yang menginjak tanah ini, tak sampai tiga bulan sudah meninggal,” kata Kiai Asep yang putra KH Abdul Chalim, salah seorang ulama pendiri NU.
(Gus Abdul Wahab (pakai blankon). Foto: MMA/bangsaonline.com)
Baca Juga: Kiai Asep Beri Reward Peserta Tryout di Amanatul Ummah, Ada Uang hingga Koran Harian Bangsa
Menurut Kiai Asep, pelaksanaan ruqyah itu sama. “Jadi, kalau bacaannya sama. Tapi istijabahnya yang sulit. Karena itu Jamiyyah ruqyah ini jangan diartikan jamiyyah suwuk, tapi jamiyyahnya orang-orang yang doanya mustajab. Ini nilainya penting sekali. Esensinya ini,” kata Kiai Asep.
Kiai Asep menyadari bahwa pada umumnya orang beranggapan bahwa jamiyyah ini adalah jamiyyah orang ahli suwuk. "Ya pemahaman kasar orang-orang menganggap ini organisasi ahli suwuk," katanya sembari tertawa.
Padahal esensinya adalah kemustajaban doanya. Karena itu, tegas Kiai Asep, ruqyah itu harus tirakat. Kiai Asep memberi contoh orang yang membaca hizib nashar.
Baca Juga: Klaim Didukung 37 Cabor, Imam Sunyono Optimis Terpilih Ketua KONI Kabupaten Mojokerto
“Harus puasa. Puasanya 7 hari. Mulai Selasa sampai Senin,” katanya.
Hizibul ijabah juga sama. “Tapi kalau hizbul khofi lain. Puasanya mulai Senin sampai Kamis. Tapi Kamisnya harus puasa pati geni. Mulai Subuh tak boleh tidur sampai maghrib. Pas maghrib buka sedikit air, setengah gelas air dua biji kurma. Lalu puasa lagi sampai terbit matahari. Ya harus begitu. Untuk memperoleh doa yang mustajab,” kata Kiai Asep.
Pendapat senada disampaikan Kiai Said Aqil. Menurut dia, ruqyah memang ada tirakatnya. “Kalau ormas lain kan malas tirakat,” kata Kiai Said Aqil disambut tawa peserta Munas JRA.
Baca Juga: Gegara Mitos Politik dan Lawan Petahana, Gus Barra-dr Rizal Sempat Diramal Kalah
Kiai Said Aqil mengatakan bahwa ruqyah dalam sejarah disebut sebagai salah satu ilmul hikmah. “Ruqyah merupakan khazanah khadlariah lil muslimin, cultural capital bagi kita umat Islam, bagi kita umat nahdliyin. Maka ruqyah harus ada hingga hari qiyamat. Kewajiban kita harus menjaga, harus melestarikan hingga hari qiamat,” tegas Kiai Said Aqil saat menjadi nara sumber dalam acara tersebut.
Kiai Said Aqil mengungkap awal mula ruqyah. Suatu ketika, tutur Said Aqil, Siti Aisyah, putri Sahabat Abu Bakar, diruqyah oleh orang Yahudi. Saat itulah ayahandanya, Sahabat Abu Bakar, menyaksikan. Ia bertanya kepada Yahudi itu.
“Wahai orang Yahudi apakah kamu meruqyah dengan kitabullah, Taurat maksudnya,” tanya Abu Bakar.
Baca Juga: Raih 53,4 Persen di Pilbup Mojokerto 2024, Pasangan Mubarok Kalahkan Petahana
Si Yahudi menjawab, “Ya”
Abu Bakar: “Ya boleh, sah-sah saja,”.
Dalam perkembangan sejarah, kata Said Aqil, para ulama terjadi perbedaan pendapat. Tapi kesimpulannya kemudian, Imam Abu Hanifah memperbolehkan ruqyah, baik ruqyah pakai ayat al-Quran, bahasa Arab maupun bahasa lain, bukan bahasa Arab.
Baca Juga: Warga Jatim Berjubel Hadiri Kampanye Terakhir Khofifah-Emil, Kiai Asep: Menang 70%
“Tapi kalau Imam Syafi’i (ruqyah) wajib pakai bahasa Arab,” kata Said Aqil.
(Peserta Munas I JRA. foto: mma/bangsaonline.com)
Baca Juga: Ribuan Warga Padati Mubarok Bersholawat, Paslon 2 Optimis Menang di Ngoro, Mojokerto
Menurut Said Aqil, Abu Hanifah memperbolehkan ruqyah pakai bahasa lain, bukan bahasa Arab, karena aqidah umat Islam sudah kuat. “Karena pada prinsipnya semua umat Islam sudah bertauhid. Laa ilaha illallah,” kata Sid Aqil sembari mengatakan bahwa selain Allah adalah makhluk: ciptaan Allah
Bahkan, kata Said Aqil, Imam Ghazali juga punya aufa’. Konon, kata Said Aqil, ada ayat al-Quran, jika dipakai untuk merajah bisa menghidupkan orang mati.
Menurut dia, banyak sekali pengobatan dalam Islam. “Kemudian ada juga Manzil Sulaiman. Sapu tangannya Nabi Sulaiman,” kata Said Aqil sembari mengatakan bahwa juga ada hizib-hizib yang semua itu merupakan kekayaan kultural yang harus dipelihara.
Sementara Habib Haidar Alwi membahas tentang radikalisme. Ia mengingatkan bangsa Indonesia tentang bahayanya radikalisme. Ia bercerita bahwa pada November tahun 2018 ikut kongres umat Islam di Teheran Iran. Ia mewakili komisi Asia Timur.
“Yang hadir rata-rata pemimpin negara,” katanya.
Menurut dia, pada kongres umat Islam itu diputar film tentang kesadisan ISIS yang mengekskusi 167 orang. Ternyata yang paling sadis dalam eksekusi itu adalah anggota ISIS dari Indonesia.
“Karena itu jangan main-main dengan radikalisme di Indonesia,” katanya.
Menurut dia, hanya NU yang bisa menangkal radikalisme di Indonesia. “Tapi NU yang berguru pada Kang Said,” kata habib yang lulusan universitas Amerika itu sembari mengatakan bahwa S1 dan S2-nya mengambil jurusan elektro.
Habib Haidar Alwi juga membahas soal keterkaitan jin dengan ilmu modern, terutama elektro. Ia juga mengaku telah keliling Indonesia. Ternyata para anggota ISIS itulah yang membid’ahkan ruqyah.
Dalam Munas perdana ini Gus Abdul Wahab terpilih sebagai ketua umum JRA. Ia berterimakasih kepada peserta Munas yang telah memilih dirinya sebagai ketua umum. Ia juga berterimakasih kepada Kiai Asep yang telah memfasilitasi Munas JRA, termasuk tempat dan konsumsinya.
Apalagi Kiai Asep juga berkenan menjadi pembina JRA bersma Kiai Said Aqil dan Habib Husain Alwi.
Saat menyampaikan sambutan Gus Abdul Wahab mengungkapkan bahwa JRA yang berdiri pada 2016 sudah membentuk 16 pengurus wilayah (provinsi), 215 pengurus cabang (kabupaten/kota). Bahkan juga Pengurus Cabang Istimewa Turki dan Saudi Arabia.
Dalam acara itu Kiai Asep sempat membagikan buku Kiai Miliarder Tapi Dermawan yang ditulis M Mas'ud Adnan, CEO HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE.com. Buku itu kini dibedah di berbagai provinsi dan perguruan tinggi serta pesantren. Kiai Said Aqil sempat memperbincangkan buku itu di sela-sela Munas JRA. Ia mengaku sudah tahu buku yang kini sangat populer itu. (MMA)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News