NGANJUK, BANGSAONLINE.com - Shuttlecock yang dipakai untuk permainan bulu tangkis banyak diproduksi di Desa Sumengko Kecamatan Sukomoro Kabupaten Nganjuk, dan sudah diakui Federasi Bulutangkis Dunia (BWF).
Di Desa Sumengko, setidaknya 80 persen warga desanya melakukan pekerjaan pembuatan bagian-bagian dari suatu proses pembuatan shuttlecock.
Baca Juga: PWI Jatim Gelar Baksos dan Eksibisi Bulutangkis di Kediri
Dahuri, salah satu pengusaha shuttlecock, mengaku dalam sepekan dirinya mampu memproduksi 800 slop shuttlecock di rumahnya dengan melibatkan beberapa mitra dari warga sekitar.
Proses produksi dimulai dari pencucian bulu, pemilahan bulu sesuai kualitasnya, serta pembuatan shuttlecock setengah jadi dengan memasukkan bulu ke gabus.
Shuttlecock setengah jadi diperiksa kualitasnya, setelah itu baru proses finishing seperti dijahit, pemberian label dan merek, serta dikemas. Shuttlecock produksi Desa Sumengko dijual antara Rp 25 ribu hingga Rp 60 ribu per slop.
Baca Juga: Kepala Dispora Bangkalan Apresiasi Lomba Bulutangkis yang Digelar PGRI
Dahuri menggunakan bulu mentok yang terdiri dari bulu sayap dan bulu ekor. Sedangkan bulu mentok dipasok dari berbagai daerah mulai dari Brebes, Purwokerto, maupun dari Pekalongan dan Solo. Bulu mentok dibeli dengan harga Rp 120 per helai.
Shuttlecock Sumengko pun telah merambah ke luar negeri, seperti Negara Malaysia, Singapura, dan Belanda.
Meski demikian usaha ini tak selalu berjalan mulus. Saat ini, dia harus bersaing dengan shuttlecock produk luar negeri yang harganya lebih murah. Belum lagi ia harus mensiasati terbatasnya pasokan bahan baku. ”Agar usaha kami dapat langgeng kami berharap pemerintah dapat memperhatikan kelangsungan usaha kami,” pungkasnya.(dit/ros)
Baca Juga: Buka Kejuaraan Bulutangkis, Bupati Sumenep Berharap Lahirkan Atlet Berprestasi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News