
KEDIRI, BANGSAONLINE.com - Ketua Umum PBNU, K.H. Yahya Cholil Staquf, atau yang akrab disapa Gus Yahya menghadiri Halaqoh Fikih Peradaban PBNU di Ponpes Lirboyo, Sabtu (21/1/2023). Turut mendampingi Gus Yahya adalah jajaran Pengurus PBNU dan Ketua Umum Pimpinan Pusat Pagar Nusa, Muchamad Nabil Haroen, akrab disapa Gus Nabl.
Dalam tausiyahnya, Gus Yahya mengatakan bahwa acara halaqoh Fikih Peradaban ini merupakan bagian dari rangkaian Hari Lahir (Harlah) 1 Abad NU. Program ini dilaksanakan di 240 titik se-Indonesia selama lima bulan.
Baca Juga: Hadir di Puncak Harlah NU, Wabup Gresik Ajak Nahdliyin Kolaborasi Dukung Jalannya Pemerintahan
Menurut Gus Yahya, terdapat empat perubahan peradaban dunia pertama, perubahan tata politik dunia terkait peta politik dan identitas agama. Kedua, perubahan demografi atau komposisi penduduk dunia. Ketiga, perubahan standar norma. Keempat, perubahan karena globalisasi.
Dalam kesempatan tersebut Gus Yahya juga menyinggung issu radikalisme dan terorisme. Menurutnya, kontek sosial politik baik secara domestik didalam negeri maupun internasional, selama ini belum kunjung ditemukan jalan keluar yang sungguh-sungguh bisa menyelesaikan masalah secara tuntas.
"Kita belakangan ini cukup disibukkan dengan pembicaraan tentang radikalisme dan terorisme. Banyak orang mungkin berpikir bahwa issu radikalisme dan terorisme adalah masalah baru. Padahal masalah ini sudah terjadi sejak lama,"ujarnya.
Baca Juga: Peringati Haul ke-76 Tan Malaka di Kediri, Puluhan Pegiat dan Mahasiswa Kirim Doa di Area Makam
Segera setelah merdeka,lanjut Gus Yahya, Bangsa Indonesia sudah harus berhadapan pemberontak DI/TII pimpinan Karto Suwiryo. Tahun 70 an juga sudah ada aksi terorisme yaitu komando jihad yang membajak pesawat Woyla dan mengebom candi Borobudur.
"Jadi masalah radikalisme dan terorisme bukan masalah baru buat bangsa Indonesia,"urainya.
Sebagai sumbang sih terhadap perbaikan peradaban di dunia, lanjut Gus Yahya, PBNU menggelar halaqoh fikih peradaban di sejumlah titik di Indonesia.
Baca Juga: Dhito Bupati Kediri dan Pramono Gubernur DKI, Anies Baswedan: Historis, Bapak-Anak Dilantik Bareng
"Hari ini kita mengadakan halaqoh fikih peradaban (di Ponpes Lirboyo Kediri) yang agak berbeda dengan halaqoh di 240 titik yang sudah kita gelar sejak bulan September 2022 lalu sampai awal Januari 2023 kemarin,"kata Gus Yahya.
Halaqoh ini, lanjutnya, merupakan pendahuluan atau prolog dari Muktamar Internasional Fikih Peradaban yang akan diselenggarakan pada tanggal 6 Februari 2023 yang akan datang di Surabaya.
"Sehingga yang kita hadirkan, yang kita minta presentasi dalam halaqoh di Lirboyo ini adalah pembicara-pembicara Internasional dari Mesir dan Inggris. Dari yang kita ikuti tadi, ada pemikiran-pemikiran yang menarik,"imbuh Gus Yahya.
Baca Juga: Kembali Jabat Bupati Kediri, Ini Rekam Jejak Kepemimpinan Dhito 4 Tahun Terakhir
Saat ditanya wartawan terkait pemilu presiden dan wakil presiden tahun 2024, Gus Yahya menekankan bahwa NU tidak boleh dibawa-bawa atau dicatut dalam kompetisi politik.
"Bila nanti ada pilpres misalnya, kita nyatakan bahwa tidak ada calon presiden atau calon wakil presiden atas nama NU. Kalau ada orang NU yang menjadi capres atau cawapres, itu atas sama prestasinya sendiri atau kredibilitasnya sendiri atas nama trac record- nya sendiri, bukan atas nama NU,"tegasnya.
Yang cocok menjadi capres-cawapres, menurut Gus Yahya, adalah orang yang amanah yang punya kapasitas punya kredibilitas dan seterusnya. "Saya kira ini sesuatu yang terbuka, orang bisa membandingkan satu dengan lainnya dan kita serahkan kepada rakyat,"kata Gus Yahya. (uji/sis)
Baca Juga: Jadi Korban Tabrak Lari, Santri Ponpes Ploso Kediri Tewas
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News