KEDIRI, BANGSAONLINE.com - Hanindhito Himawan Pramana sudah menjabat sebagai Bupati Kediri selama dua tahun. Dalam waktu dua tahun itu, ia dinilai berhasil membuka lebar kran seni dan budaya Kabupaten Kediri.
Tak sekadar membuka kran, aliran budaya dan seni dewasa ini juga dinilai mengalir deras dengan berbagai terobosan baru yang dilakukan oleh bupati muda yang sering disapa Dhito itu.
Baca Juga: Perkuat Perda-Perkada, Pemkab Kediri Tingkatkan Kompetensi ASN Melalui Diklat Legal Drafting
Paling baru, Putra Menseskab Pramono Anung itu mengeluarkan surat edaran yang mewajibkan ASN di lingkup Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kediri untuk mengenakan pakaian khas Wdihan Kadiri dan Ken Kadiri di Kamis minggu pertama setiap bulannya.
Sebagaimana diketahui, pakaian khas itu telah dirilis bupati setahun lalu saat HUT Kabupaten Kediri ke-1218. Pakaian tersebut dirilisnya usai melalui proses kajian yang dilakukan oleh kalangan akademisi, arkeolog, desainer dan pembatik, budayawan, maupun tim internal dari Pemkab Kediri.
Pemerhati Budaya Kediri, Imam Mubarok, berpendapat langkah-langkah yang dilakukan oleh Dhito dalam pengembangan kebudayaan di wilayahnya terbilang cepat dan merata.
Baca Juga: Kampanye di Kunjang Kediri, Cabup Dhito Bakal Perjuangkan Pembangunan SMA Negeri
“Mas Dhito mampu mengangkat, memberdayakan, dan bersinergi dengan banyak pihak untuk bersama-sama memajukan kebudayaan di Kediri. Peluang-peluang (kebudayaan) telah diberikan, ruang-ruang diberikan,” ungkapnya, Minggu (26/2/2023).
Kelanggengan seni budaya di Bumi Panjalu ini juga tergambar jelas dengan upaya pematenan kekayaan intelektual komunal (KIK) 4 produk budaya asli daerah Kabupaten Kediri. Yaitu jaranan jowo, wayang krucil, tiban, serta tiwul. Dari pematenan itu dipastikan keempatnya menjadi milik Kabupaten Kediri.
Dari bidang purbakala, suami Eriani Annisa Hanindhito itu mendorong percepatan dalam proses ekskavasi Situs Adan-Adan, Kecamatan Gurah.
Baca Juga: Karyawan Pabrik Sebut Program Dhito Beri Manfaat Bagi Masyarakat Kecil
Hasilnya, pihaknya mengambil kebijakan untuk tetap menampilkan beberapa item hasil ekskavasi untuk keperluan edukasi hingga wisata kebudayaan berbasis desa wisata budaya.
Disinyalir situs tersebut luasnya melebihi Candi Borobudur karena terindikasi melintasi 3 desa, yakni Desa Adan-Adan, Semanding, serta Gayam, Kecamatan Gurah.
“Ini bentuk komitmen Mas Dhito dalam kemajuan kebudayaan di Kabupaten Kediri. Diharapkan desa-desa dapat menjemput bola dengan melakukan berbagai kegiatan seperti edukasi hingga desa wisata budaya,” terang Kepala Bidang Sejarah dan Purbakala Dinas Pariwisata san Kebudayaan Kabupaten Kediri, Eko Priyatno.
Baca Juga: Dukungan Pasangan Dhito-Dewi di Pilkada Kediri, Pemuda NU Beri Penjelasan
Eko menambahkan, Pemerintah Kabupaten Kediri juga telah menyelesaikan pokok pikiran kebudayaan daerah (PPKD).
Hal ini juga dibenarkan Imam Mubarok. Menurutnya, PPKD ini sangat penting demi kemajuan kebudayaan di Kabupaten Kediri.
"Bagaimana Mas Dhito juga mampu melakukan PPKD, yang barusan Pemkab Kediri menyelesaikannya. itu amanat undang-undang," tegasnya.
Baca Juga: Pjs Bupati Kediri Minta Petani Lereng Gunung Wilis Hasilkan Komoditas Kopi Berkualitas
Diharapkan, dengan terselesaikannya PPKD ini dapat memberikan imbas langsung pada masyarakat.
Kemajuan dan potensi kebudayaan di Kabupaten Kediri ini juga diakui seniman sekaligus budayawan, Butet Kartaredjasa saat mengisi focus group discussion (FGD) di Sendang Tirto Kamandanu pada Agustus 2022 lalu.
Butet menyebutkan Kediri memiliki harta karun yang juga harta karunnya Indonesia. Dari risetnya, didapat jejak sejarah bahwa pertama kali merah putih dikibarkan di Kediri oleh Jayakatwang. Puncaknya ada di cerita Panji yang juga dikembangkan di negara-negara Asia Tenggara seperti Thailand.
Baca Juga: Di Hari Sumpah Pemuda 2024, Pemkab Kediri Ungkap Pentingnya IPP
"Jadi ibu kota cerita-cerita tentang Panji itu di sini, puncak kebudayaan yang tidak hanya mempengaruhi Indonesia, tapi mempengaruhi Asia," tegas Butet saat itu. (adv/pkp)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News