Pilih Calon Presiden Pro Amerika atau China, Ini Realitas Politik, Siapa Capres Berdaulat

Pilih Calon Presiden Pro Amerika atau China, Ini Realitas Politik, Siapa Capres Berdaulat M Mas'ud Adnan. Foto: BANGSAONLINE

Oleh: M Mas’ud Adnan --- Sampai kini calon presiden (Capres) yang muncul ke permukaan belum meyakinkan publik. Padahal mereka sudah habis-habisan tebar pesona, terutama lewat media sosial (medsos). Bahkan ada seorang kepala daerah justru lebih sibuk memainkan medsos ketimbang fokus pada tugas kerjanya sebagai abdi negara.

Hasil survei memang sudah bertebaran, baik yang serius maupun yang abal-abal. Tapi rakyat tetap saja tak percaya. Kenapa? Jawabannya sangat sederhana. Karena mereka tak punya prestasi menonjol, baik dari segi visi atau pemikiran maupun dari segi kinerja sebagai pejabat publik.

Bahkan rakyat meyakini bahwa visi dan orientasi politik mereka tak jelas. Figur-figur Capres itu bahkan ditengarahi tak mampu mandiri dan berdaulat sehingga berpotensi menjadi boneka negara lain, terutama (AS) dan .

Meski demikian, ada tokoh partai yang selama ini terindikasi korupsi malah sangat confiden. Ia tiap hari sibuk tebar pesona mencari dukungan sebagai calon presiden atau wakil presiden. Padahal ketika digertak KPK pasti nyalinya langsung ciut.

Saya tak habis pikir. Bukankah realitas politik ini menghina akal sehat kita. Tapi faktanya masih ada saja tokoh – bahkan kiai - hanyut memberi dukungan secara terbuka. Baik lewat rekaman video maupun tertulis. 

Mereka lugu secara politik?

Ini memang ironis. Rakyat Indonesia yang sekarang (2023) berjumlah 273, 52 juta jiwa mengalami krisis pemimpin nasional. Berarti para pemimpin negeri ini selama ini gagal menyiapkan regenerasi. Ini terpaksa harus saya kakatan. Apa boleh buat. Faktanya, mereka selama ini sibuk dengan kepentingan pribadi dan kelompoknya. Sehingga tak sempat – bahkan tak peduli – menyiapkan kader pemimpin masa depan.

INTERVENSI AMERIKA DAN CHINA

Dalam sejarah pemilihan presiden Indonesia, Amerika dan selalu intervensi. Maklum, Indonesia negara besar dengan kekayaan alam melimpah. Dua negara itulah yang selama ini menyedot kekayaan alam bangsa Indonesia, diakui atau tidak. Kasus menyedihkan Freeport dan Nikel adalah contoh tak terbantah. Dan mereka akan terus berusaha mengangkangi Indonesia. Lewat presiden yang bisa diajak kerjasa sama.

KH A Hasyim Muzadi, almaghfurlah, pernah mngungkap pengalamannya sebagai calon wakil presiden pada Pemilu 2004. Ketua Umum PBNU dua periode itu mengaku diajak bertemu agen negara asing.

“Dia mau memenangkan saya. Tapi saya diminta menandatangani dokumen atau MoU perjanjian,” kata Kiai Hasyim Muzadi kepada saya.

Mau memenangkan? Berarti sudah punya cara dan pasti menang? “Ya, kan negara dia bisa mengatur pemilu atau capres,” kata Kiai Hasyim Muzadi.

Kiai Hasyim pun membaca poin-poin MoU yang disodorkan agen negara asing itu.

Sepakat? “Saya tak sanggup. Syaratnya terlalu berat bagi saya,” kata Kiai Hasyim Muzadi kemudian sembari mengatakan bahwa syarat itu sangat merugikan bangsa Indonesia, baik dari segi kedaulatan, politik maupun ekonomi.

Pendiri Pesantren Mahasiswa Al-Hikam Malang dan Depok Jawa Barat itu pun pasrah. Ia akhirnya kalah. Tapi ia tak punya beban dan dosa kepada bangsa Indonesia.

Lihat juga video 'Pengalaman Langka! Kiai Asep Naik Becak di Pulau Belakang Padang Batam':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO