KEDIRI, BANGSAONLINE.com - Launching Destination Branding Kediri Berbudaya di Monumen SLG (Simpang Lima Gumul) Kecamatan Ngasem, Kabupaten Kediri , Sabtu (25/3/2023) sore, berlangsung di bawah guyuran hujan. Sejak acara dibuka, rintik air hujan sudah mulai turun.
Meski jadwal acara yang dihadiri oleh anggota Forkompinda Kabupaten Kediri, Wakil Bupati Kediri, Dewi Mariya Ulfa, seluruh OPD dan Kepada Desa se Kabupaten Kediri itu harus dipangkas karena diguyur hujan, suasana launching nya sendiri cukup meriah.
Baca Juga: Banjir Banyakan Seret 3 Kendaraan, BPBD Kabupaten Kediri Siapkan Dapur Umum
Tugu berbentuk bersegi empat yang berada di sebelah barat Monumen SLG yang semula bertuliskan Kediri Lagi, berubah menjadi Kediri Berbudaya. Maksudnya adalah bahwa Kabupaten Kediri itu adalah pusat kebudayaan sejak jaman kerajaan Kediri dulu hingga sekarang.
Kemeriahan semakin terasa, ketika di puncak Monumen SLG juga ditampilkan kembang api berwarna -warni. Dibawah guyuran hujan, acara Launching Destination Branding Kediri Berbudaya itu, akhirnya ditutup sebelum waktunya dan para undangan semburat untuk mencari tempat berteduh.
Turunnya hujan di acara launching Destination Branding "Kediri Berbudaya" sebenarnya juga tidak menjadi soal. Karena di acara tersebut juga ditampilkan tarian tiban, dimana tarian tiban ini digelar memang untuk meminta hujan.
Baca Juga: Jaring Atlet untuk Porprov, Pordasi Kediri Gelar Kejurprov Berkuda di Lapangan Desa Wates
Bupati Kediri Hanindhito Himawan Pramana, dalam sambutannya, sempat menyentil Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kediri Adi Suwignyo.
"Gimana ini Pak Wig. Tapi gak papa, hujan ini pertanda baik. Yaitu untuk kebaikan masyarakat Kabupaten Kediri,"ujar Mas Dhito yang langsung menyudahi pidatonya.
Hudi, salah satu pengunjung, mengatakan, bahwa tarian tiban sebenarnya tidak pas bila ditampilkan di acara ini.
Baca Juga: Buka Rakerda Kejati Jatim 2024 di Kediri, Kajati: Pentingnya Penegakan Hukum Humanis dan Profesional
Menurutnya, di satu sisi, ada pawang hujan yang menghendaki tidak turun hujan, tapi di sisi lain ada penampilan tarian tiban yang sebenarnya digelar untuk meminta hujan.
"Akhirnya terbukti bila tari tiban itu memang untuk meminta hujan. Padahal pada acara-acara sebelumnya, di sekitaran SLG, selalu terang ,"kata Hudi sembari bergegas menuju tempat parkir kendaraan yang kebetulan ada atapnya.
Seperti diketahui, tari tiban merupakan rangkaian upacara ritual sakral, bertujuan untuk meminta hujan. Dalam perkembangannya, Tiban berubah menjadi sebuah kesenian pertunjukan.
Baca Juga: Gandeng Peradi, Fakultas Hukum Uniska Adakan Ujian Profesi Advokat
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kediri-pun menetapkan kesenian Tiban sebagai budaya khas Kabupaten Kediri. (uji/sis)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News