Muhsin Syihab mengungkapkan, bahwa proses pembangunan smelter melibatkan banyak anak-anak bangsa, perusahaan-perusahaan BUMN. Hal ini membuktikan komitmen tentang pentingnya kemandirian Indonesia secara ekonomi.
Terbukti, pada tahun 2022 Indonesia sukses meraih investasi industri hilir untuk komoditas pertambangan hingga Rp171,2 triliun atau sekitar 14 persen dari total investasi sebesar Rp1.207 triliun.
Menurutnya, raihan itu tak lepas dari keseriusan PTFI berkontribusi bagi Indonesia melalui investasi pembangunan smelter single line terbesar di dunia. Yaitu Rp25 triliun hingga akhir tahun 2022 dari total rencana investasi sebesar USD 3 miliar atau setara dengan Rp45 triliun.
"Hilirisasi hasil tambang akan terus berkembang dan investasi di sektor ini terbukti telah memberikan manfaat yang signifikan bagi pelaku bisnis dan bangsa Indonesia. Melalui dukungan terhadap kebijakan hilirisasi nasional seperti pembangunan Smelter Manyar, PTFI optimis bahwa Indonesia mampu mendorong investasi di industri hilir yang kompetitif di tingkat global," sambung Wakil Presiden Direktur PTFI Jenpino Ngabdi.
Ia menjelaskan, pembangunan smelter kedua PTFI ini telah selesai 66,84 persen hingga akhir April 2023. Progres tersebut lebih cepat dari target yang sudah disepakati Pemerintah Indonesia.
Pembangunan konstruksi fisik smelter sendiri ditarget selesai pada Desember 2023. Sehingga pada Mei 2024, pabrik pengolahan konsentrat tembaga itu sudah bisa mulai beroperasi.
"Pada tahap operasi penuh, smelter kedua milik PTFI ini akan mampu mengolah 1,7 juta dry metric ton konsentrat tembaga menjadi sekitar 600.000 ton katoda tembaga per tahun," tutupnya. (hud/rev)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News