KOTA BATU, BANGSAONLINE.com - Warga Kota Batu usia produktif terdeteksi banyak yang mengalami hipertensi atau tekanan darah tinggi. Berdasarkan hasil Riskesdas 2018, sebanyak 43,7% warga Kota Batu mengalami hipertensi. Demikian pula kabupaten dan kota lain dengan persentase yang berbeda-beda.
"Ya, tidak sedikit warga Kota Batu yang terdeteksi mengalami hipertensi. Kami melihat kabupaten dan kota lainnya di Jawa Timur cenderung sama," kata Kabid Pencegahan, Pengendalian Penyakit, dan Penanganan Bencana Dinkes Kota Batu, Suzana Indahwati, Minggu (23/9/2023).
Baca Juga: Sambut Hari Kesehatan Nasional ke-60, Dinkes Kota Batu Bidik Sekolah Gelar Aksi Bergizi
Berdasarkan laporan bulanan SPM di Kota Batu pada 2023 sampai dengan Juni, terdapat 20.375 penduduk yang mengalami hipertensi dari total 58,385 orang yang dilakukan deteksi dini penyakit tidak menular di puskesmas.
Suzana menjelaskan, hipertensi menjadi kasus paling banyak pada 2022. Hal tersebut banyak dipengaruhi perilaku berisiko, yaitu konsumsi gula, garam, dan minyak yang berlebih, kurangnya aktivitas fisik, kebiasaan merokok, dan konsumsi alkohol.
"Peningkatan penemuan kasus hipertensi di masyarakat tidak lepas dari peningkatan upaya deteksi dini penyakit tidak menular yang dilaksanakan melalui di puskesmas serta posbindu di kelompok masyarakat, di sekolah, dan juga di tempat kerja, serta dalam kegiatan vaksinasi Covid-19," paparnya.
Baca Juga: Pj Wali Kota Batu Sapa Warga Oro-Oro Ombo
"Pemeriksaan tekanan darah secara sederhana bisa dilakukan oleh kader kesehatan maupun masyarakat awam, dengan catatan tetap perlu adanya pengawasan dari tenaga kesehatan," imbuhnya.
Ia menyebut, deteksi dini penyakit hipertensi ini perlu dilakukan minimal 1 kali dalam satu tahun. Apabila ditemukan adanya peningkatan, maka setiap bulan harus dipantau serta dilakukan tatalaksana untuk mengendalikan tekanan darah, agar tidak sampai menimbulkan komplikasi.
"Kuncinya ada pada kesadaran masyarakat untuk cek tekanan darah secara teratur serta melakukan merubah perilaku yang berisiko," ucapnya.
Baca Juga: Cegah Penyebaran Infeksi Berbahaya, Dinkes Kota Batu Sosialisasikan PIE
Ia mengungkapkan, faktor keturunan juga ikut berperan dalam kecenderungan seseorangan mengalami hipertensi. Tetapi yang lebih berpengaruh adalah gaya hidup dan pengelolaan stres. Jadi, seseorang dengan keturunan hipertensi, tidak selalu akan menjadi hipertensi jika bisa menjaga pola hidupnya baik dan mengelola stresnya.
Begitu pula sebaliknya, orang tanpa keturunan hipertensi, jika perilakunya berisiko (konsumsi gula garam lemak berlebih, kurang aktifitas fisik, kebiasaan merokok, dan alkohol) dan tidak mampu mengelola stres, maka bisa mengalami hipertensi.
"Menurut kriteria Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan, kategori seseorang dikatakan Hipertensi jika Sistole lebih dari 140 mmHg," ujarnya.
Baca Juga: Imbas Pemberian ASI dan Merokok, PHBS Kota Batu Tak Penuhi Target
Dinkes Kota Batu mengimbau kepada masyarakat agar rutin melakukan CERDIK (Cek Kesehatan Rutin, Enyahkan Asap Rokok dan Alkohol, Rajin Aktifitas Fisik, Diet Seimbang, Istirahat Cukup, Kelola Stres).
Terkait upaya meminimalisir kasus hipertensi semakin meningkat di Kota Batu, Suzana menyatakan pihaknya mengusulkan pembentukan pos pembinaan terpadu (posbindu) di tempat kerja atau sekolah, yang dilakukan oleh kader/warga sekolah/tempat kerja tersebut dan telah dilatih untuk melakukan deteksi dini penyakit tidak menular seperti hipertensi dan diabetes.
"Dengan demikian, masyarakat usia produktif dapat rutin memeriksaan kesehatannya tanpa harus meninggalkan pekerjaan atau jam belajar di sekolah. Ini adalah upaya kesehatan berbasis masyarakat yang dilakukan pembinaannya oleh Dinas Kesehatan Kota Batu," pungkasnya. (asa/mar)
Baca Juga: Si Jago Merah Hanguskan Pembuatan Sangkar Burung di Kota Batu
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News