PROBOLINGGO, BANGSAONLINE.com - Tingginya kasus Kejadian Luar Biasa (KLB) warga yang terjangkit virus DBD di Kabupaten Probolinggo menjadi perhatian serius Kementerian Kesehatan (Kemenkes).
Bersama dinas kesehatan (Dinkes) setempat, pemantauan dilakukan langsung dengan berkunjung ke Desa Karanganyar dan Ponpes Nurul Jadid, daerah dengan angka tertinggi kasus DBD.
Baca Juga: Polres Probolinggo Kota Selidiki Kasus Pencurian di TK Ananda II
Kemenkes dan Dinkes Kabupaten Probolinggo melakukan pengecekan langsung dan pemantauan jentik-jentik di sarang nyamuk seperti kamar mandi, tempat cuci piring pada rumah warga di Dusun Tanjung Lor, Desa setempat.
Ada 10 tempat yang menjadi pemantauan pihak terkait di Desa Karanganyar yakni 10 rumah warga, bak mandi Masjid Baitis Salam, serta Ponpes Nurul Jadid yang menjadi sarang kasus DBD dan tercatat ada 215 santri terpapar virus dari nyamuk Aedes Aegypti itu.
Sebelum melakukan pengecekan, perwakilan Kemenkes dan Dinkes Kabupaten Probolinggo melakukan senam sehat bersama ratusan petugas Jumantik (Juru Pemantau Jentik), serta masyarakat Desa Karangnyar.
Baca Juga: Tata Kelola TUKS Petrokimia Gresik Raih Penghargaan dari Kemenkes
Kepala Desa Karanganyar, Mahfud, membenarkan jika wilayahnya tercatat sebagai penyumbang kasus DBD tertinggi. Oleh karena itu, pihaknya berharap agar para pemangku kepentingan turut mendukung program yang digagas.
"Angkanya cukup tinggi yakni 15 kasus terjangkit dan 215 santri. Jadi, total ada 230 warga dan santri yang terpapar virus DBD. Tim terpadu desa sudah kita lakukan bersama petugas Jumantik yang ada sekitar 260 orang. Namun, itu juga harus di support dengan program Dinkes dan Kementrian Kesehatan," ujarnya kepada BANGSAONLINE.com, Jum'at (10/11/2023).
Sementara itu, Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Penanganan Penyakit Dinkes Kabupaten Probolinggo, Dewi Veronica, menyebut angka DBD hingga saat ini telah mencapai angka 614 kasus dengan angka kematian mencapai 18 korban.
Baca Juga: Kejari Kabupten Probolinggo Geledah Rumah Kasus Korupsi Dana Hibah di Desa Satreyan
"Penyebabnya angka tinggi karena el nino yaitu faktor iklim ya. Karena, nyamuk itu lebih sering menggigit saat cuaca panas. Cuaca dari tinggi 38-40 derajat, sehingga siklus hidup mereka lebih sering mengigit, memang untuk memenuhi reproduksi mereka," paparnya.
Namun, pihaknya tetap mengantisipasi, karena kenapa di saat musim kemarau, angka kasus DBD meningkat.
"Ya, itu yang kita antisipasi. Kenapa sebelum musim hujan. Angka itu sudah naik. Ada penanggulangan sebelum musim hujan sebelum April. Kita jaga itu, makanya kan Kementrian Kesehatan itu mengapresiasi, kok kenapa sudah bergerak. Karena kita mencegah dan mengantisipasi sampai bulan penghujan nanti," ungkapnya.
Baca Juga: Polisi di Probolinggo Ringkus 11 Pengedar Narkoba
Di tempat yang sama, Ketua Tim Kerja Arbovirosis Kemenkes, Asik Surya, mengatakan tingginya angka DBD di Kabupaten Probolinggo memang harus ada tindakan, harapannya agar ditahum depan tidak terjadi angka yang lebih tinggi atau peningkatan kasus hingga tingginya kematian.
"Jadi, harus dimulai sekarang. Karenanya, Desa Karanganyar bersama Pondok Pesantren Nurul Jadid ini akan menjadi percontohan untuk penanggulangan atau penanganan DBD di Indonesia. Kita siapkan program bagaimana, bisa menggerakkan masyarakat untuk memeriksa rumahnya sendiri dengan melakukan pemantauan dan pemberantasan sarang nyamuk," katanya. (ndi/mar)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News