BLITAR, BANGSAONLINE.com - Pondok Pesantren Tahsinul Akhlaq, Kecamatan Sutojayan, Kabupaten Blitar, akhirnya buka suara soal kematian salah satu santri usai menjadi korban pengeroyokan temannya.
Salah satu pimpinan Pondok Pesantren Tahsinul Akhlaq, Wafa Bahrul Amin, menjelaskan akar masalah terjadinya pengeroyokan hingga mengakibatkan korban berinisial MAR (14) meninggal dunia.
BACA JUGA:
- Mantan Wabup Bondowoso Ambil Formulir Penjaringan Calon Bupati di DPC PDIP Blitar
- Dilaporkan Hilang Tiga Hari Lalu, Nenek di Blitar Ditemukan Tak Bernyawa di Sungai Brantas
- Kantor Imigrasi Blitar Deportasi Gadis Berkewarganegaraan Ganda ke Singapura
- Bocah 5 Tahun Hanyut Terbawa Arus Parit saat Hujan Deras Mengguyur Kota Blitar
Dijelaskan, korban sebelumnya memang melakukan pelanggaran aturan pondok pesantren. Atas kesalahan yang juga telah diakui korban, pengasuh pondok pesantren kemudian melakukan sidang tertutup.
Namun, para pelaku tidak mengetahui bahwa korban sudah disidang dan permasalahan sudah selesai. Mereka kemudian melakukan tindakan pengeroyokan dengan alasan memberi efek jera.
"Para pelaku itu tidak tahu bahwa sudah dilakukan persidangan. Mereka kemudian melakukan tindakan seperti itu dengan motif memberi jera. Sudah saya tanya ke mereka (para pelaku) namun karena mereka ini anak-anak yang naluri dan nalarnya belum sinkron lantas terjadi kejadian seperti itu," urai Bahrul kepada awak media, Selasa (9/1/2024).
Saat mengetahui korban tak sadarkan diri, para pelaku kemudian kaget dan menyesali perbuatannya. Mereka kemudian lapor ke pengurus pondok dan dilanjutkan membawa korban ke rumah sakit.
"Anak-anak itu kemudian seketika tahu kondisi korban juga kaget dan menyesal, semua lemes," imbuhnya.
Soal tindak lanjut pondok pesantren atas kasus ini, Bahrul mengatakan bahwa pihaknya mengikuti prosedur hukum kepolisian.