Lidah Tergigit Tak Sengaja, Bisa Ungkap Tiga Tingkat Keimanan, Tafsir Al-Quran Aktual

Lidah Tergigit Tak Sengaja, Bisa Ungkap Tiga Tingkat Keimanan, Tafsir Al-Quran Aktual Dr. KH. Ahmad Musta'in Syafi'ie

Oleh: Dr. KH. Ahmad Musta'in Syafi'ie

Rubrik ini diasuh oleh pakar tafsir Dr. KH. A. Musta'in Syafi'i, Mudir Madrasatul Qur'an Pesantren Tebuireng Jombang, Jawa Timur. Kiai Musta'in selain dikenal sebagai mufassir mumpuni juga Ulama Hafidz (hafal al-Quran 30 juz). Kiai yang selalu berpenampilan santai ini juga Ketua Dewan Masyayikh Pesantren Tebuireng.

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Nabi Daud Melahirkan Generasi Lebih Hebat, Bukan Memaksakan Jabatan

Tafsir ini ditulis secara khusus untuk pembaca HARIAN BANGSA, surat kabar yang berkantor pusat di Jl Cipta Menanggal I nomor 35 Surabaya. Tafsir ini terbit tiap hari, kecuali Ahad. Kali ini Kiai Musta’in menafsiri Surat Al-Abiya: 39-40. Selamat mengaji serial tafsir yang banyak diminati pembaca: 

REDAKSI

“bal ta’tihim baghtah …” (40). Isyarat bahwa Tuhan dalam hal ingin memberi pelajaran kepada manusia, acap kali melakukan sesuatu secara mendadak “baghtah”, di mana manusia tidak pernah menyangka sebelumnya. Tentu saja tidak mampu menghindar dan bahkan menangguhkan saja tidak bisa.

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: 70 Persen Hakim Masuk Neraka

Pernahkah anda kelilipen..? Pernahkah anda kebenthuk..?. Pernahkah anda keseleo..?. Pernahkah anda kebacok, terjatuh, kecelakaan, tabrakan, bahkan pernahkah lidah anda sendiri tergigit..?. semua itu terjadi mendadak dan tidak pernah kita pikir sebelumnya. Di sini ada hikmah :

Pertama, bukti kekuasaan Tuhan sangat mutlak, apa saja bisa Dia lakukan, tidak yang kecil, yang sedang atau yang besar. Semua sesuai dengan kehendak-Nya, mau kapan saja dan dengan cara apa saja.

Kedua, tidaklah manusia itu mesti mengerti apa yang bakal menimpa dirinya. Siapa yang pernah membayangkan akan tergigit lidahnya oleh giginya sendiri. Kejadian tak terduga dan mendadak tidak pernah bisa dihindari. Itu kelemahan mansuia yang nyata.

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Life Begins at Fourty

Ketiga, selain sebagai pelajaran bahwa diri manusia itu lemah, hal tersebut adalah tes keimanan. Siapa beristighfar, bertasbih, menyebut asma Allah secara reflek begitu kejadian, maka itu pertanda keimanannya bagus, Tuhan selalu ada di hatinya, ada di lisannya, ada di akalnya, selalu ada di semua indranya. Selain dihadiahi ampunan, pintu surga langsung dibuka.

Sebaliknya, jika dia spontan berucap buruk, misuh, mengumpat, maka itu pertanda keimanannya buruk, maka beristighfarlah. Dan siapa yang sambat, seperti umumnya orang kesakitan, seperti “aduh”, maka itu pertanda keimanan biasa-bisa saja. Maka perlu meningkatkan amal kebajikan demi mendongkrak keimanan dan ketaqwaan. (bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO