SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Jika Anda mengikuti acara Khofifah Indar Parawansa, cermati langkah kakinya. Terutama saat menuju podium. Pasti sangat cepat. Bahkan kakinya cenderung melompat.
Apa istimewanya? Sepintas memang tak ada. Tapi Patti Wood, pakar bahasa tubuh (body language), memiliki temuan ilmiah bahwa gaya berjalan seseorang berkorelasi dengan kepribadian atau karakternya.
Baca Juga: Kunjungi Kampung Kripik Olahan Ayam di Sidowungu Gresik, Khofifah Pesankan Dua Hal Penting
"Ada beberapa hal yang menunjukkan kepribadian seseorang, salah satunya adalah gaya berjalan," kata Patti Wood dalam bukunya yang sangat populer berjudul: Snap – Making The Most Of First Impressions, Body Language & Charisma.
Menurut Patti Wood, orang yang berjalan cepat memiliki karakter percaya diri, penuh semangat dan – yang penting lagi – punya energi tinggi! Karakter seperti ini biasanya penuh perjuangan dan pantang menyerah.
“Dia selalu berusaha melampaui batas kemampuannya sampai berhasil,” kata Patti Wood.
Baca Juga: Alasan Prestasi, Keluarga Besar Ponpes Syarifuddin Lumajang Doakan Khofifah Jadi Gubernur 2025-2030
Bukan hanya itu, seseorang yang gaya berjalannya cepat biasanya pemberani.
“Karena itu, dia memiliki peluang besar untuk sukses,” tulis Patti Wood dikutip CNN.
Bahkan ada studi menarik dalam jurnal Social Psychological and Personality Science. Studi itu menyimpulkan bahwa orang yang gaya berjalannya cepat cenderung ekstrovert. Sedangkan orang yang berjalan lambat cenderung introvert.
Baca Juga: Bersama Khofifah Hadiri Shalawat Akbar, Mas Iin Apresiasi Dukungan Bumi Sholawat
Studi itu dilakukan para ilmuwan Amerika dan Prancis. Mereka punya kesimpulan seperti itu setelah mengadakan penelitian pada 15.000 orang dewasa lebih. Sekali lagi: 15.000 orang dewasa lebih. Jadi validitas penelitian itu tinggi sekali.
Istilah ekstrovert dan introvert semula diperkenalkan psikolog Carl Jung. Ekstrovert adalah tipe kepribadian seseorang yang ramah, ekspresif, teliti, mudah bergaul dan terbuka pada pengalaman baru.
Seorang ekstrovert cenderung merasa lebih berenergi setelah berinteraksi dengan orang lain. Jadi, selain punya rasa sosial tinggi, juga kehidupannya tak bisa dipisahkan dengan masyarakat.
Baca Juga: Kampanye Akbar di Jember, Khofifah Ajak Berdemokrasi dengan Senang, Bangun Jatim Maju Berprestasi
Sebaliknya, seorang introvert lebih suka berfokus pada pikiran dan perasaan mereka sendiri ketimbang terlibat dalam situasi sosial yang aktif.
Nah, sekarang kita mulai menemukan korelasinya. Bahwa gaya berjalan Khofifah yang cepat itu adalah bagian dari cermin karakter atau kepribadiannya. Paling tidak, kecenderungan ini bisa kita saksikan dalam momentum pemilihan Gubernur Jawa Timur.
Ketua PMII perempuan pertama itu bertarung sampai tiga kali dalam pemilihan gubernur Jawa Timur. Dua kali kalah – atau mungkin dikalahkan – tapi ia pantang menyerah. Sampai akhirnya ia sukses menjadi Gubernur Jawa Timur. Bahkan Khofifah menjadi gubernur perempuan pertama di Jawa Timur.
Baca Juga: Ribuan Muslimat NU Jawa Timur Siap Lahir Batin Kawal Kemenangan Khofifah-Emil
Ini tentu luar biasa. Seorang perempuan yang secara fisik lembut tapi memiliki jiwa kokoh, tegar, dan bahkan memiliki kemampuan besar menaklukkan tantangan. Ia berani bertarung sampai tiga kali dalam pemilihan gubernur Jawa Timur yang penuh tantangan.
Padahal dalam tiga kali pertarungan itu Khofifah tak didukung kiai-kiai populer. Mayoritas kiai NU memilih di luar barisan Khofifah.
Hanya Gus Sholah (Tebuireng) dan Kiai Asep (Amanatul Ummah) yang secara tulus menjadi simbol kiai perjuangan Khofifah. Saya sebut tulus, karena dua kiai itu tak pernah memperhitungkan materi dalam memperjuangkan Khofifah.
Baca Juga: Masih Aktif ke Pasar Jelang Debat Kedua, Khofifah: Insya Allah Kami Siap dan On The Right Track
Bahkan Gus Sholah mengaku ditanya oleh seseorang, apa untungnya mendukung Khofifah.
“Saya jawab, ya gak ada untungnya. Malah rugi (secara materi). Memperjuangkan pemimpin kok ditanya apa untungnya,” kata Gus Sholah kepada saya saat itu.
Yang menarik, ketika Khofifah duduk di kursi gubernur, ia tak membedakan kiai pendukung dan kiai yang tak mendukung. Sehingga tak terjadi polarisasi kiai di Jawa Timur. Tidak ada blok-blok kiai yang menimbulkan out group-in group.
Baca Juga: Kejutan Khofifah saat Kampanye di Trenggalek, Mas Ipin Berseragam Muslimat, Blusukan di Pasar
Pemimpin Tanggap Trengginas
Ketika Khofifah terpilih sebagai gubernur Jawa Timur rintangan tak otomatis selesai. Ketua Umum PP Musliamt NU itu harus menghadapi problem berat untuk menata birokrasi Pemprov Jatim.
Maklum, birokrasi Pemprov Jatim saat itu merupakan warisan kekuatan politik lama: Pakde Karwo. Yang sekaligus mantan lawan politik dalam dua kali pertarungan pemilihan gubernur Jatim yang cukup sengit.
Baca Juga: Sapa Pekerja AIM Biskuit Sidoarjo, Khofifah Disambut Histeris dan Peluk Haru Ibu-Ibu
Memang Pakde Karwo saat pilgub 2019 berada di barisan Khofifah. Sebagai Ketua Demorat Jatim, Pakde Karwo menandatangani surat resmi berkop partai Demokrat. Pakde Karwo menandatangani surat itu bersama H. Renville Antonio, Sekretaris Demokrat Jatim. Isinya, Pakde Karwo mengajak masyarakat, terutama pengurus Demokrat, mendukung Khofifah.
Namun, meski Pakde Karwo mendukung Khofifah, birokrasi Pemprov Jatim - yang ditinggalkan Pakde Karwo - tak otomatis welcomed . Saat awal Khofifah masuk Gedung Grahadi masih bagai api dalam sekam. Saat itu OPD-OPD masih identik Pakde Karwo. Sekali lagi, saat itu.
Pengaruh Pakde Karwo memang sangat kuat. Ini mudah dipahami karena Pakde Karwo puluhan tahun berkuasa di Pemprov Jatim. Bahkan sebelum jadi Gubernur Jawa Timur, Pakde Karwo menjabat Sekda Pemprov Jawa Timur: jabatan yang sering diidentikkan dengan mesin uang.
Otomatis atmosfir politik di birokrasi Pemprov Jatim Pakde Karwo oriented.
“Semua OPD di Pemprov Jatim itu orangnya Pakde Karwo,” kata seorang kepala di lingkungan Pemprov Jatim kepada saya dan teman di ruang kerjanya saat itu.
Bahkan satu tahun Khofifah menjabat gubernur masih terdengar suara-suara sumbang dari beberapa kepala OPD. Mereka mengidolakan Pakde Karwo. Fakta ini sekaligus menunjukkan bahwa mereka setengah hati dipimpin Khofifah. Sekali lagi, saat itu.
Tapi Khofifah tampak tenang. Khofifah tak menunjukkan kepemimpinan out group-in group. Khofifah – sesuai karakternya - justru banyak merespons masalah-masalah sosial yang muncul di masyarakat Jawa Timur.
Khofifah lebih banyak turun langsung ke masyarakat ketimbang duduk di belakang meja. Sampai Pakde Karwo – sebagai gubernur Jatim sebelumnya – heran terhadap kekuatan energi Khofifah.
“Luar biasa Bu Khofifah. Tiap hari turun langsung ke masyarakat,” kata Pakde Karwo saat itu.
Gaya kepemimpinan Khofifah yang tanggap dan trengginas serta terjun langsung ke lapangan itu otomatis menjadi antitesa terhadap kepemimpinan Pakde Karwo, gubernur sebelumnya, yang cenderung formalistik dan lebih banyak konsentrasi di kantor gubernur.
Karena itu pada 1 Maret 2020, saat HUT ke-20, HARIAN BANGSA memberi penghargaan utama sekaligus menobatkan Khofifah sebagai “Pemimpin Tanggap-Trengginas”.
Perhargaan HARIAN BANGSA itu bukan semata apresiasi terhadap ketanggapan, ketangkasan, dan ketrengginasan Khofifah dalam merespons dan menyelesaikan masalah, tapi juga untuk menandai tren baru dalam kepemimpinan di Jawa Timur. Yang semula cenderung formalistik berubah menjadi guyub dan penuh interaksi sosial langsung dengan masyarakat.
Bahkan Khofifah juga mengembangkan kepemimpinan religius dan spiritualis yang penuh nuansa sosial (tentang ini bisa dibaca tulisan saya sebelumnya berjudul: Khofifah Cagub Tiada Lawan: Populis, Teknokratis, Spiritualis, dan Tawadlu' Kiai).
Gubernur Khofifah inilah yang mempelopori istighatsah dan pemberian santunan terhadap anak yatim dalam acara-acara seremonial Pemprov Jatim, di samping aktivitas spiritual lainnya.
Dalam acara peresmian kantor baru, misalnya, Khofifah selalu mengawali dengan doa bersama atau istighatsah dan pemberian santunan terhadap anak yatim.
Semula Gubernur Khofifah menyantuni anak yatim sendirian. Tapi contoh bil-hal itu lama-lama dikuti para kepala OPD yang jumlahnya cukup banyak. Otomatis masing-masing anak yatim yang semula hanya dapat satu amplop (berisi uang) dari Khofifah, bisa menerima puluhan aplop (berisi uang) dari OPD dalam satu acara.
Dalam waktu bersamaan Khofifah juga telah menyerasikan kinerja birokrasi Pemprov Jawa Timur. Bahkan OPD-OPD mengikuti tren religiusitas Khofifah. Bara dalam sekam di birokrasi pun padam.
Ini tentu tren religiusitas sosial luar biasa yang diteladankan pusat kekuasan wilayah Jawa Timur di bawah kepemimpinan Khofifah. Apalagi pada saat bersamaan Khofifah juga sukses mengurangi angka kemiskinan di Jawa Timur.
Karena itu HARIAN BANGSA lagi-lagi menganugrahkan penghargaan kepada Khofifah. Pada 1 Maret 2022, saat HUT ke-22, HARIAN BANGSA memberikan Penghargaan Utama sekaligus menobatkan sebagai Ummul Yatama wal Masakin (Ibunya para anak yatim dan orang miskin).
Khofifah memang cukup banyak mendapat penghargaan. Selama lima tahun memimpin Jawa Timur ia telah menerima 738 penghargaan dari berbagai lembaga, instansi, kementerian, perusahaan dan lainnya.
Termasuk penghargaan internasional yaitu Honorary Award for Global Peace and Women Empowerment atau Perdamaian Gobal dan Pemberdayaan Perempuan dari Minhaj-Ul-Quran International.
Namun HARIAN BANGSA tak latah. Koran yang berdiri pada 1 Maret 2000 itu hanya memberi penghargaan spesifik sesuai tren kepemimpinan yang khas, signifikan dan mengandung perubahan sosial yang positif.
Karena penghargaan sejatinya bukan semata penobatan seremonial atas prestasi, apalagi gagah-gagahan, tapi juga mengandung nilai sejarah yang harus dipertanggungjawabkan kepada masyarakat dan kemanusiaan secara universal. Wallahu’alam bisshawab. (MMA)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News