BANGSAONLINE.com - Kanker merupakan sel upnormal yang tumbuh di dalam tubuh dengan ganas yang berpotensi menyebar ke bagian tubuh lainnya. Kanker bisa tumbuh di bagian tubuh mana pun, seperti paru-paru, mata, kulit, tulang, otak, payudara, hingga organ intim.
Kanker dan tumor pada dasarnya sama, yaitu pertumbuhan sel upnormal pada tubuh. Hanya yang membedakan adalah tumor lebih jinak, sehingga tidak berpotensi menyebar kebagian tubuh lainnya, karena tidak memiliki kemampuan menyebar seperti halnya kanker.
Baca Juga: Mau Mendaki dalam Waktu Dekat? Catat 3 Tips Mudah Mendirikan Tenda Kemah yang Aman di Musim Hujan
WHO (World Health Organization) menyebut, pada tahun 2020 kanker menjeadi penyebab kematian terbanyak kedua di dunia. Hingga saat ini, belum bisa dipastikan apa pemicu tumbunya sel kanker.
Terkait penanganan kanker bisa dilakukan dengan beberapa tindakan seperti operasi, kemoterapi, radioterapi, terapi bertarget, dan perawatan paliatif.
Untuk efek samping dari kemoterapi dan radioterapi biasanya akan terasa mual, lelah, hingga kehilangan rambut. Kanker juga menjadi penyebab seseorang menjadi cemas, stres, dan depresi.
Baca Juga: 5 Daftar Tumbuhan yang Harus Dihindari saat Berada di Hutan
Berbeda dengan penanganan medis di atas, dalam buku yang berjudul “Wabi Sabi seni menemukan keindahan dalam ketidaksempurnaan” yang ditulis oleh Beth Kempton, menjelaskan, seorang Profesor dari Chiba University, Jepang, yaitu Profesor Yoshifumi Miyazaki mempunyai cara unik untuk penanganan kanker, yaitu dengan cara “terapi hutan”.
Yoshifumi berpendapat menghabiskan waktu di alam, khususnya di antara pepohonan hutan akan memberikan efek menenangkan.
Pada dasawarsa terakhir, hasil penelitian ilmiah menguatkan gagasan bahwa menghabiskan waktu di alam termasuk pengobatan preventif, yang pada akhirnya melahirkan istilah “terapi hutan”.
Baca Juga: Larangan Bawa Tisu Basah saat Mendaki Gunung, Solusi Tepat untuk Keasrian Lingkungan?
Hasil dari terapi hutan menunjukkan adanya penurunan kadar stres, meningkatkan imun, meningkatkan kesehatan mental, denyut jantung, hingga tekanan darah. Efek tersebut muncul bukan hanya dari mendaki dan suasana yang tenang, melainkan juga karena interaksi secara langsung dengan tumbuh-tumbuhan di hutan.
Hasil penelitian menunjukkan setelah melakukan mandi hutan, seseorang akan menghasilkan sel NK (natural killer) atau pembunuh alami, yakni sejenis limfosit yang meningkatkan pertahanan sistem imun melawan kanker dan virus, efek yang berlangsung selama tujuh hari setelah menjalaninya.
Pada penelitian lebih lanjut menunjukkan peningkatan imunitas yang disebabkan oleh ekspos terhadap fitonsida, yaitu zat yang dikeluarkan oleh tanaman dan pepohonan.
Baca Juga: Peserta JKN di Ngasem Kediri Tunjukkan Kiat Sehat dengan Olahraga
"Jelas tubuh kita masih mengenali alam sebagai rumah kita, dan itu penting, mengingat semakin banyak orang yang tinggal di kota," ungkap Profesor Yoshifumi Miyazaki dalam buku Wabi Sabi seni menemukan keindahan dalam ketidaksempurnaan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News