Perlu Ada Mahkamah Nahdliyah

Perlu Ada Mahkamah Nahdliyah Dr. KHA Musta'in Syafi'i MAg

Oleh: Dr. KHA Musta'in Syafi'i MAg. . . 

BANGSAONLINE.com - Muktamar NU gaduh, Muktamar Muhammadiyah teduh. Begitu kata media. Tidak bisa disalahkan, meski tidak mutlak benar. Kini, kedua Muktamar itu telah usai dan pemimpin masing-masing ormas telah berhasil dipilih. Tidak ada bahasa terindah kecuali doa, semoga kedua pemimpin benar-benar amanah dan bisa membawa organisasi ke depan lebih baik.

Sistem Ahlul Halli wal 'Aqdi sungguh ideal, pimpinan kiai dipilih oleh selevel kiai. Yang tidak level, yang politikus, yang busuk, haram ikut apalagi mengintervensi. Rusak jadinya, kayak di Muktamar NU kemarin. Zaman Umar ibn al-Khattab sudah ada macam itu. Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah bahkan Vatikan menggunakannya dalam pemilihan Paus. Umat kristiani sabar menunggu dan tak berkedip memandangi cerobong gereja, menanti asap putih keluar, pertanda Sri Paus baru telah terpilih.

Banyak media memberitakan ada kecurangan, tindak amoral, politik uang, preman politik yang menajisi Muktamar NU. Itu sudah berlalu semoga Allah SWT mengampuni para penjahat Muktamar. Kita ambil semua itu sebagai pelajaran berharga demi menggapai Muktamar ke depan lebih bersih dan terpuji, baik di hadapan Tuhan maupun di hadapan manusia. Berikut ini sepercik pemikiran :

Pertama, mengoptimalkan peran kiai sepuh, utamanya Syuriah. Kiai-kiai ini wajib bertindak tegas, adil dan berani. Ini mutlak dan inilah kuncinya. Sejak Muktamar Makassar lalu, semua orang membicarakan adanya kecurangan, bahkan terang-terang mengaku ada politik uang oleh salah satu calon. Tapi para kiai itu dingin-dingin saja, seolah tidak mendengar, tidak terjadi apa-apa, lalu tidak ada tindakan apa-apa yang berarti.

Dengan mengandalkan haibah kekiaiannya, di Muktamar kemarin, Sang Rais Aam hanya memberi nasehat dengan bahasa memelas dan eksyen air mata, sehingga semua terpaksa diam. Barakallah fik.

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO