Oleh: Nauvila, FKP UNAIR --- Beberapa waktu lalu dalam siaran langsung yang disiarkan melalui kanal youtube Sekretariat Presiden pada tanggal 24 Februari 2021, Presiden Jokowi meninjau langsung pelaksanaan vaksinasi guru, tenaga pendidik, dan tenaga kependidikan di SMAN 70 Jakarta. Orang nomor satu di Indonesia ini menyampaikan targetnya dapat menyelesaikan proses vaksinasi 5 juta guru, tenaga pendidik, dan tenaga kependidikan di bulan Juni 2021. Harapannya saat mulai tahun ajaran baru di bulan Juli 2021 sekolah tatap muka sudah bisa dilaksanakan.
Lantas yang menjadi pertanyaan saat ini adalah apakah aman untuk anak kita nantinya apabila sekolah tatap muka dilaksanakan?
Baca Juga: Antisipasi Lonjakan Covid-19, Kepala Dinkes Jember Imbau Lansia Tidak Keluar Kota
Dalam hal ini tentunya kita sebagai orang tua berhak mempertanyakan jaminan keselamatan anak kita apabila sekolah tatap muka dilaksanakan. Rupanya WHO telah mengeluarkan guideline persiapan sekolah tatap muka dibuka kembali, tentunya dengan berbagai syarat yang harus dipenuhi dan melihat perkembangan situasi pandemi COVID-19 di masing-masing negara.
Dikutip dari website World Health Organization (WHO) sebuah publikasi pada tanggal 11 Desember 2020 yang berjudul “Cheklist to support schools re-opening and preparation for COVID-19 resurgences or similiar public health crises”, WHO menyatakan penutupan sekolah berkepanjangan selama pandemi COVID-19 dapat menurunkan penerimaan pembelajaran serta mempengaruhi perkembangan sosial dan emosional anak-anak. Semakin lama seorang siswa tidak bersekolah, semakin tinggi resiko putus sekolah.
Berdasarkan laporan dari beberapa negara dan penelitian terbaru menyatakan sebanyak 8,5% anak-anak dibawah 18 tahun dilaporkan terkonfirmasi positif COVID-19. Angka kematian dilaporkan lebih sedikit pada kelompok usia ini dibandingkan kelompok usia lainnya. Selain itu, umumnya COVID-19 ini cenderung ringan dan jarang terjadi keparahan pada usia di bawah 18 tahun.
Baca Juga: Pengkhianat, Waktumu Sudah Habis
Berdasarkan pertimbangan tersebut WHO mengeluarkan “The Inter-Agency Standing Committee’s Interim Guidance for COVID-19 Prevention And Control in School and The Framework for Reopening School” yaitu sebuah buku panduan untuk pencegahan penularan COVID-19 di sekolah dan persiapan pembukaan sekolah tatap muka. Dalam panduan tersebut terdapat checklist yang dilaksanakan sebelum proses pembelajaran dimulai yaitu: kebersihan tangan dan etika pernapasan, menjaga jarak, penggunaan masker di sekolah, pembersihan lingkungan sekolah dan ventilasi yang baik, serta melakukan isolasi apabila ada gejala.
Apabila rencana sekolah tatap muka dimulai bulan Juli 2020, tentunya harus ada bukti terlebih dahulu grafik penurunan kasus terkonfirmasi positif COVID-19 dalam beberapa bulan terakhir. Pemerintah Indonesia harus mulai ngebut mempersiapkan berbagai program dan kebijakan serta buku panduan terkait pencegahan penularan COVID-19 di sekolah. Sekolah harus mempunyai pedoman yang jelas terkait pencegahan penularan COVID-19 serta tersedianya sarana prasarana yang memadai seperti masker, wastafel, sabun cuci tangan, hand sanitizer, dan ventilasi udara yang baik disetiap ruangan kelas dan ruang guru.
Tak lupa juga guru harus selalu mengingatkan siswanya untuk mencuci tangan, selalu menjaga jarak dengan teman, kepatuhan penggunaan masker, dan melakukan pengaturan jam makan siang untuk menghindari kumpul makan bersamaan. Yang terpenting adalah tugas guru dan kita sebagai orang tua untuk selalu memberikan edukasi kepada siswa atau anak kita untuk melakukan gerakan 5M (Memakai Makser, Mencuci Tangan Pakai Sabun dan Air Mengalir, Menjauhi Kerumunan, serta Membatasi Mobilitas dan Interaksi.
Baca Juga: Masa Transisi Menuju Endemi, Gubernur Khofifah: Masyarakat Boleh Tak Kenakan Masker Asal Sehat
Rencana pelaksanaan sekolah tatap muka ini masih pro dan kontra di Indonesia. Kita berharap dengan program pemerintah mempercepat vaksinasi ini merupakan satu langkah kita dapat terbebas dari virus COVID-19. Dalam situasi pandemi seperti ini kita harus saling support dan bekerja sama dengan baik antara pemerintah selaku pemangku kebijakan dan kita sebagai masyarakat umum agar kita dapat bersama sama menghadapi situasi yang sulit ini. Pandemi bukan akhir dari segalanya, dengan saling berpegangan tangan kita pasti akan bisa melewatinya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News